Teladan Nabi Ibrahim Dibahas di Baitul Arqam Muhammadiyah Ngagel

Wakil Ketua PWM Jawa Timur Dr Syamsuddin MAg dalam Baitul Arqam Guru Karyawan Perguruan Muhammadiyah Ngagel Surabaya, di Smamda Tower lt 6, Sabtu (30/3/2024). (Azizah/PWMU.CO)

PWMU.CO – Teladan Nabi Ibrahim dibahas di acara Baitul Arqam Guru Karyawan Perguruan Muhammadiyah Ngagel Surabaya, Sabtu (30/3/2024).

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Syamsuddin MAg menyampaikan cerita tentang Nabi Ibrahim yang sukses dalam membina keluarganya di SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya Tower lantai VI.

“Nabi Ibrahim merupakan tauladan atau ikon keluarga yang luar biasa,” terangnya.

Dosen UINSA Surabaya itu pun menceritakan bagaimana Allah memberi berbagai ujian pada Nabi Ibrahim dan keluarganya, namun Beliau dan keluarganya tetap teguh dan taat kepada Allah. Nabi Ibrahim adalah nabi yang khanif, selalu taat, tunduk, dan pasrah kepada Allah.

Maka, lanjutnya, di saat Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menempatkan keluarganya di tempat yang gersang lanjutnya, Nabi Ibrahim pun mentaati perintah tersebut. “Tidak ada bantahan,” tegasnya.

Selanjutnya, Nabi Ibrahim membangun rumah, di mana rumah tersebut bukan hanya untuk tempat tinggal keluarganya, namun juga untuk tempat beribadah. “Tempat inilah yang akhirnya kita kenal dengan Kabah,” ujarnya.

Tak lama setelah itu, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk meninggalkan keluarganya untuk menemui umatnya. “Tak ada bantahan juga bahkan juga dari keluarganya,” ungkapnya.

Akhirnya, bekal yang ditinggalkan untuk istrinya, Siti Hajar tak lama pun habis. Siti Hajar pun berlari dari bukit satu ke bukit lain (Shafa-Marwah) untuk meminta bantuan. Namun, karena itu bukan jalur pedangang, tak ada seorang pun yang lewat.

Akhirnya, kaki Ismail yang masih bayi menghentak-hentak ke pasir dan keluarlah air dari pasir tersebut, yang akhirnya dikenal dengan zam-zam. Ujian Nabi Ibrahim tidak berhenti di situ, maka saat Ismail, putranya mulai besar, Allah memerintahkan untuk menyembelihnya. Karena kepatuhan dan ketaatannya pada Allah, maka Allah pun mengganti Ismail dengan seekor domba.

Dari Nabi Ibrahim dapat diperoleh pelajaran luar biasa. Nabi Ibrahim bisa menciptakan keluarga yang khanifan musliman, bukan hanya dirinya sendiri, namun anak serta istrinya. Keluarga yang selalu mentaati apa yang yang diperintahkan dan menjauhi apa yg dilarang oleh Allah.

Sesuai dengan tema materi kedua pada Baitul Arqam (BA) untuk guru dan tenaga pendidikan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngagel Surabaya yaitu Kehidupan dalam Keluarga (Kedudukan, Fungsi, dan Aktivitas Keluarga), Pak Syamsuddin pun menyampaikan agar dalam hidup berkeluarga berlandaskan pada nilai-nilai Islami (al-Quran dan as-Sunah).

Syamsuddin  menjelaskan, di Muhammadiyah sendiri ada Pedoman Hidup Islami (PHI) warga Muhammadiyah. Di situ sudah dijelaskan bagaimana kehidupan pribadi, masyarakat, keluarga, bahkan kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Kehidupan berkeluarga merupakan tempat sosialisasi kehidupan Islami dalam mewujudkan keluarga sakinah,” jelasnya.

Fungsi keluarga menjadi lahan kaderisasi dan keteladanan. Apa saja aktivitas yang bisa dilakukan? mengungkapkan dengan menciptakan suasana harmonis dan Islami, bersikap ikhsan terhadap keluarga dan menjauhi kekerasan, serta berusaha membangun jamaah dalam keluarga. (*)

Penulis Muhimmatul Azizah. Editor Ichwan Arif.

Exit mobile version