Lima Ciri Khas Warga Muhammadiyah

Lima ciri khas warga Muhammadiyah
Tamhid Masyhudi ceramah Pengajian Ahad Pagi di Masjid an-Nur Sidoarjo. (Mahyuddin/PWMU,CO)

PWMU.CO – Lima ciri khas warga Muhammadiyah menjadi bahasan Pengajian Ahad Pagi di Masjid an-Nur  kompleks Perguruan Muhammadiyah Jl. Mojopahit No. 666 Sidoarjo, Ahad, (15/10/23).

Ceramah disampaikan oleh Wakil Ketua PWM Jatim Ir Tamhid Masyhudi MSi yang  dihadiri seluruh warga Muhammadiyah Sidoarjo.

 ”Muhammadiyah merupakan gerakan yang didasarkan pada keislaman, Muhammadiyah menisbatkan ke Nabi Muhammad, jadi warga Muhammadiyah harus senantiasa mengikuti sikap perilaku Nabi Muhammad,” jelasnya.

Dia menekankan gerakan Muhammadiyah didasari landasan agama, yaitu al-Quran dan sunnah yang menjadikannya  kekuatan. Di dalamnya ada tarjih.

”Gerakan Muhammadiyah, sikap, dan perilakunya islami, sesuai dengan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga maksud dan tujuannya untuk mewujudkan masyarakat utama, masyarakat Islam sebenar-benarnya. Orang-orang yang berada di lingkungan Muhammadiyah merupakan sebuah pilihan yang tepat,” ujarnya.

Tamhid bercerita, adanya Muhammadiyah untuk menggerakkan kehidupan menjadi lebih baik.

 ”Muhammadiyah didirikan untuk menggerakkan kehidupan menjadi lebih baik, Muhammadiyah membangun civil society, peradaban yang melibatkan warga masyarakat, Muhammadiyah melebarkan sayap tidak hanya di Indonesia, tetapi mendirikan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM), keberadaannya di manca negara, sudah ada 29 PCIM, bukti Muhammadiyah tidak sekadar membangun peradaban di Indonesia, tetapi di luar negeri,” ceritanya.

Dia menjelaskan, sebelum muktamar di Surakarta, sudah ada perumusan Islam berkemajuan menurut KH Syuja’ yang menjadi lima ciri khas warga Muhammadiyah.

Pertama, kata dia, bertauhid yang murni. Allah sebagai tempat bergantung kita. Menjadi warga Muhammadiyah tauhidnya harus murni.

Kedua, pemahaman al-Quran dan as-sunnah secara murni, gerakan Islam yang islami, kewajiban kita senantiasa belajar, agar manhaj kita sesuai yang diajarkan Muhammadiyah.

Ketiga, melembagakan amal saleh dalam bentuk amal usaha. Mendirikan sekolah, rumah sakit, rumah jompo. Muhammadiyah mendorong membantu kebencanaan. Tidak sekadar bencana dalam negeri, tetapi di luar negeri.

”Membangun peradaban tidak bisa bimsalabim, tetapi butuh melembagakan amal usaha,” jelasnya.

Keempat, berpandangan berpikir hari ini untuk hari esok. Apa yang kita lakukan hari ini untuk kebaikan hari esok. Apa yang kita lakukan senantiasa bertambah, dari amal usaha dan lain-lainnya.

Terakhir kelima, Muhammadiyah menghadirkan Islam yang moderat. Muhammadiyah bisa bekerja sama dengan semua golongan masyarakat. Tidak eksklusif. Hadir di semua kalangan masyarakat. ”Muhammadiyah mendirikan sekolah di wilayah minoritas Islam seperti NTT dan Papua. Siswanya anak-anak Kristen,” ujarnya.

Penulis Mahyuddin  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version