
Nur Rafi’ah, Guru di MTS Yayasan Pondok Pesantren Modern Islamiyah Arjasa, Sumenep sekaligus Penggerak Nasyiatul Aisyiyah di Pulau Kangean. (Zahrotul Janah/PWMU.CO).
PWMU.CO – Nur Rafi’ah, seorang guru di MTS Yayasan Pondok Pesantren Modern Islamiyah Arjasa, Sumenep, memiliki kisah inspiratif yang bermula dari lemari almarhumah tantenya.
Di dalam lemari tersebut, tersimpan sebuah seragam tua, peninggalan tantenya yang pernah menjadi kader aktif Nasyiatul Aisyiyah di Pulau Kangean. Seragam ini, meskipun sederhana, menjadi penggerak semangat Nur untuk membangun kembali kiprah organisasi Nasyiah di wilayahnya.
Momen itu terjadi ketika Nur Rafi’ah diminta untuk menjadi peserta dalam Musyawarah Daerah Nasyiatul Aisyiyah Sumenep.
Ketika mempersiapkan diri, ingatannya melayang ke masa kecil saat melihat seragam itu. Ia memutuskan untuk mengenakannya, seraya berdoa dan meniatkan hati untuk ikut menggerakkan kemajuan Nasyiatul Aisyiyah Cabang Arjasa.
Seragam tersebut bukan sekadar pakaian baginya. “Seragam ini seperti membawa pesan, seolah-olah almarhumah tante saya meminta saya untuk melanjutkan perjuangannya. Dari situ, saya merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu yang berarti bagi perempuan di Pulau Kangean” ujar Nur Rafi’ah.
Menghidupkan Pilar Perkaderan
Langkah awal Nur Rafi’ah adalah menghidupkan kembali semangat teman-teman Nasyiah di Cabang Arjasa. Berbekal komitmen dan dedikasi, ia mulai mensolidkan para kader.
Tidak sekadar mengandalkan kegiatan pengajian rutin, Nur memperluas cakupan aktivitas Nasyiah dengan mengadakan pelatihan keterampilan dan peningkatan kapasitas. Ia percaya bahwa perempuan harus diberdayakan, baik secara spiritual maupun keterampilan hidup.
Puncak dari perjuangannya terjadi pada Minggu-Senin (22-23/12/2024) lalu. Setelah 13 tahun penantian, Nur Rafi’ah sebagai Sekretaris dan Niya Hurriyah sebagai ketua PCNA berhasil menyemangati teman-teman pengurus untuk mensukseskan Darul Arqam Nasyiatul Aisyiyah 1 di Arjasa.
Kegiatan ini merupakan tonggak sejarah penting bagi Nasyiah Arjasa. “Mengadakan Darul Arqam bukan hal yang mudah, tapi kerja keras teman-teman Nasyiah dan doa dari banyak pihak akhirnya membuahkan hasil” ungkapnya dengan penuh syukur.
Kegiatan ini melibatkan peserta dari berbagai kalangan dan menjadi momentum untuk memperkenalkan kembali visi besar Nasyiatul Aisyiyah di Arjasa.
“Kami ingin Nasyiah menjadi wadah bagi perempuan muda untuk berkembang. Tidak hanya dalam hal agama, tetapi juga dalam keterampilan yang mendukung kehidupan mereka” tambah Nur.
Menghidupkan pilar perkaderan Nasyiatul Aisyiyah di Pulau Kangean merupakan tantangan yang penuh dengan dinamika.
Letaknya yang terpencil, akses transportasi yang terbatas, dan minimnya fasilitas tidak menjadi penghalang bagi kader-kader muda untuk berjuang. Justru tantangan inilah yang memacu kreativitas dan semangat mereka untuk membawa perubahan.
Kampanyekan Hidup Sehat dan Kemandirian
Selain berperan aktif di Nasyiah, Nur Rafi’ah juga dikenal sebagai sosok yang giat mengkampanyekan pola hidup sehat.
Ia memanfaatkan keahlian dan pengetahuannya dalam produk-produk herbal untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Dengan pendekatan yang sederhana namun efektif, Nur memperkenalkan manfaat hidup sehat melalui bahan-bahan alami.
“Di Pulau Kangean, akses terhadap fasilitas kesehatan tidak selalu mudah. Karena itu, saya mencoba memberikan solusi melalui produk herbal. Tidak hanya untuk kesehatan fisik, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup” jelas Nur.
Kegiatannya ini juga menjadi inspirasi bagi perempuan lain di wilayah tersebut untuk memulai usaha kecil-kecilan.
Nur mengajarkan bagaimana memanfaatkan sumber daya alam lokal untuk menghasilkan produk yang bermanfaat. “Saya ingin perempuan di sini tidak hanya bergantung, tetapi juga bisa mandiri secara ekonomi” ujarnya.
Sosok Entrepreneur yang Ulet
Di sela-sela aktivitasnya sebagai guru dan penggerak Nasyiah, Nur juga aktif berbisnis. Ia memulai usaha kecil-kecilan di bidang perdagangan, yang kini terus berkembang.
Kegigihannya dalam berbisnis tidak hanya memberikan pemasukan tambahan untuk keluarganya, namun juga menjadi contoh nyata bahwa perempuan bisa sukses di berbagai bidang.
“Bisnis bukan sekadar mencari keuntungan, tetapi juga tentang bagaimana kita memberikan manfaat kepada orang lain” kata Nur. Melalui usahanya, ia sering melibatkan perempuan-perempuan lokal, memberikan mereka pelatihan, dan membuka peluang kerja.
Inspirasi dari Pulau Terpencil
Pulau Kangean terletak sekitar 90 km dari daratan utama Kabupaten Sumenep. Akses utama menuju pulau ini adalah menggunakan kapal laut yang berangkat dari Pelabuhan Kalianget.
Perjalanan ini memakan waktu 7-10 jam, tergantung kondisi cuaca dan kapal yang digunakan. Di musim hujan, perjalanan menjadi lebih sulit karena ombak tinggi sering menghambat keberangkatan kapal.
Pulau Kangean, meskipun terpencil, kini memiliki sosok inspiratif seperti Nur Rafi’ah. Dengan segala keterbatasan, ia berhasil membawa perubahan yang signifikan. Dari seragam tua peninggalan tantenya, lahir semangat untuk membangun dan memberdayakan perempuan di daerahnya.
“Saya ingin Nasyiah menjadi lebih dari sekadar organisasi. Saya ingin ini menjadi gerakan nyata untuk memajukan perempuan, khususnya di daerah terpencil seperti Pulau Kangean” pungkasnya.
Nur Rafi’ah adalah bukti nyata bahwa perubahan besar bisa dimulai dari hal kecil. Seragam tua yang dulu terlipat rapi di lemari kini menjadi simbol perjuangan dan penggerak kemajuan.
Melalui dedikasinya, Nur telah membuktikan bahwa semangat dan kerja keras bisa mengubah tantangan menjadi peluang. Membawa harapan baru bagi perempuan di Pulau Kangean.
Penulis Zahrotul Janah, Editor Danar Trivasya Fikri