
PWMU.CO – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat, Lamongan menempatkan 2 orang musyrifah (pembimbing) yang difokuskan untuk mendampingi para penghuni asrama serta beberapa lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah.
Kedua muyrifah tersebut yakni Dzia Aida Mafaza Lc, dari Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir dan Sania Sari.
“Sejatinya, kami adalah duta dari Lembaga Pengembangan Ponpes Muhammadiyah (LP2M) Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang diterjunkan di lingkungan PCM Babat ini,” kata Dzia, gadis kelahiran Rembang, 1 September 2000, tersebut.
Aida, sapaan akrabnya, akan melaksanakan tugas suci selama satu tahun, terhitung sejak Senin (6/1/2025) hingga Rabu (31/12/2025) mendatang. Pengabdiannya tersebut akan difokuskan pada pembelajaran Bahasa Arab.
Dalam praktiknya, putri dari pasangan Asy’ari dan Nasriatun ini akan memberikan materi pelajaran Bahasa Arab.
“Dalam kesehariannya, kami akan mengajak praktik percakapan Bahasa Arab yang menggunakan tata bahasa yang benar, bukan bahasa Arab pasaran,” katanya.
Ia juga menyampaikan bahwa anak didik di sini masih menggunakan tata bahasa yang sangat mendasar, mengingat di sekolah hanya tersedia dua jam untuk mata pelajaran Bahasa Arab.
Guna meningkatkan kualitas di lingkungan PCM Babat, melalui Majelis Dikdasmennya, program pengabdian dari LP2M ini akan dikembangkan ke beberapa sasaran, di antaranya santri atau penghuni asrama SMP Muhammadiyah, murid-murid SMA dan SMK Muhammadiyah, serta para guru pengajar mata pelajaran Bahasa Arab.
“Tenaga pengabdian tersebut nantinya kita beri bisyarah sepantasnya karena kita juga membutuhkan tenaga musyrifah yang mumpuni, sehingga wajar jika kita pikirkan honornya,” ujar Ketua Majelis Dikdasmen PCM Babat, Suwadji SPd MPd.
Hal serupa juga disampaikan oleh Sekjen Dikdasmen PCM Babat, Edy Yusuf.
“Walaupun pengabdian, kita harus menghargai tenaga orang lain. Apalagi mereka memberikan ilmu yang tentu saja bermanfaat bagi persyarikatan Muhammadiyah,” tuturnya.
Saat ditemui oleh PWMU.CO, Dzia juga menyampaikan bahwa dirinya sempat merasakan bahwa warga Muhammadiyah Babat umumnya santai namun serius sehingga memungkinkan mereka untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya dengan baik.
“Semoga ilmu yang kami berikan kepada warga persyarikatan Muhammadiyah menjadi berkah dan keberadaan saya yang menjalani tugas pengabdian ini dapat memberikan manfaat. Ya, manfaat bagi kami dan manfaat bagi umat,” harapnya.
Sementara itu, Sania Sari menyampaikan bahwa sementara ini, dirinya fokus menjalankan pembinaan khusus untuk santri putri saja.
Perempuan kelahiran Surabaya, 18 April 2005 tersebut merasakan banyak santri yang kurang mendalami ilmu tajwid.
“Yang namanya santri memang tidak sama. Ada yang di kelas tinggi, tapi hafalannya sedikit. Ada juga yang di kelas rendah, tapi materi hafalan surat-suratnya sudah banyak, walaupun demikian, rata-rata para santri di sini sudah banyak yang lancar,” tegasnya.
Penulis Ahmad Fanani Mosah Editor Ni’matul Faizah