Makna Silaturrahim Menurut Abdul Mu’ti

Makna silaturahmi
Abdul Mu’ti ceramah di tabligh akbar SMK Mutia Ngoro Mojokerto. (Iqbal/PWMU.CO)

PWMU.CO – Makna silaturrahim dan potensi keilmuan dikupas oleh Prof Dr Abdul Mu’ti di acara Tabligh Akbar SMK Muhammadiyah 3 (SMK Mutia) Ngoro, Mojokerto, Sabtu (4/5/2024).

Di tabligh akbar ini juga ada peresmian gedung The Miracle Building SMK Mutia dan peletakan batu pertama Mutia Exhibition Center.

Membuka ceramahnya Abdul Mu’ti mengutip hadits Rasulullah tentang keutamaan bersilaturahim. Rasulullah Muhammad saw bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِيْ رِزْقِهِ، وَيُنْسَاَ لَهُ فِيْ أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ

Barangsiapa yang suka untuk dilapangkan rezekinya dan diakhirkan usianya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia menyambung silaturrahim. (HR Bukhori)

Menurut dia, makna silaturrahim secara sederhana ialah sering mengajak manusia untuk berkomunikasi, memiliki sikap luwes dan ramah terhadap masyarakat.

”Makna yang paling tersirat ialah menyambung yang putus, atau menghubungkan yang terpisah,”  ujar guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

“Ketika silaturahim terjalin dengan baik, pasti ada barokahnya. Salah satunya ialah Pak Direktur Kemendikbud Ristek bisa menandatangani prasasti peresmian gedung ini,” sambungnya.

Silaturrahim, kata Abdul Mu’ti, juga memiliki arti penting. Pertama, membangun relasi.

Kedua, berkembangnya pola pikir yang baik. Tidak suuzhon terus kepada manusia. Ketiga, mengajarkan kebersamaan dalam menjaga ukhuwah islamiyah.

Maka, sambung dia, diadakannya halalbihalal ini ialah agar kita bisa berkumpul di satu tempat dan saling menjaga kebaikan di antara kita.

”Terlebih kita yang berprofesi sebagai pendidik. Pendidikan ini harus bisa memberikan kesempatan untuk masyarakat,” katanya.

Ketika Hardiknas dia menulis kutipan di Instagram, bahwa pendidikan adalah proses berkesinambungan untuk memuliakan manusia sehingga mampu mengembangkan seluruh potensi diri yang memungkinkan mereka untuk meraih kemuliaan dan kesejahteraan hidup material dan spiritual, serta berbuat yang terbaik untuk kejayaan bangsa, negara, dan semesta.

Fitrah

Dia mengajak membangun potensi yang kuat untuk mencerahkan dan mencerdaskan anak bangsa. Potensi dalam bahasa agama ialah fitrah.

“Menurut saya, fitrah adalah ath- thobi’ah as-salimah (sifat atau kebiasaan yang baik),” tuturnya.

Dia menjelaskan, fitrah dalam konsep pendidikan memiliki dua makna. Pertama, fitrah diniyah.

Makhluk yang memiliki agama, bahkan ketika kita belum lahir sekalipun kita sudah bersyahadat (mengenal Allah).

Sebagaimana dalam surat al- A’raf: 173

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا

 (Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul kami menyaksikan.”

Fitrah diniyah ini, kata Mu’ti, sudah ada di dalam UUD 1945 pasal 31 dan UU Sisdiknas 2023 yang menyatakan pendidikan di Indonesia harus meningkatkan potensi iman dan akhlak yang baik.

Kedua, fitrah intelektual.

“Menurut survei, bangsa Indonesia adalah bangsa yang paling religius. Yang memiliki nilai agama yang kuat sebagai tuntunan dalam berkehidupan,” ujarnya.

“Oleh karena itu, menurut saya teori pendidikan yang pas ketika dipadukan dengan nilai religi dan akhlak adalah teori konstruktivitas. Teori ini mengembangkan ilmu berdasarkan apa yang dia alami/pikirkan,”jelasnya.

Misalnya, banyak di antara kita ketika belajar ilmu Fisika dalam benak dan pikiran kita berpikir ilmu Fisika itu dikembangkan oleh orang bukan Islam.

“Padahal prinsip ilmu Fisika semuanya sudah Allah jelaskan di dalam al-Quran, termasuk buku yang ditulis oleh Prof Agus Purwanto tentang Nalar Ayat-Ayat Semesta. Dalam isi bukunya itu terdapat temuan dan pemikiran nyata antara Sains (Fisika, Kimia, Biologi) dengan ilmu religi (al-Quran),” ujar Abdul Mu’ti.

Itulah dahsyatnya pemikiran manusia. Pendidikan itu penting, dan menambah literasi bersilaturahim juga sangat penting. Melalui dua pendekatan inilah kita akan bisa menerima pemikiran yang baik dan cepat.

Penulis Muhammad Iqbal Rahman  Editor Sugeng Purwanto

Abdul Mu’ti, tengah, ketika tiba di SMK Mutia Ngoro disambut Kepala Sekolah Adnan Rudianto, kiri, dan pembina Ponpes Nurul Azhar M. Mirdasy. (Iqbal/PWMU.CO)
Exit mobile version