Damar Kurung ala Siswa Sri Seremban dan Spemutu

Umar Abdul Aziz, Ahmad Husain serta Guru pendamping Sri Seremban Negeri Sembilan Malaysia saat mendesain dan menggambar damar kurung di kelas kebudayaan (istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CODamar kurung ala siswa Sekolah Rendah Islam (Sri) Seremban Negeri Sembilan Malaysia dan SMP Muhammadiyah 1 (Spemutu) Gresik Jawa Timur tersaji dalam kegiatan Kelas Kebudayaan, Kamis (19/10/2023).

Sebanyak 30 siswa dan 5 orang guru pendamping Sri Seremban Negeri Sembilan Malaysia mengikuti ikuti kelas kebudayaan bersama siswa Spemutu Gresik dengan mendesain dan menggambar damar kurung di Kampus A jalan KH Kholil No 90 Gresik.

Tampak Keseriusan siswa peserta dari Sri Seremban dalam mendesain, menggambar dan merakit damar kurung. Biasanya, desain karya seni yang dipopulerkan oleh Masmundari ini, mengisahkan kegiatan sehari hari masyarakat Gresik, namun pada moment kebudayaan kali ini, ditangan siswa Sri Seremban desain damar kurung berubah menjadi desain logo serta gambar gedung sekolah Sri Seremban berdampingan dengan Logo juga gambar gedung sekolah Spemutu

Penanggung Jawab Kegiatan Tri Wahyuningsih SPd mengutarakan untuk langkah awal kegiatan di kelas kebudayaan ini, siswa Spemutu akan menyampaikan sedikit tentang asal usul sejarah Damar Kurung kepada siswa Sri Seremban melalui proyektor yang sudah disiapkan.

“Kemudian menjelaskan langkah-langkah dalam proses merakit rangka, mendesain dan menggambar damar kurung. Karena tema kita adalah pertukaran budaya maka unsur unsur budaya dua negara harus masuk ke dalam desain gambar damar Kurungnya,” lanjutnya.

Dia menuturkan, setelah jadi, Damar Kurung bisa dibawa pulang oleh siswa Sri Seremban sebagai souvernir khas kota Gresik, sehingga ketika kembali ke Malaysia, damar kurung buatannya bisa dipajang di rumah masing-masing atau di pajang di sekolah Sri Seremban sana.

Siswa Sri Seremban Negeri Sembilan Malaysia berpose dengan Siswa Spemutu dan Guru pendamping setelah menggambar damar kurung bersama (istimewa/PWMU.CO)

Kelas Kebudayaan

Kepada PWMU.CO, peserta kegiatan Umar Abdul Aziz mengungkapkan rasa exitednya tentang kebudayaan damar kurung.

“Saya tak menyangka jika pada masanya, damar kurung ini dipakai sebagai lampion, sangat unik. Tadi setelah mendengar penjelasan dari teman-teman Spemutu, terbesit dalam pikiran saya untuk mendesain dan menggambar sekolah saya (Sri Seremban) dan Spemutu,” katanya.

Ini, lanjutnya, adalah pengalaman pertama kali saya datang ke Indonesia dan mengikuti kelas kebudayaan. “Sungguh menyenangkan untuk bertukar informasi dengan teman teman Spemutu,” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ahmad Husain teman sekelompok Umar Abdul Aziz. Dia mengutarakan rasa exitednya mengikuti kegiatan kelas kebudayaan. “Sungguh senang rasanya bisa mengenal kebudayaan yang ada di Gresik.

“Tadi teman-teman Spemutu sudah menjelaskan tentang proses Damar Kurung, ternyata cukup rumit dan tak semudah jika melihat Damar Kurung yang sudah jadi ya. Ini akan jadi oleh oleh yang unik karena mungkin di Malaysia tidak ada,” ucapnya. (*)

Penulis Bening Satria Prawita Diharja. Editor Ichwan Arif.

Exit mobile version