SMK Matig Suarakan Anti Bullying lewat Alok

Cara SMK Matig menyuarakan anti bullying lewat pementasan teater yang berjudul Alok pada peringatan Hari Teater se-Dunia (Hatedu) di Unesa, Sabtu (27/4/2024). (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – SMK Matig menyuarakan anti bullying lewat pementasan teater yang berjudul Alok pada peringatan Hari Teater se-Dunia (Hatedu) di Universitas Negeri Surabaya  (Unesa), Sabtu (27/4/2024).

Siswa SMK Muhammadiyah 3 Gresik (SMK Matig) Jawa Timur membahas kasus bullying. Mereka tergabung dalam Matig Art Production salah satu ekstrakurikuler.

Koordinator Pertunjukan Dwi Andika mengatakan mereka menampilkan pertunjukan teater berjudul Alok, sebuah pertunjukan yang menceritakan tentang kasus bullying dan akibatnya.

“Melalui ALOK, mereka menyampaikan seluruh keluh kesahnya terkait kasus bullying, baik yang ada di sekolah maupun luar sekolah, bicara tentang mereka sebagai korban ataupun pelakunya dengan harapan pertunjukan yang mereka tampilkan dapat ikut serta mengurangi kasus-kasus bullying,” katanya.

Dia menuturkan, Alok yang dipentaskan di Lapangan Swargaloka Unesa itu diperankan oleh Firman Alamsyah (XI-TKR), Aisyatun Hawa (XI-TKJ 1), Dwi Andika (X-TITL), Dafa Aprilianto (X-TITL), Maskur Julianto (X-TITL), Alif Fachri (X-TKR), dan Bilal Ali (X-TKJ 1).

“Kami melihat masih banyak sekali kasus perundungan disekolah dan diluar sekolah. Dan itu seperti sudah dimaklumi. Sebagai pelajar, kami harus ikut bicara bahwa perundungan itu tidak baik dan tidak boleh dibenarkan. Cara kami untuk bicara ya melalui pertunjukan ini,” ungkapnya.

Keunikan lainnya yaitu, siswa SMK Matik ini adalah satu-satunya penyaji peringatan Hatedu Unesa yang berangkat dari kalangan pelajar sedangkan penyaji yang lain dari kalangan mahasiswa dan umum diantaranya Unesa, Uinsa, ITS, Esto Theatre Surabaya, Dewan Kesenian Sidoarjo, maupun Samping Theatrum.

Ketua Matik Art Firman menceritakan tentang kelompoknya yang bisa berpartisipasi dalam peringatan Hatedu Unesa mengatakan kami juga tidak menyangka bisa terlibat dalam acara ini.

“Kami diundang dan ditawari perform di acara Hatedu ini oleh kakak-kakak mahasiswa Unesa. Tanpa pikir panjang kami langsung mengiyakan karena ini adalah kesempatan kami untuk menunjukkan sikap tidak setuju terhadap perundungan,” ungkapnya.

Sebelumnya, lanjutnya, kami memang sudah menjalin silaturahmi yang baik dengan Teater Sendratasik Unesa, penyelenggara Hatedu, mungkin itu yang membuat kakak-kakak Unesa mempercayai kami sebagai salah satu penyaji.

Pertunjukan ini sebenarnya sangat sederhana namun penuh dengan makna-makna kehidupan. Adegan pertama dimulai dengan peran seorang ibu yang menyanyikan tembang Lelo Ledung sebagai bentuk rasa syukur orang tua telah dikaruniai anak.

Selanjutnya adegan anak-anak bermain yang menyanyikan tembang dolanan dan permainan masa kecil. Kemudian adegan berlanjut dengan salah seorang anak tertawa dan menghina yang lain.

Mereka saling tertawa dan mengejek satu sama lain. Hingga saling pukul tak terbendung.  Pertunjukan berakhir dengan kejadian bunuh diri salah satu tokoh akibat bullying yang menghancurkan hidupnya dan membuat tokoh ibu menangis sedih karena kehilangan. Adegan terakhir ini sangat menenggelamkan penonton hingga terbawa suasana.  

“Kejadian di atas hanya kebutuhan panggung saja. Tentunya ini semua hanya akting dan menggunakan teknik-teknik keaktoran agar tidak saling melukai,” katanya.

Dwi Andika mengatakan, selain minat kami pada teknik kejuruan di SMK Matig, kami juga punya kemauan yang kuat untuk mengasah kemampuan minat-bakat di bidang seni. “Ya, melalui ekstrakurikuler Matig Art Production ini,” ucapnya.

Ketua Matik Art Firman menyampaikan mereka berkumpul tiga kali dalam satu minggu. Tidak hanya berlatih teater melainkan juga tari, musik juga seni rupa.

“Jadi tidak salah jika melalui ekstrakurikuler Matig Art, SMK Matig mulai menunjukkan geliatnya di bidang seni,” katanya.

Geliat seni itu terlihat dalam jangka waktu kurang dari satu tahun setelah berdirinya Matig Art Production, siswa SMK Matig ini mampu menyelenggarakan Matig art Week (MAW) yang diinisiasi oleh Waka Humas, Ahmad Khamdi Musthofa dan guru seni budaya, Syams Arifin.

Tidak butuh waktu lama, mereka langsung membuat tim produksi dan tersusunlah acara MAW  yang menampilkan 16 pertunjukan teater siswa SMK Matig dan lomba seni, vocal solo, tari, pantomime, lukis, antar-SMP yang diselenggarakan selama satu pekan penuh pada awal Maret 2024 lalu. (*)

Penulis Syamsul Arifin. Editor Ichwan Arif.

Exit mobile version