Kejayaan Literasi Islam Diulas dalam Mobile Jurnalism Workshop Ini

Kejayaan literasi Islam
Syamsul Sodiq

PWMU-CO – Kejayaan literasi Islam disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Dr Syamsul Sodiq MPd di acara Mobile Jurnalism Workshop di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM), Jumat (15/12/23).

Acara diadakan oleh Majelis Pustaka, Informasi, dan Digitalisasi (MPID) PDM Gresik. Diikuti 150 peserta berasal dari guru, akademisi, praktisi jurnalistik.

Syamsul Sodiq menjelaskan, di zaman kejayaan literasi Islam menurut data dari indeks 0 sampai 100 pada masa itu digit literasi terindeks 98. Ini menunjukkan peradaban Islam pada masa itu menempati posisi tertinggi.

”Terbukti lahirnya filusuf dan ilmuwan muslim yang tulisan dan ide pemikirannya digunakan oleh masyarakat di masa itu dan menjadi jujukan literasi negara lain,” katanya.

Ini berbeda di era sekarang, sambungnya, menurut data hanya terindek 68. ”Dari ini saja kita dapat menilai terjadi nya penurunan literasi dari zaman kejayaan Islam sampai hari ini, sehingga workshop jurnalisme harus sering dilaksanakan,” katanya.

Kemudian dia bercerita, tentang sejarah Ratu Shima pada masa Kerajaan Kalingga. Pada masa itu, Ratu Shima memimpin kerajaan sangat adil. Saking adilnya sampai-sampai adik kandungnya yang menginjak barang tak bertuan di jalan dihukum.

Cerita tersebut, kata dia, tidak pernah dikaitkan dengan Islam. Menurut Prof Hamka, dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam, disebut dalam catatan Cina sekitar tahun 683 Masehi di Sumatra Barat ada komunitas muslim Arab yang disebut orang Cina dengan Taceh.

Tahun itu sezaman dengan masa pemerintahan Khalifah Muawiyah. Orang-orang Taceh ini menyelidiki di Kerajaan Ratu Shima yang adil dan rakyatnya jujur. Mereka meletakkan sekantung uang emas di jalan ternyata tak ada yang mengambil sampai dua tahun.

Sekian lama kantung tergeletak tak ada yang menjamah, suatu ketika adik Ratu Shima datang menginjaknya. Lantas dia kena hukuman.

”Apa yang bisa kita ambil makna dari cerita tersebut kalau umat Islam tidak suka menulis sejarahnya sendiri maka sejarah mutiara Islam yang luar biasa ini akan dipotong atau dihilangkan oleh zaman,” ujarnya.

Jadi, ujar dia, apapun yang bapak ibu tulis, dipublikasikan dan didokumentasikan pada kegiatan hari ini akan menjadi manfaat bagi kejayaan Islam untuk waktu yang akan datang.

”Hari ini kita menulis mungkin belum mendapatkan manfaat pentingnya namun 10, 15, atau 100 tahun kemudian itu akan menjadi artefak digital yang bermanfaat bagi anak-anak kita ke depan,” tandasnya. (*)

Penulis Bening Satria Prawita Diharja  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version