Semangat Al-Maun Bawa Guru Spemdalas Juara I Lomba Menulis

Ichwan Arif (2 dari kanan) saat menerima penghargaan dalam lomba menulis yang diadakan Takmir Masjid KH Ahmad Dahlan Gresik, Senin (8/4/2024). (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Semangat Al-Maun berhasil membawa guru SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik Jawa Timur Ichwan Arif SS MHum meraih juara I lomba menulis Surat Cinta untuk Takmir Masjid KH Ahmad Dahlan Gresik Jawa Timur, Senin (8/4/2024).

Dalam lomba yang diselenggarakan Takmir Masjid KH Ahmad Dahlan Gresik Jawa Timur, guru bahasa Indonesia Spemdalas ini membuat judul surat cintanya Semangat Al-Maun, Masjid Bisa Jadi Ladang Taawun Umat.

“Awanya tidak menyangka bisa masuk nominasi juara dalam lomba menulis ini. Sebelum acara penganugerahan, panitia hanya memberikan informasi bahwa 10 nominasi diharapkan hadir dalam acara tersebut,” ucapnya, Selasa (9/4/2024).

Dia menuturkan, dalam nominasi tersebut, tercantum 10 nominasi dengan urutan abjad sehingga semua nominator belum tahu, juara berapa dalam lomba menulis surat tersebut.

“Saya dan keluarga pun datang saat shalat isya. Kami shalat isya dan tarawih berjamaan di Masjid KH Ahmad Dahlan tersebut. Acara penganugerahan dilaksanakan setelah shalat jamaah isya. Alhamdulillah, saat dibacakan pemenangnya, saya meraih juara I,” ungkapnya.

Semangat Al-Maun

Ichwan Arif mengatakan dalam lomba menulis surat cinta tersebut, mengangkat Semangat Al-Maun menjadi program unggulan dalam bertaawun.

“Semangat Al-Maun adalah akronim dari kata sembako, angkat warga, bumikan Al-Quran, amanah, dan unjuk diri,” katanya.

Dia menuturkan, sembako. Masjid KH. Ahmad Dahlan Gresik harus menjadi solusi bagi warga yang memiliki keterbatasan secara ekonomi. Masjid bisa menjadi sentra bagi warga yang membutuhkan uluran tangan. Bukan sekadar memberi, tetapi takmir masjid bisa membuka semacam toko/supermarket yang menyediakan sembako dengan harga berbeda dengan di pasaran.

“Otomatis, secara teknisnya, masjid membuka donator dan menjalin kerja sama dengan institusi atau lembaga dalam penyedia kebutuhan pokok tersebut. Sentra ini bisa ditempatkan di area masjid, sehingga ketika selesai kajian yang dihelat oleh takmir, jamaah juga bisa langsung membeli sembako,” jelasnya.

Kedua, angkat warga. Dalam pelaksanaannya, program ini berbentuk pemberian modal bagi warga terdampak PHK, membutuhkan kerja, dan pelatihan kecakapan kerja. Pemberian modal tidak hanya memberikan modal semata, tetapi juga pendampingan sampai usaha warga tersebut bisa berjalan dan kembali modal.

Selain itu, terangnya,  mengangkat warga juga bisa berupa pelatihan kecakapan kerja. Takmir masjid bekerja sama dengan lembaga pelatihan kerja mengadakan short training. Warga diberikan pelatihan sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Setelah kecakapan diberikan, mereka pun bisa praktik kerja.

“Masjid memberikan kail, bukan ikan ke warga. Maka, modal kerja dan pelatihan skill ini bisa menjadi pemantik bagi warga dalam berproses. Mereka bisa menggerakan ekonomi keluarganya secara mandiri,” ujarnya.

Ketiga, bumikan Al-Quran. Takmir membuat jadwal kajian. Kajian ini sebagai bentuk proses bertumbuh bagi warga tentang wawasan keagamaan. Materi kajian bisa fiqh dan amaliah. Dengan dasar ini, jamaah memiliki pondasi kuat tentang Islam dan amalan keseharian.

Keempat, amanah. Infaq yang diperoleh dari donatur bisa didistribusikan untuk warga yang membutuhkan. Infaq bukanlah ‘harta masjid’, tetapi titipan yang wajib hukumnya dikembalikan ke umat.

Maka, infaq itu amanah yang wajib untuk diberikan kepada warga yang membutuhkan atau memerlukan. Karena amanah, maka proses distribusnya pun harus tepat sasaran. Untuk itu, masjid harus memiliki bank data dan peta distribusi infaq yang jelas.

“Jangan sampai, salah sebar, salah data. Sebagai bentuk amanah jamaah, maka distribusi infaq harus sesuai sasaran sehingga memiliki nilai kebermanfaatan bagi warga yang membutuhkan,” ucapnya.

Kelima, unjuk diri. Program ini bukan untuk sombong-sombongan, riya ujub sum’ah, ataupun pencitraan. Unjuk diri ini adalah media untuk dakwah dan syiar Islam. Bagaimana teknisnya? Masjid KH Ahmad Dahlan Gresik harus memiliki website dengan tampilan apik nan ciamik.

Ini tidak boleh ditawar. Era digitalisasi harus mampu ditangkap takmir masjid sebagai peluang sekaligus kesempatan emas dalam menyuarakan misi dakwahnya.

“Masjid KH Ahmad Dahlan Gresik bukan untuk kalangan di Kota Santri saja, tetapi seluruh Indonesia. Bagaimana warga di luar Kota Pudak bisa mengetahui dengan cepat aktivitas masjid kalau hanya lewat mulut ke mulut? Bagaimana mereka tahu kalau Masjid KH Ahmad Dahlan Gresik memiliki program unggulan dalam bertaawun?” jelasnya.

Maka, tegasnya, adanya website sebagai media literasi memiliki nilai signifikan untuk segera direalisasikan dan kembangkan. Ingat, jamaah dari gen z pun harus menjadi fokus untuk dirangkul sekaligus diberdayakan.

Ibarat wajah, website ini adalah wajah kedua dari Masjid KH. Ahmad Dahlan Gresik. Karena wajah, maka tampilannya juga tidak boleh kaleng-kaleng. Wajahnya harus cakep menawan sehingga banyak dikunjungi warganet sekaligus jamaah. Media ini menjadi ‘penghubung’ antara jamaah dengan takmir.

Website ini bisa berisi visi misi dan program kerja. Selain itu, bisa juga berisi struktur pengurus harian, manajemen masjid, profil masjid dan imam, artikel, agenda, foto, video kegiatan, dan juga narahubung yang bisa dihubungi donatur yang ingin berdonasi.

Dengan melihat, membaca, dan menyaksikan video kegiatan masjid bisa menjadi stimulus bagi warga untuk berdonasi untuk kepentingan kegiatan beramal masjid. Tampilan website menarik maupun berita ter-update, bisa menjadi ketertarikan jamaah atau warga untuk komitmen dalam membangun kesadaran/karakter sosial untuk umat.

“Dalam bahasa lain, membangun kesadaran taawun itu,” tuturnya.

Dia menegaskan, Semangat Al-Maun ini menjadi referensi bagi Takmir Masjid KH Ahmad Dahlan Gresik dalam menjalankan program. “Semoga ini bisa menjadi pembuka kebaikan bagi umat dari takmis masjid,” harapnya. (*)

Penulis Fitri Wulandari. Editor Ichwan Arif.

Exit mobile version