Resep Sukses Dunia Akhirat dari Novriza Ardhana P

Novriza Ardhana P. saat memberikan motivasi pada Purnawiyata XV dan Wisuda Tahfiz VI SD Muhammadiyah Manyar Gresik. (Achmad Nazarudin/PWMU.CO).
Novriza Ardhana P. saat memberikan motivasi pada Purnawiyata XV dan Wisuda Tahfiz VI SD Muhammadiyah Manyar Gresik. (Achmad Nazarudin/PWMU.CO).

PWMU.CO – Novriza Ardhana P memberikan motivasi Pendidikan pada Purnawiyata Ke-15 dan Wisuda Tahfidz Ke-6 SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik, Jawa Timur, yang digelar di Hotel Horison Gresik, Sabtu (22/06/24).

Mengawali pembicaraan, Novriza Ardhana bertanya kepada para hadirin “Bolehkah saya membacakan pantun?” “Boleh” jawab para hadirin dengan semangat.

Buah semangka buah salak,

Serasa sehat dan sangat segar,

Bila ingin melihat anak-anak berprestasi dan berakhlak,

Belajarlah di SD Muhammadiyah Manyar.

Jalan-jalan ke Kediri,

Berangkatnya di pagi hari,

Hari ini bahagia sekali,

Bertemu orang-orang yang tulus hati.

Pantun pembuka diikuti gemuruh tepuk tangan para hadirin.

Selanjutnya Novriza Ardhan mulai menyapa tokoh-tokoh yang hadir, Majelis Dikdasmen PNF Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik (PDM Gresik), Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Manyar (PCM Manyar), para Pendiri SDMM, Ketua Majelis Dikdasmen PNF Pimpinan Ranting Muhammadiyah PPI. Juga Kepala SDMM, Wali murid, dan siswa yang menjalani Purnawiyata Ke-15 dan Wisuda Tahfidz Ke-6.

“Ada tiga kebiasaan yang sering kita sebut 3S,” begitu ia mengawali motivasinya. “Pertama: seyum simetris (2 centi ke kanan dan 2 centi ke kiri), kedua: salam semut (saling jabat tangan), dan ketiga: saling mendoakan,” jelasnya.

Kemudian semua wisudawan diminta untuk mempraktikkan 3S kepada teman yang duduk di sebelah kanan dan kirinya. Maka, apabila 3S itu sudah dilakukan seperti ini insyaAllah akan jadi sahabat sejati, tuturnya.

Untuk memastikan kesiapan para hadirin menyimak apa yang disampaikan, Novriza dengan suara lantang bertanya “Are you ready?” “Yes I am ready” jawab hadirin tidak kalah lantang.

Resep Mencapai Kebahagiaan

“Saya punya tebak-tebakan, ini bahan-bahannya. 300 gr tepung ketan, 75 cc air daun suji, 2 sendok air kapur sirih, dan seterusnya dan seterusnya.” Pertanyaannya: “coba terka apa yang akan kita masak?”.

Hadirin yang didominasi siswa dan orang tua wali sahut menyahut memberikan jawaban. Ada yang menjawab kue pandan, ada yang menjawab klepon, dan ada juga yang menjawab kue putu.

Kemudian ia menjelaskan cara pembuatan dari bahan-bahan yang sudah disebutkan. Ketika ditanyakan lagi kue apa yang akan dimasak, para hadirin serentak dengan satu jawaban “kue klepon”.

Motivasi yang disampaikan Novriza dengan model interaktif yang melibatkan audien secara langsung, serasa lebih mengena dan muda dipahami. Lebih lanjut Novriza mencoba menggali apa yang ada dalam pikiran audien dengan petanyaan berikutnya.

“Apa yang menyebabkan di awal tadi jawaban yang muncul bisa berbeda-beda dengan bahan baku yang sama”. Kembali hadirin serentak menjawab “tadi belum tau cara mengolahnya” atau yang disebut dengan resep.

Dari analogi membuat kue klepon, ia mengungkapkan “Kalau untuk membuat kue klepon saja perlu resep, maka untuk kita bisa sukses dan berhasil dalam kehidupan di dunia dan di akhirat juga dibutukan resep”. Pertanyaanya sekarang “Apakah kita sudah punya resep untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat?” “InysaAllah” jawab semua hadirin.

Novriza Ardhana P bersama Kepala Sekolah, Majelis Dikdasmen PNF Ranting Muhammadiyah PPI, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Manyar. (Achmad Nazarudin/PWMU.CO).

Modal Dasar Manusia

Pada hakikatnya, manusia itu memiliki modal dasar dalam menjalani kehidupan di dunia. Modal dasar tersebuat adalah Skill (keterampilan), Knowledge (pengetahuan), dan Attitude (prilaku). Begitu penjelasan Trainer dari ESQ Leadership Center ini.

Tiga modal dasar tersebut telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW 14 abad yang lalu. Dan perilaku atau akhlak menjadi hal yang utarma dari ketiganya. 14 abad yang lalu Nabi Muhammad telah menuntun bagaimana membawa keselamatan, kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

“Jadi Nabi Muhammad itu hebat apa tidak? Harus kita contoh atau tidak?” tanyanya. “Nabi Muhammad itu sangat hebat, dan sangat mulia. Beliau adalah panutan, teladan yang memberikan syafa’at pada saat hari qiyamat” tandasnya.

Lebih lanjut ia menyayangkan bahwa kebanyakan yang dijadikan teladan anak-anak Indonesia saat ini adalah para artis. Contoh yang perempuan, tontonan favoritnya drakor, artis idolanya K-POP. Yang laki-laki tokoh idolanya Naruto. Padahal artis-artis yang diidolakan tidak bisa memberikan syafa’at di hari qiyamat nanti. Jangankan untuk memberikan syafa’at, di akhir hidupnya saja mereka tidak jelas.

Allah Tidak Mengubah Nasib Suatu Kaum sehingga Mereka Merubah Nasibnya sendiri.

Arah Hidup, Perilaku, dan Akhlak.

Dalam kesempatan ini, Novriza juga menjelaskan apa yang disebut dengan arah hidup, perilaku, dan akhlak.

Kalau ada anak-anak yang hebat dari sisi skill, knowledge, tapi perilakunya durhaka pada orang tua, apa bisa sukses. Kalau anak-anak itu meskipun berprestasi, tapi perilakunya tidak punya kesantunan pada gurunya, berkah tidak kira-kira kehidupannya. Inilah betapa pentingnya akhlak bagi arah kehidupan di dunia.

Allah telah menurunkan karunia kecerdasan kepada kita. Kecerdasan intelektual (IQ) yang membuat kita memiliki kemampuan berpikir, kecerdasan emosional (EQ) yang membuat kitab bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, dan Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah kedekatan hati seorang hamba kepada Tuhannya, Allah SWT.

Dari ke-3 kecerdasan ini, kebanyakan remaja di Indonesia lebih menonjolkan kecerdasan intelektual (IQ). Maka hasilnya yang sering kita lihat ketika berprestasi, merasa lebih pintar, merasa lebih hebat, dan jadi tinggi hati.

IQ memang penting, EQ tetap dibutuhkan, tapi SQ harus jadi yang utama. SQ inilah yang akan membuat anak-anak semua tetap memiliki semangat belajar dengan sungguh-sungguh, meskipun tidak mendapatkan pujian teman dan sahabat. Karena tujuan melakukan adalah semata-mata karena Allah.

Inilah yang akan membuat anak-anak menebar kebaikan, memiliki akhlak yang mulia meskipun dilihat oleh orang tua atu tidak. Tetap menjaga akhlaknya, adabnya. Meskipun ada teman yang menyaksikan ataupun tidak. Inilah spiritualitas, menyakini apa yang dilakukan disaksikan oleh Allah SWT.

Inilah yg ditunggu oleh Nabi Muhammad tentang kuntum khoiroh ummah ukhrijat linnas. Disinilah perlu sinergitas diantara tiga kecerdasan, IQ, EQ, dan SQ.

Dua Sosok Inspiratif

Pertama: Ghanim Al-Muftah. Pemuda yang lahir dengan kondisi langka yang dikenal dengan Caudal Regression Syndrom atau kelainan tulang belakang bagian bawah. Meski tidak sempurna secara fisik, ia berhasil mengatasai rintangan dengan kepempinan dan prestasi.

Ia menjadi pengusaha termuda di Qatar dengan mendirikan Gharissa Ice Cream. Kini sosok Ghanim Al-Muftah menjadi perhatian dunia setelah melantunkan ayat suci Al-Qur’an pada pembukaan Piala Dunia Qatar 2022.

Kedua: Seorang pemuda miskin yang tinggal di pinggiran Yaman, Uwais Al-Qarni.  Ia bukanlah pemuda terkenal. Namun, ia pernah disebut Rasulullah SAW sebagai pemuda yang sangat dicintai Allah dan terkenal di langit. Bagaimana bisa? Apa amalan yang ia lakukan?

Dikisahkan Uwais Al-Qarni adalah sosok yang sangat mencintai dan memulikan Ibunya. Ia tidak pernah mengabaikan apa yang dikatakan oleh sang Ibu. Hingga pada saat Ibunya menyampaikan keinginannya untuk naik haji. Uwais Al Qorni berusaha keras untuk mewujudkan mimpi Ibunya. Akhirnya dengan menggendong Ibunya, berjalan ber mil-mil menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji.

Dari petikan dua kisah tersebut, dapat diambil ibrah bahwa kesuksesan bukan karena kesempurnaan fisik dan materi. Kesuksesan dan kebahagiaan dunia akhirat akan dapat diwujudkan dengan ikhtiar, kerja keras, dan prilaku atau akhlak yang baik.

Mengakhiri motivasinya, Novriza berharap dari siswa-siswi SD Muhammadiyah Manyar yang hari ini di wisuda, menjadi pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Pemimpin yang dapat menerapkan IQ dan EQ nya dengan didasari SQ yang tinggi. Aamiin.

Penulis: Siti Faizah Editor: Amanat Solikah

Exit mobile version