Pendidikan Inklusi Jadi Perhatian Sekolah Muhammadiyah, Dikupas dalam Workshop Ini

Pendidikan Inklusi
Sekretaris Majelis Dikdasmen Dr Eko Hardi Ansah. (Taufiq/PWMU.CO)

PWMU.CO – Pendidikan inklusi menjadi perhatian sekolah Muhammadiyah di Jawa Timur.

Masalah ini dibahas dalam Workshop Internasional Pendidikan Inklusi bertempat di Gedung PWM Jatim Jalan Kertomenanggal IV/I Surabaya, Kamis (16/11/2023).

Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama Majelis Dikdasmen dan PNF PWM Jatim dengan SMA Muhammadiyah 10 (SMAM X) Surabaya.

Mengusung tema Developing Characters of Student with Disability to Enhance Their Growth and Achievement.

Tepat pukul 09.00 WIB acara dimulai. Ruang Aula yang berkapasitas 160 orang itu telah dipenuhi peserta. Mereka berasal dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru sekolah Muhammadiyah Jatim. Mulai dari jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK.

Hadir pula dalam kegiatan ini Kepala Bidang Dinas Layanan Pendidikan Khusus Provinsi Jatim, Suhartono MPd. Sebagai narasumber Profesor of Special and Inclusive Education University of Sydney, Prof David Evan PhD dan Senior Lecturer in Special Education University of Sydney, Cathy Little PhD.

Sekretaris Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen dan PNF) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Dr Eko Hardi Ansyah MPsi, dalam sambutannya mengajak peserta untuk menebarkan visi Islam yang rahmatan lil alamin. Dengan cara mengembangkan rasa kasih sayang di masyarakat.

“Hindari diskriminasi dalam menempuh pendidikan yang berkualitas. PWM Jatim mengimbau untuk tidak pilih-pilih siswa. Artinya, saat penerimaan siswa, skrining awal tetap dibutuhkan. Namun itu untuk pemetaan. Tidak ada alasan, tidak menerima siswa disabilitas,” tandasnya.

Selanjutnya dia mengapresiasi sekolah-sekolah Muhammadiyah yang telah menerapkan pendidikan inklusi. Salah satunya SMAM X Surabaya. Hal itu disambut dengan aplaus oleh para peserta.

Menurutnya sekolah Muhammadiyah itu adalah sekolah yang berkelas, bukan punya kelas. Artinya sekolah yang berkualitas.

“Dengan menerima siswa disabilitas itu merupakan energi tambahan bagi para pendidik, sehingga mereka menjadi pendidik yang profesional,” ujarnya.

Di akhir sambutannya dia berharap setelah mengikuti workshop ini peserta dapat mengimplementasikan pendidikan inklusi di sekolahnya masing-masing.

Penulis Taufiqur Rohman  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version