PWMU.CO – Di sebuah pulau kecil bernama Kangean, di kecamatan Arjasa, Kabupaten Sumenep, lahirlah seorang gadis penuh semangat bernama Ayu Rosalinda. Ayu adalah putri dari pasangan Subaida dan Abd. Gafur.
Dalam diri Ayu sejak kecil telah ditanamkan nilai-nilai agama, pendidikan dan kepercayaan diri dalam dirinya. Di bawah bimbingan seorang ibu yang hebat, Ayu tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan berani bermimpi.
Sejak usia empat tahun, Ayu mengawali pendidikan di TK Dharma Wanita. Di situlah dia mulai mengenal dunia belajar. Setelah itu, ia melanjutkan ke SDN Pandeman 1, sebuah sekolah unggulan yang membentuk karakter dan keterampilannya.
Di bangku sekolah dasar, Ayu sudah menunjukkan bakatnya dalam seni, meraih juara dua dalam lomba melukis. Dari situlah, kecintaannya pada seni semakin berkembang, termasuk seni baca puisi.
Setelah lulus SD, Ayu melanjutkan pendidikannya di MTS YPPMI. Sekolah ini menjadi tempat di mana ia benar-benar mengenali dan mengasah bakat minatnya.
Di sinilah Ayu pertama kali terlibat dalam organisasi pelajar, yakni Ikatan Pelajar Muhammadiyah, di mana ia menjabat sebagai Sekretaris Umum.
Pengalaman di organisasi ini sangat berharga, mengajarinya tentang kepemimpinan dan kerja sama. Ayu juga berpartisipasi dalam lomba baca puisi dan berhasil meraih juara empat, sebuah pencapaian yang membuatnya semakin percaya diri.
Namun, perjalanan Ayu tidak selalu mulus. Saat pandemi COVID-19 melanda, pendidikan di sekolah dilakukan secara daring. Di tengah situasi sulit itu, Ayu menemukan kembali hobi melukisnya, menciptakan sepuluh lukisan.
Sayangnya, dia merasa tertekan oleh pendapat orang-orang yang mengatakan bahwa melukis orang itu tidak boleh, sehingga dia menghentikan aktivitas tersebut.
Tidak ingin putus asa, Ayu beralih ke lomba olimpiade IPS dan berhasil meraih medali perunggu di tingkat nasional. Ia juga mengukir prestasi lain dengan memenangkan lomba pidato Bahasa Madura.
Dengan berbagai prestasi yang diraihnya, Ayu mulai membangun mimpi yang lebih besar. Salah satu langkah pertamanya adalah melanjutkan pendidikan di luar pulau, tepatnya di kota Sumenep. Ia menargetkan untuk masuk SMANSA melalui jalur prestasi dan raport. Namun, harapan itu tidak berjalan mulus.
Ketika ingin mendaftar, orangtuanya ragu dan tidak setuju. Mereka khawatir tentang biaya dan masa depan Ayu, terpengaruh oleh cibiran orang-orang yang meragukan keputusan tersebut.
Sebagai harapan satu-satunya dalam keluarga, Ayu merasa tertekan namun tetap teguh. Dengan tekad bulat, ia berjuang untuk meyakinkan orangtuanya. Setelah diskusi panjang, orangtuanya akhirnya setuju dengan syarat tertentu.
Kegembiraannya tak terlukiskan, tetapi sayangnya, pendaftaran di SMANSA sudah ditutup. Namun, takdir membawanya ke SMA Muhammadiyah 1 Sumenep. Di sinilah babak baru dalam hidupnya dimulai.
Memasuki jenjang SMA, Ayu bertekad untuk membuktikan bahwa ia bisa mengubah pandangan orang-orang tentang perempuan dan pendidikan.
Tahun 2022, ia meninggalkan pulau Kangean dan melakukan perjalanan laut selama sembilan jam menuju Sumenep, sebuah kota yang asing baginya. Di SMA tersebut, Ayu membawa tiga impian: menjadi anggota Paskibraka, mayoret drumband, dan ketua IPM.
Dia bergabung dengan drumband untuk mengejar impian sebagai mayoret, tetapi mengalami kegagalan. Meskipun demikian, Ayu tidak patah semangat dan terus berusaha.
Di kelas satu, ia mengikuti lomba baca puisi dan meraih juara harapan tiga. Namun, dua kegagalan dalam pencapaian mimpinya sempat membuatnya merasa putus asa. Akan tetapi, ia tetap percaya bahwa jika jalan itu ditakdirkan untuknya, Allah pasti akan memberinya petunjuk.
Ayu tidak menyerah. Sisa impiannya yaitu menjadi ketua IPM. Sayangnya, ia belum ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi seorang top leader di IPM SMutu. Untuk itu, ia mulai menghidupkan kembali PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) yang sempat vakum bertahun-tahun akibat Pandemi.
Dalam proses ini, ia berperan sebagai Ketua PIK-R dan aktif mengikuti berbagai kegiatan, termasuk lomba dakwah tingkat Jawa Timur. Dari sini, Ayu semakin menegaskan keberadaan dan pentingnya berorganisasi bagi para remaja di sekolahnya.
Melalui segala usaha dan pengorbanan yang dilakukan, Ayu membuktikan bahwa perempuan memiliki potensi yang sama besarnya dengan laki-laki.
Ia tidak hanya berfokus pada prestasi akademik, tetapi juga memperjuangkan hak perempuan untuk berpendidikan tinggi. Dengan tekad yang kuat, Ayu menjadi inspirasi bagi banyak teman sebayanya. Keberaniannya dalam menghadapi berbagai tantangan membuktikan bahwa cita-cita dapat dicapai meski banyak rintangan yang harus dilalui.
Pada tahun 2023, Ayu ditetapkan Sebagai juara 1 Duta Generasi Berancana (GENRE) Kabupaten Sumenep. Tidak berhenti di sini, Ayu juga mewakili Kabupaten Sumenep untuk berkompetisi meraih mimpi sebagai Duta Genre tingkat Provinsi Jawa Timur.
Tidaklah merupakan sebuah kegagalan, Ayu pun masuk 10 besar Puteri Genre Provinsi Jawa Timur. Meskipun tidak menjadi Juara 1 atau Favorit, setidaknya Ayu telah menunjukkan betapa seorang putri dari Pulau Kangean juga bisa meraih mimpinya melalui SMA Muhammadiyah I Sumenep.
“Terima kasih, SMUTU yang telah membimbingku meraih kebaikan dan prestasi,” kata Ayu suatu saat kepada guru-gurunya.
Kini, Ayu Rosalinda bukan sekadar seorang gadis dari Kangean. Ia adalah sosok yang memperjuangkan mimpinya, mengubah stigma dan pandangan masyarakat tentang perempuan.
Dengan segala pengalaman yang telah dilalui, Ayu siap melanjutkan perjuangan ini, mewujudkan impian dan membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi mereka yang berani berjuang.
Melalui setiap langkah, Ayu mengajak para remaja lainnya untuk tidak takut bermimpi, karena di balik setiap impian terdapat kekuatan untuk mengubah masa depan.
Perjalanannya baru saja dimulai, dan Ayu yakin bahwa masih banyak prestasi yang akan diraihnya di masa depan.
Penulis Bahrus Surur Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun