Futri Zakiya Darojat SPsi (tengah, memegang mic) saat memberikan materi tentang workshop inklusi kepada Guru SMP Muhammadiyah 1 Blitar, Jumat (22/11/2024). (Nur Aji/PWMU.CO).
PWMU.CO – Pendidikan inklusi menjadi sorotan utama dalam upaya mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan merata.
Sejalan dengan semangat inklusi, SMP Muhammadiyah 1 Blitar menggelar workshop bertajuk “Menumbuh kembangkan Kesadaran Siswa tentang Adanya Perbedaan dalam Pendidikan Inklusi”.
Workshop inklusi ini berlangsung pada Jum’at (22/11/2024). Acara yang berlangsung di ruang kelas 7 ini terhadiri oleh seluruh guru SMP Muhammadiyah 1 Blitar dan menghadirkan psikolog ternama, Futri Zakiya Darojat SPsi.
Beri Pemahaman Lingkungan Inklusif
Dalam workshop ini, Futri Zakiya Darojat SPsi psikolog yang telah berpengalaman dalam bidang pendidikan inklusi, memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
Tidak hanya itu, ia juga menekankan bahwa setiap siswa memiliki potensi yang sama, terlepas dari latar belakang, kemampuan, atau kondisi fisiknya.
“Pendidikan inklusi bukan hanya sekadar menempatkan siswa dengan kebutuhan khusus dalam satu kelas dengan siswa reguler” terangnya.
“Lebih dari itu, inklusi adalah tentang menciptakan suasana di mana setiap individu merasa diterima, dihargai, dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang” ujar Futri dalam paparannya.
Futri juga menyoroti berbagai tantangan yang seringkali dihadapi dalam implementasi pendidikan inklusi, seperti kurangnya kesadaran guru, keterbatasan fasilitas, dan stigma sosial.
Solusi Implementasi Pendidikan Inklusi
Meski demikian, ia meyakini bahwa dengan komitmen dan upaya bersama, tantangan-tantangan tersebut dapat teratasi. Beberapa solusi yang Futri tawarkan antara lain:
- Pelatihan Guru: Melakukan pelatihan secara berkala untuk meningkatkan kompetensi guru dalam memahami kebutuhan siswa dengan berbagai latar belakang dan menerapkan metode pembelajaran yang inklusif.
- Aksesibilitas: Memastikan seluruh fasilitas sekolah, mulai dari ruang kelas hingga toilet, dapat diakses oleh semua siswa, termasuk siswa dengan disabilitas fisik.
- Kerjasama Orang Tua: Membangun komunikasi yang baik dengan orang tua siswa untuk mendapatkan dukungan dan pemahaman yang sama tentang pendidikan inklusi.
- Pembentukan Komunitas Inklusif: Membentuk komunitas inklusi yang melibatkan guru, siswa, orang tua, dan masyarakat sekitar untuk saling mendukung dan berbagi informasi.
Workshop ini mendapat sambutan positif dari seluruh peserta. Para guru mengaku mendapatkan banyak pengetahuan dan inspirasi baru.
“Workshop ini sangat bermanfaat. Saya jadi lebih memahami pentingnya menciptakan kelas yang inklusif. Saya akan berusaha menerapkan ilmu yang saya dapatkan ini dalam pembelajaran sehari-hari” ujar Khoridatul Awaliyah SPsi, salah seorang guru Bahasa Arab.
SMP Muhammadiyah 1 Blitar berharap workshop ini dapat menjadi langkah awal dalam mewujudkan sekolah yang benar-benar inklusif.
Selanjutnya, sekolah akan terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan inklusi melalui berbagai program dan kegiatan yang melibatkan seluruh komponen sekolah.
Penulis Nur Aji, Editor Danar Trivasya Fikri