LPCR-PM PWM Jatim Rakorwil, Ini Agendanya

Ketua LPCRPM PWM Jawa Timur Hasan Ubaidillah SE MM (Fathurrahim Syuhadi/PWMU.CO)

PWMU.CO – Lembaga Pengembangan Cabang-Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCR-PM) Muhammadiyah se-Jawa Timur mengadakan Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) di Ballroom Pemerintah Kota Mojokerto Jalan Gajahmada No. 145 Mergolo, Balongsari, Magersari, Kota Mojokerto, Sabtu (4/11/2023)

Kegiatan Rakorwil LPCR-PM Jawa Timur ini diikuti ketua dan sekretaris LPCR PDM se-Jatim beserta wakil ketua PDM yang membidangi. Kegiatan bertema “Ranting Penting Cabang Berkembang Masjid Makmur Memakmurkan” ini diikuti 142 peserta

Ketua LPCR PM Jawa Timur Hasan Ubaidillah SE MM mengungkapkan agenda Rakorwil ini adalah:

  1. Penertiban Pendataan Cabang dan Ranting Muhammadiyah oleh LPCRPM PP Muhammadiyah
  2. Manajemen Administrasi dan Pengelolaan Masjid Muhammadiyah oleh Majelis Tabligh Majelis Pendayagunaan Wakafdan LPCRPM
  3. Masjid Makmur Memakmurkan oleh Imam Masjid Al Falah Sragen
  4. Sidang Komisi Komisi 1: Pengembangan Cabang-Ranting Komisi 2: Pembinaan Masjid
  5. Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Adapun tujuan kegiatan ini menurutnya adalah konsolidasi organisasi antara LPCR-PM tingkat wilayah dengan LPCR-PM tingkat daerah, mengetahui dinamika dan perkembangan cabang dan ranting Muhammadiyah dan masjid Muhammadiyah di seluruh Jawa Timur, menyusun strategi pengembangan cabang, ranting, dan pembinaan masjid Muhammadiyah, menyusun roadmap pemekaran cabang dan ranting Muhammadiyah di seluruh Indonesia.

Dosen Umsida ini menjelaskan Rakirwil ini menjadi sangat penting untuk segera dilakukan. Terutama dalam rangka untuk konsolidasi menyusun strategi pengembangan cabang dan ranting dan pembinaan masjid.

Ditegaskan aktivis IPM era 1990-an ini bahwa saat ini keberadaan masjid yang makmur dan cabang-ranting yang unggul dan berkemajuan di setiap daerah menjadi mutlak diperlukan. Sebab hanya dari sanalah aktivitas rekrutmen anggota dan simpatisan Muhammadiyah dapat diharapkan berjalan secara optimal.

“Sudah saatnya kita bekerja kongkrit untuk memperkokoh basis Gerakan Muhammadiyah. Basis gerakan Muhammadiyah itu adalah Cabang, Ranting, dan Masjid Muhammadiyah,” ungkapnya

Sementara itu Sekretaris LPCR-PM Jawa Timur Mas’ad Fachir MMT mengungkapkan semua amal usaha Muhammadiyah Aisyiyah seperti perguruan tinggi, rumah sakit, sekolah, dan amal usaha yang lain tidak boleh hanya sibuk dengan dirinya sendiri.

“Semua harus bersinergi dan berbagi potensi untuk mewujudkan masjid yang makmur dan Cabang – Ranting yang unggul dan berkemajuan. Karena tanpa adanya masjid Muhammadiyah yang makmur serta Cabang – Ranting yang unggul dan berkemajuan, semua capaian amal usaha itu pasti rapuh dan akan segera runtuh karena lemahnya pondasi,” jelas mantan Kepala Sekolah ini

Mas’ad menambahkan amanat Muktamar Ke-46 Muhammadiyah yang menggariskan jumlah ranting harus sebanding dengan 40 persen jumlah desa dan jumlah PCM sebanding dengan 60 persen jumlah kecamatan di Indonesia memang belum terpenuhi, meskipun jumlah ranting dan cabang terus bertambah. Demikian juga dengan jumlah masjidnya.

Dia melanjutkan, pascamuktamar ke-48 tahun 2022, gambaran ideal tentang sinergisitas antara ranting Muhammadiyah dan masjid ini kembali menemukan relevansinya di Muhammadiyah. Hal itu dapat dilihat dari kebijakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang mengubah nomenklatur Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) menjadi Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCRPM).

Mas’ad menambahkan perubahan nomenklatur dengan frase pembinaan masjid yang disebut secara secara jelas ini setidaknya menggambarkan adanya semangat untuk lebih memperhatikan pembinaan masjidmasjid Muhammadiyah.

Hal ini, ujar aktivis IPM era 1990-an bukan berarti selama ini Muhammadiyah kurang atau tidak memperhatikan masjid apalagi meninggalkan masjid. Karena pada kenyataannya selama ini Muhammadiyah juga sudah aktif membina, mengurus, dan memakmurkan masjid-masjidnya.

“Semangat pascamuktamar ke-48 ini dapat dimaknai sebagai penyegaran kesadaran Muhammadiyah tentang fungsi dan keberadaan masjid. Karena, hal-hal yang bersifat rutin kadangkala tidak lagi diperhatikan sehingga dianggap tidak penting. Padahal, hal yang rutin-rutin sangat memengaruhi siklus kehidupan kita,” ujarnya. (*)

Penulis Fathurrahim Syuhadi Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version