Matsama Migasa Hadirkan Game Tradisional

25 peserta Mastamas MIM 13 Sendangagung (Migasa) foto bersama dengan guru pendamping; Kumalawati (paling kanan) dan Niken Dwi Faizin (paling kiri), Selasa 16 Juli 2024. (Nasih Arif/PWMU.CO)

PWMU.CO – Masa Ta’aruf Siswa Madrasah (Matsama) MI Muhammadiyah 13 (Migasa) Sendangagung, Paciran, Lamongan menghadirkan game tradisional atau dolanan anak desa. Kegiatan ini digelar Selasa- Sabtu (16-22/7/2024).

Kegiatan tahunan ini diikuti oleh semua siswa baru Migasa dengan jumlah peserta 25 peserta didik; Putra 17 putri 8. Kegiatan yang dipusatkan di MIM 13 Sendangagung (Migasa) ini dibawah asuhan 11 guru pendamping sekaligus pemateri.

Yaitu Ahmad Arif SE, A. Nurhadi SH SPd, Iwantoro SPd, Supatrip SPd, Fakhruddin, Salman akhsanul khuluq, Kumalawati, Subhan Hadi, Masnunantin, dan Niken Dwi W.

Wakasis Migasa, Ahmad Nurhadi SH SPd merasa bangga dan senang melihat semangat anak usia 7 tahunan yang imut lagi manja ini, anak yang baru lepas dari PAUD Aisyiyah Sendangagung ini nampak lucu dan menggemaskan saat berlarian di halaman.

“Mastamas kali ini sengaja kita hadirkan game tradisional atau dolanan anak-anak’ tempo dulu dengan maksud agar mereka mengenal permainan itu dan turut melestarikannya, dan agar mengurangi ketergantungan gadget yang berakibat malas gerak (mager),” terang pria energik yang memiliki aktifitas di banyak lembaga ini.

“Anak-anak dikenalkan game tradisional atau dolanan masa lalu yang bisa menyegarkan badan dan terbangun kerjasama yang bagus, seperti, banteng-bantengan, engklek, cublak suweng, dan lainnya,” tambahnya.

Untuk banteng-bantengan atau long long kaindang, pemainnya ada 10 anak (bisa bergantian) untuk Cublak-cublak suweng bisa dimainkan semua pelajar, adapun Engklek adalah permainan yang diawali melempar batu pipih dan menggeser dengan kaki satu, dengan jarak 5 meter atau bisa lebih. Englek atau gong gongan ini dimainkan 5 atau lebih,” pungkasnya.

Iwantoro SPd salah satu guru pendamping Matsama Migasa ini sangat mendukung diadakan game tradisional ini, pasalnya permainan ini kian langka padahal permainan ini murah meriah melibatkan kerjasama tim dan ada interaksi sosial yang kuat.

“Pokoknya ini cocok dengan usia mereka, dikerjakan rame-rame dan banyak komunikasi yang dibutuhkan, dan yang pasti asyik menggembirakan,” tutur pria yang suka musik tradisional Jidor Sendangagung ini.
(*)

Penulis Gondo Waloyo Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan

Exit mobile version