Naskah Khutbah Idul Adha 1445/2024: Mengulik Pola Nabi Ibrahim Membangun Keluarga Sakinah

Ketua MPID Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi, Taufiqur Rohman MPdI (Pribadi/PWMU.CO)

PWMU.CO – Naskah Khutbah Idul Adha 1445/2024: Mengulik Pola Nabi Ibrahim Membangun Keluarga Sakinah; Oleh Taufiqur Rohman MPdI; Ketua Majelis Pustaka Informatika dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi, Jawa Timur.

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ
اَعُوْذُبِاللهِ مِن الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَاَنۡـتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ

Hadirin Rahimakumullah

Mari kita bersyukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya, kita dapat melaksanakan shalat Idul Adha di tanah lapang ini. Setelah kemarin kita berpuasa Arafah di tanggal 9 Dzulhijjah 1445 Hijriyah. Dan bakda Subuhnya, kita sudah mulai melantunkan kalimat takbir, tahlil, dan tahmid. Untuk membesarkan asma Allah, meneguhkan keyakinan diri atas ketuhanan Allah, dan untuk mensyukuri nikmat Allah yang tiada terkira yang telah dianugerahkan kepada kita.

Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamd
Hadirin Rahimakumullah

Di pagi Idul Adha ini saya mengajak hadirin untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Karena dengan takwa itulah hidup kita akan bahagia di dunia maupun di akhirat kelak. Tanpa ketakwaan, semuanya akan menjadi sia-sia.

Berbicara tentang kebahagiaan, tentu kita mendambakannya. Tidak hanya kebahagiaan diri sendiri, namun juga kebahagiaan sebagai keluarga yang sakinah. Tapi, kebahagiaan itu tidaklah datang dengan sendirinya. Tidak bisa kita hanya berpangku tangan, menunggu keajaiban turun dari langit, seperti teorinya kaum jabariyah. Yang menyerahkan semuanya pada takdir. Kebahagiaan itu diperoleh dengan perjuangan. Dan perjuangan itu memerlukan pengorbanan. Begitulah proses untuk menggapai kebahagiaan itu.

Oleh karena itu hadirin yang dimuliakan Allah, melalui mimbar ini saya mengajak untuk meneladani bagaimana Nabi Ibrahim membangun kebahagiaan keluarganya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam al-Quran Surat al-Mumtahanah: 6

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ ۚ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ

Artinya:”Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji.”

Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamd
Hadirin rahimakumullah

Kita mengenal sosok pemuda Ibrahim adalah sosok yang cerdas. Dia hidup di era raja Namrud. Seorang raja yang lalim. Masyarakatnya menyembah berhala. Namun Ibrahim tidak hanyut dalam kehidupan masyarakat yang politheis itu. Dia pemuda yang memilki jiwa tauhid yang kuat, meskipun berhadapan dengan tembok kekuasaan. Demi mempertahankan keyakinannya itu dia diburu, dikejar, ditangkap, hingga dibakar hidup-hidup.

Itulah modal awal yang dimiliki Ibrahim dalam membentuk kepribadiannya. Ini yang patut kita teladani sebagai seorang muslim. Dengan menumbuhkan jiwa tauhid yang akan melandasi setiap gerak dan langkah dalam kehidupan ini. Profesi boleh berbeda-beda. Ada yang menjadi dokter, ekonom, politikus, pedagang, pengajar dan lain-lain. Yang harus diingat, tanpa tauhid aktivitas hidup ini menjadi absurd (sia-sia). Allah berfirman dalam al-Quran Surat az-Zumar: 65

وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

Artinya:”Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”

Bahkan Nabi Muhammad SAW pernah bersabda dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Jabir RA:

مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak berbuat syirik pada Allah dengan sesuatu apa pun, maka ia akan masuk surga. Barangsiapa yang mati dalam keadaan berbuat syirik pada Allah, maka ia akan masuk neraka,” (HR. Muslim).

Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamd
Hadirin rahimakumullah

Setelah selesai dengan ketauhidan pada dirinya, Ibrahim yang mendapat gelar khalillulah itu membangun ketauhidan di keluarganya. Maka dari itu, keluarganya tumbuh dengan jiwa dan nuansa religiusitas yang tinggi. Hajar, istri yang setia mensuport suaminya berjuang dan berdakwah di jalan Allah. Dia rela berlari-lari antara Shafa dan Marwa, mencari air untuk minum anaknya, Ismail. Untuk itulah, maka secara simbolis hajar aswad disematkan di dinding kabah yang selalu dihormati oleh jamaah haji. Sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan dan pengorbanan Hajar. Hal inilah yang juga harus kita teladani, khususnya bagi kaum ibu. Perannya sangat penting dalam merawat ketauhidan di keluarganya.

Hadirin rahimakumullah

Ibrahim adalah bapak para nabi. Karena banyak keturunannya yang menjadi nabi dan utusan Allah. Seperti Nabi Ishak AS, Yakub AS, Ismail AS, hingga Nabi Muhammad SAW. Tidak salah, jika Ibrahim disebut sebagai Bapak Monotheisme. Tentunya kita dapat merasakan bagaimana hasil didikan Ibrahim kepada anaknya, Ismail. Tatkala Ismail mendapat kabar dari ayahnya itu yang mendapat perintah Allah untuk menyembelihnya. Jawaban Ismail itu diabadikan dalam al-Quran Surat as-Saffat: 102.

يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

Betapa luar biasanya keteguhan Ismail. Dia rela mengorbankan dirinya untuk taat kepada Allah. Maka ajaran Islam mengajarkan pengorbanan. Dengan syariat menyembelih hewan kurban saat Idul Ahda.
Pertanyaannya hadirin, bagaimana dengan putra-putri kita? Bagaimana pula dengan generazi Z yang sekarang sedang mendominasi populasi penduduk negara kita? Akankan muncul generasi-generasi seperti Ismail?

Maka, melalui momen Idul Adha ini mari kita evaluasi bangunan keluarga kita. Atas dasar tauhidkah atau atas dasar lainnya.

Akhirnya, mari kita berdoa kepada Allah. Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah. Keluarga yang memperoleh kebahagiaan di dunia sampai di akhirat.

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّــهُمَّ صَلِّ عَـلـٰى مُحَمَّدٍ وَعَــلـٰى أَلِـهِ وَصَحْبِهِ وَسِلِّـمْ
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻠْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﺕ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ
ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ ﺍﻟْﺄَﺣْﻴَﺎﺀِﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻭَﺍﻟْﺄَﻣْﻮَﺍﺕ
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻲ ﻭَﻟِﻮَﺍﻟِﺪَﻱَّ ﻭَﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻲﻥَ ﻳَﻮْﻡَ ﻳَﻘُﻮﻡُ ﺍﻟْﺤِﺴَﺎﺏُ
رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ
رَبَّنَغْفِرْلَنَ وَلِ اِخْوَانِنَاَّذِنَ سَبَقُونَبِلْ اِيمَن وَلاتَجْعَلْ فيقُلوبِنَ غِلَّلِلَّذِينَ آمَنُ رَبَّنَ اِنَّكَرَءُفُرَّحِمْ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ

Editor Azrohal Hasan

Exit mobile version