PWMU.CO- Dalam momen bersejarah Tanwir Muhammadiyah di Kupang, Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah menyampaikan laporan pertanggungjawaban terkait capaian organisasi, Kamis (5/12/2024).
Forum pleno ini menjadi ruang refleksi atas perjalanan Pemuda Muhammadiyah selama masa kepemimpinan Dzulfikar Ahmad Tawalla sebagai Ketua Umum, sekaligus mempertegas arah gerakan ke depan.
Empat Pilar Pemuda Negarawan: Pondasi Gerakan
Dalam paparannya, Dzulfikar menekankan pentingnya penerjemahan Empat Pilar Pemuda Negarawan sebagai landasan gerakan yang kokoh. Pilar-pilar ini dirancang untuk mempersiapkan generasi muda Muhammadiyah menghadapi tantangan zaman dengan nilai-nilai luhur Islam.
Pertama, Pilar Akhlak dan Spiritualitas. Pemuda Muhammadiyah didorong untuk membangun karakter yang kuat, berlandaskan akhlak mulia sesuai tuntunan al-Qur’an dan Sunnah. Ini menjadi fondasi utama dalam melahirkan pemimpin masa depan yang berintegritas.
Kedua, Pilar Kaderisasi dan Keilmuan. Kapasitas intelektual dan profesionalisme kader ditingkatkan agar mampu bersaing di tingkat nasional maupun global. Program kaderisasi yang berkelanjutan memastikan lahirnya pemuda-pemuda berprestasi yang siap menghadapi dinamika dunia modern.
Ketiga, Pilar Kemanusiaan dan
Kebermanfaatan. Kepedulian terhadap umat dan bangsa menjadi inti dari program-program Pemuda Muhammadiyah. Dengan semangat kebermanfaatan, Pemuda Muhammadiyah berkontribusi nyata dalam membangun masyarakat yang lebih baik.
Keempat, Pilar Politik Kebangsaan. Keterlibatan dalam politik kebangsaan didasarkan pada nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan kemaslahatan. Dzulfikar menekankan pentingnya peran pemuda dalam menjaga keutuhan bangsa melalui pendekatan politik yang santun dan beretika.
Menjaga Ukhuwah dalam Perbedaan
Dalam forum ini, Dzulfikar menyampaikan permohonan maaf kepada Buya Anwar Abbas dan Pimpinan Muhammadiyah atas perbedaan pandangan dalam kontestasi politik Pilpres yang lalu.
Ia menegaskan bahwa perbedaan merupakan bagian dari dinamika demokrasi yang sehat, asalkan tetap menjunjung tinggi ukhuwah Islamiyah.
“Dalam kontestasi politik, kami berikhtiar untuk kebaikan. Jika menang, itu adalah amanah yang harus dijalankan sebaik-baiknya. Jika kalah, itu adalah takdir Allah yang tidak mendatangkan dosa,” jelas Dzulfikar, merujuk pada prinsip dasar muamalah yang diajarkan dalam Islam.
Landasan Fikih dalam Berorganisasi
Dzulfikar mengingatkan peserta forum tentang kaidah Islam dalam muamalah, yakni hukum asalnya adalah mubah, kecuali ada dalil yang melarang. Hal ini ia kutip dari firman Allah:
“Dialah yang menciptakan untuk kalian semua yang ada di bumi”* (Qs. Al-Baqarah: 29), serta sabda Rasulullah Saw: “Apa yang Allah halalkan dalam kitab-Nya adalah halal, dan apa yang Ia haramkan adalah haram. Sedangkan apa yang Ia diamkan, maka itu dimaafkan” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi).
Dzulfikar menutup laporannya dengan harapan besar bahwa Tanwir ini menjadi momentum untuk memperkuat semangat kebangsaan dan organisasi. Pemuda Muhammadiyah diharapkan terus menjadi penggerak perubahan menuju masyarakat yang maju dan berkeadilan, sejalan dengan cita-cita Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan.
“Tanwir ini adalah pengingat bahwa perjuangan kita belum selesai. Dengan semangat kebersamaan, kita akan terus membawa misi besar Muhammadiyah untuk umat, bangsa, dan dunia,” tutup Dzulfikar. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan