Diskuswati 1 PC IMM Lamongan: Urgensi Pergerakan Perempuan Muhammadiyah

Foto bersama setelah pembukaan Diskuswati 1 PC IMM Lamongan. (Alfain Jalaluddin Ramadlan/PWMU.CO)

PWMU.CO – Urgensi pergerakan perempuan Muhammadiyah dari masa perang kemerdekaan hingga sekarang disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Kabupaten Lamongan, Alif Ferdiansyah.

Pernyataan ini disampaikan dalam sambutan pembukaan Pendidikan Khusus IMMawati 1 (Diskuswati 1) yang berlangsung hari Jumat (21/6/2024), di Kampus ITB Ahmad Dahlan Lamongan.

Kegiatan ini mengusung tema “Kepemimpinan IMMawati Mewujudkan Perempuan Berkemajuan.”
Ketua Umum PC IMM Lamongan, Alif Ferdiansyah saat memberikan sambutan dalam pembukaan Diskuswati PC IMM Lamongan. (Alfain Jalaluddin Ramadlan/PWMU.CO)

Alif Ferdiansyah menyampaikan bahwa gerakan perempuan Muhammadiyah, yang berakar dari organisasi Aisyiyah yang didirikan pada tahun 1917 oleh Nyai Ahmad Dahlan, telah menunjukkan urgensinya sejak masa perang kemerdekaan hingga hari ini.

“Gerakan ini telah berperan dalam memperjuangkan hak-hak dan kewajiban perempuan di Indonesia, mengangkat isu pendidikan, dan melawan stigma bahwa peran perempuan hanya sebatas memasak, mengurus rumah, dan melahirkan,” ujarnya.

Immawan Alif, panggilan akrabnya, menambahkan bahwa dalam konteks sejarah, pergerakan kaum perempuan di Indonesia telah dimulai sejak zaman tersebut, menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam perjuangan bangsa.

Pemikiran revolusioner yang diperkenalkan oleh Kyai Ahmad Dahlan telah membentuk fondasi bagi pergerakan perempuan yang lebih inklusif dan progresif.

“Seiring dengan perkembangan zaman, Aisyiyah dan gerakan perempuan Muhammadiyah terus mengadaptasi dan memperkuat peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan,” tutur Alif Ferdiansyah di hadapan tamu undangan dan para peserta.

Dia menambahkan, “Pada Muktamar ke-48 Aisyiyah, dirumuskan sepuluh pilar perempuan berkemajuan, yang mencakup pengembangan ilmu pengetahuan, tauhid, hingga kemanusiaan semesta. Pilar-pilar ini menjadi panduan dalam mengembangkan potensi perempuan Muhammadiyah.”

Menurut Alif Ferdiansyah, “Di lingkungan pendidikan tinggi, seperti di ITB Ahmad Dahlan, tidak ada diskriminasi gender dalam kepemimpinan. Bahkan, terdapat pemimpin perempuan yang menjabat sebagai rektor, menunjukkan bahwa perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk memimpin dan berkontribusi dalam berbagai bidang.”

“Tema acara ini mencerminkan semangat untuk terus melanjutkan perjuangan ini. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan semangat baru bagi peserta dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, mengembangkan potensi diri, dan berkontribusi bagi masyarakat,” imbuhnya.

Dengan demikian, gerakan perempuan Muhammadiyah akan terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi umat dan bangsa.

Penulis: Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan

Exit mobile version