
Oleh Muhamad Ferdi – Mahasiswa UM Surabaya
PWMU.CO – Sebagai pelayan umat yang usianya melampaui usia Republik Indonesia ini, Muhammadiyah selalu terlibat aktif untuk menjawab kebutuhan umat, utamanya dalam hal pendidikan, sosial, dan kesehatan. Sejak Kiai Haji Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada 1912, Persyarikatan ini terus berkembang dengan amal usaha yang menyebar ke seluruh Indonesia.
Dinamika zaman dan kebutuhan warga, umat serta bangsa, berbagai tantangan pun muncul menuntut persyarikatan untuk selalu beradaptasi. Sehingga arah geraknya agar tetap relevan dan selalu berdampak baik bagi masyarakat.
Tantangan terhangat pada era kekinian adalah modernisasi dan globalisasi yang mengubah pola pikir serta pola hidup masyarakat, tak terkecuali generasi muda. Arus informasi yang begitu cepat melalui media digital membuat nilai-nilai Islam sering kali berbenturan dengan budaya populer yang berkembang di dunia maya.
Persoalan ideologi asing yang tidak selaras dengan ideologi Persyarikatan pun menjadi persoalan tersendiri. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang selalu mengedepankan pola-pola interaksi sosial secara moderat dan berkemajuan, sering kali menghadapi tantangan dari pihak lain yang cenderung berkarakter lebih konservatif maupun liberal.
Era modern ini juga tidak sedikit yang memberikan tantangan dalam bidang ekonomi. Dalam hal ini, Muhammadiyah yang cukup banyak berkiprah dalam bidang ekonomi berbasis teknologi, Muhammadiyah pun harus lebih mampu beradaptasi dalam mengelola Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), seperti: sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, dan lembaga sosial lainnya. Muhammadiyah tidak boleh berhenti untuk berinovasi agar tetap mampu berkompetisi dan mandiri.
Permasalahan-permasalahan ini perlu mendapatkan perenungan mendalam agar Muhammadiyah tetap mampu bertahan dan menjadi pelopor gerakan Islam yang berkemajuan.
Tantangan Muhammadiyah
Tak terpungkiri bahwa berbagai tantangan globalisasi itu berdampak cukup signifikan bagi eksistensi Muhammadiyah. Pengaruhnya tidak hanya tentang masa depan organisasi dalam artian keberlangsungan AUMnya, tetapi juga berdampak pada aspek dakwah dan juga kaderisasi.
Karena itu, ada beberapa langkah yang perlu dan harus bisa Muhammadiyah lakukan, antara lain:
Dakwah Muhammadiyah harus lebih adaptif. Metode dakwah konvensional yang sudah biasa dalam model pengajian dan atau ceramah tatap muka, perlu kombinasi atau kolaborasi dengan fasilitas perangkat digital agar lebih mampu menjangkau kalangan generasi muda.
Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) harus semakin inovatif dalam menghadapi persaingan. Sekolah, perguruan tinggi, dan atau rumah sakit Muhammadiyah harus mengembangkan strategi baru dalam meningkatkan kualitas layanan serta daya saing di era globalisasi.
Kaderisasi menghadapi tantangan besar, terutama dalam menarik minat generasi muda untuk aktif ber-Muhammadiyah. Kini kebanyakan anak muda lebih tertarik dengan aktivitas yang bersifat instan dan menghibur dibandingkan berorganisasi.
Muhammadiyah perlu semakin responsif dalam menghadapi resistensi dari kelompok lain yang suka menyebarkan isu yang berkaitan dengan sikap Muhammadiyah terhadap persoalan keagamaan.
Menghadapi tantangan dan juga dinamika zaman, Muhammadiyah harus melakukan reformasi dan reformulasi untuk semakin mengukuhkan diri sebagai Gerakan Islam Berkemajuan. Karena itu, ada beberapa langkah yang perlu Muhammadiyah fungsikan untuk menopang langkah strategis agar mudah beradaptasi. Beberapa langkah itu antara lain:
1. Mengembangkan budaya literasi digital pada kader dan anggota Muhammadiyah. Muhammadiyah harus mampu memanfaatkan secara optimal media sosial, podcast, dan video sebagai sarana dakwah yang efektif untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang berkemajuan.
2. Memperkuat ekonomi AUM. Melalui pengelolaan manajemen AUM secara professional — dengan tanpa mengabaikan aspek kemanusiaan. Muhammadiyah perlu mengembangkan AUM pada bidang ekonomi untuk memperkuat kemandirian organisasi.
3. Mengembangkan metode dakwah yang lebih kontekstual. Melalui dakwah yang kontekstualis, dakwah Muhammadiyah akan lebih relevan dengan sesuai dengan kehidupan masyarakat dengan tanpa kehilangan substansi ajaran Islam yang sebenarnya.
4. Berkolaborasi secara strategis dengan pemerintah, sektor swasta, dan organisasi Islam lainnya agar dakwah Muhammadiyah semakin luas dan memiliki pengaruh yang lebih besar.
Inovasi dan Adaptasi
Sebagai organisasi yang telah berdiri lebih dari satu abad, Muhammadiyah memiliki modal sosial dan jaringan yang kuat untuk terus berkembang. Namun, tanpa inovasi dan adaptasi, Muhammadiyah bisa kehilangan daya tarik di tengah perubahan zaman. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
- Membentuk tim khusus yang fokus pada penguatan digitalisasi dalam berbagai bidang.
- Menciptakan model kaderisasi yang lebih fleksibel dan menarik bagi generasi muda.
- Mengembangkan amal usaha yang lebih inovatif dan profesional, sehingga tetap menjadi pilihan utama masyarakat.
- Membangun kolaborasi dengan berbagai pihak agar Muhammadiyah dapat terus menjadi lokomotif perubahan dalam masyarakat.
Editor Notonegoro