Budidaya Terong Jepang Acara Ngaji Bareng Petani Lamongan

Budidaya terong
Jamaah Ngaji Bareng Pertanian turun ke ladang terong jepang di Sendangharjo Brondong. (Eko/PWMU.CO)

PWMU.CO – Budidaya terong jepang dan melon menjadi acara Ngaji Bareng Pertanian yang dilaksanakan oleh Majelis Ekonomi Bisnis dan Pariwisata (MEBP) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan.

Jamaah pengajian mengunjungi lahan budidaya terong jepang (nasubi) milik Karim di Desa Sendangharjo Brondong, Ahad (25/2/2024).

Ladang milik Karim ini ditanami 2.000 pohon terong jepang.

Petani Muhammadiyah Lamongan yang mengikuti pengajian ini 150 peserta dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM).

Pas turun di ladang terong sedang berbuah. Mereka langsung melihat wujud terong jepang yang mempunyai potensi pasar besar tersebut. Bentuknya bulat lonjong warna agak kehitaman.

Beberapa peserta memetik terong jepang dan mencicipi langsung. Rasanya yang manis. Peserta mendapat beberapa terong sebagai buah tangan.

Setelah melihat ladang terong jepang jamaah berkumpul di pendapa sawah. Praktisi pertanian Lamongan Mat Iskan memberikan penjelasan peluang bertani terong jepang.

Dia mengungkapkan, kebutuhan pasar terong jepang sebanyak 300 ton sebulan. Sementara petani hanya mampu memasok 25-30 ton dalam sebulan.

Menurut dia, peluang ini menjadi pilihan yang bisa dijalankan petani Muhammadiyah untuk meningkatkan hasil pertanian yang selama ini masih terbilang rendah. Budidaya terong jepang juga mudah.

”Ini kesempatan bagi kita semua untuk mengambil peluang tersebut,” kata mantan Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PDM Lamongan ini.

Mat Iskan menyampaikan, komoditas pertanian setidaknya bisa dibedakan dalam tiga hal. Pertama, komoditas pangan seperti padi dan jagung yang mempunyai karakter risiko rendah dan hasil rendah.

”Tanaman ini sering membuat petani tidak pernah merasakan keuntungan besar,” katanya.

Kedua, komoditas sayur mayur. Risikonya menengah dan hasilnya juga menengah. ”Ini cukup bisa dirasakan hasilnya oleh petani,” ujarnya.

Sedangkan yang ketiga adalah komoditas buah yang risikonya tinggi namun hasilnya tinggi juga.

”Petani punya beberapa opsi yang bisa diambil, jika memilih komoditas pertama maka akan cukup sulit menggunakan hasil pertanian untuk ngelencer,” selorohnya.

”Opsi kedua sudah bisa ngelencer tipis-tipis. Opsi ketiga sudah gak bingung mau ngelencer ke mana karena hasil pertaniannya cukup besar,” tandas Mat Iskan disambut gelak tawa peserta.

Penulis Eko Hijrahyanto Erkasi  Editor Sugeng Purwanto

Mat Iskan menjelaskan peluang bertani terong dan melon. (Eko/PWMU.CO)
Exit mobile version