PWMU.CO – Tindakan pembelaan Miftah Maulana yang mengklaim mewakili aliansi santri jalanan di titik nol kilometer Kota Jogja mendapatkan berbagai tanggapan dari berbagai pihak, salah satunya dari akademisi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Sri Lestari.
Dilansir dari web um-surabaya.ac.id, kelompok aliansi santri jalanan tersebut menentang pengunduran diri Miftah sebagai utusan khusus presiden, beralasan bahwa keputusan tersebut terlalu berlebihan. Mereka berpendapat bahwa pernyataannya yang sempat viral dan dianggap menghina penjual es merupakan hal yang biasa terjadi saat ia berdakwah.
“Menganggap hinaan sebagai jalan dakwah seorang pemuka agama merupakan logika yang kurang tepat,” tutur Tari, Rabu (11/12/2024).
Menurut Tari, yang juga seorang aktivis perempuan, dakwah seharusnya berarti mengajak, mendidik, dan memberikan kedamaian. Namun, apa yang dilakukan Miftah lebih tepat disebut sebagai tindakan mengejek dan menjatuhkan, bukan mendidik.
“Menganggap lumrah cara dakwah Miftah sama halnya melakukan pembiaran terhadap perundungan di muka umum. Terlebih pada potongan video juga mencerminkan bagaimana Miftah mengobjektifikasi perempuan,” jelas Tari.
Ia menyatakan bahwa kita perlu menilai apakah aksi tersebut benar-benar merupakan inisiatif dari massa atau justru merupakan bagian dari rencana pihak tertentu. Tuntutan yang diajukan juga terlihat aneh jika hanya berfokus pada pengunduran diri Miftah semata.
“Seolah-olah, masyarakat yang menuntut menganggap bahwa hanya Miftah sajalah yang kompeten menjabat di posisi Utusan Khusus Presiden Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan,” tutupnya. (*)
Penulis Amanat Solikah Editor Azrohal Hasan