
PWMU.CO – Mengobati rasa ‘kangen’ Bapak-Ibu Jamaah Haji tahun 2024, Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh (KBIHU) Labbaik melaksanakan reuni pertama, Sabtu (02/02/2025) bertempat di rumah Ujiek Silvian Efendi, Jalan Made Rejo nomor 5 Perumnas Made Lamongan.
Hadir dalam acara reuni pertama ini, Pembimbing Haji Drs Shodiqin M Pd, Tenaga Medis Dr dr Chrisna Budi Satriyo, Pengurus KBIHU Labbaik H. Sudar dan Irawan, serta Ketua Alumni Jamaah Haji Labbaik 2024 Budi Masruri SH MH, beserta sekitar 125 jamaah yang hadir dari 208 jamaah yang berangkat tahun 2024 kemarin.
H Budi, dalam sambutannya sebagai ketua, mengingatkan akan rasa syukur atas nikmat Iman, Islam juga kesehatan, dan kesempatan sehingga bisa menghadiri acara ini.
Yang kedua pesan beliau, untuk senantiasa menjaga keistiqomahan dalam beribadah. “MasyaaAllah, dulu ketika di Madinah dan Makkah, lantas kita ketinggalan shalat berjamaah di Masjid Nabawi atau Masjidil Haram merasa getun (menyesal) sekali, monggo (mari) di sini (di Indonesia, maksudnya) kita juga harus getun atau menyesal ketika harus ketinggalan shalat berjamaah,” ujarnya.
“Apalagi mendengar adzan kita tidak tergerak hatinya untuk berangkat berjamaah di masjid, jangan sampai itu terjadi,” demikian lelaki yang berprofesi sebagai notaris ini menekankan pesannya.
Lebih lanjut, ia berharap pada pertemuan pertama kali ini bisa memprogram kebersamaan Jamaah KBIHU Labbaik ini, misalnya dalam bentuk umroh bersama.
Menjaga Kemabruran Haji
Sementara itu, Drs Shodiqin MPd dalam tausyiahnya mengambil tema Menjaga Kemabruran haji. Sebelumnya, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan ini, Yai Shodiqin mengingatkan doa yang pernah beliau ajarkan saat masih di tanah suci, yakni “Marrotan ba’dha Marrotin“.
“Nah, hari ini doa itu dikabulkan. Yakni pak Haji Ujiek Silvian syukuran atas berangkat kembali ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah umroh bersama keluarga. Mudah-mudahan jenengan sedoyo (semua) bisa kembali lagi ke sana untuk haji atau umroh bersama keluarga,” ujar Shodiqin. Aamiiin, serentak hadirin menjawab doa beliau.
Lebih lanjut, kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Lamongan ini menguraikan empat pesan Rasulullah SAW sebagai upaya untuk menjaga kemabruran haji tersebut.
Yang pertama, Afsyus salaam. Tebarkan salam, salam itu artinya kedamaian, kerukunan, kesejahteraan, keselamatan juga kerahmatan. Perintah tebarkan salam, maknanya, kita di mana saja berada, bertempat tinggal, bekerja di mana saja, hendaknya menciptakan kedamaian, kerukunan, kesejahteraan, keselamtan juga kerahmatan, sehingga suasana guyup, sejuk dan rukun.
Jangan menjadi orang sebaliknya, bahkan menjadi bahan omong-omong orang lain. Misalnya, “Wah, jangan bertetangga dengan orang itu, jangan bekerja dengan dia, dia selalu bikin ruwet, ribut dan timbul banyak masalah,” naudzubillah!, jangan sampai seperti itu.
“Bapak-Ibu haji dan hajah harus menjadi teladan di lingkungan kita masing-masing, teladan kebaikan, teladan keselamatan, bisa hidup rukun dengan siapa saja,” demikian pintanya.
Yang kedua, wasiilul arham. Menyambung tali kasih sayang, tali silaturahim. Jangan sampai kita memutuskan tali kasih sayang, jangan sampai memutuskan tali silaturahim. Sebab memutus tali silaturahim diancam tidak akan masuk syurga. “Laa yadkhulul jannah qooti’un” (HR. Muslim).
Ungkapan ini sering digunakan untuk menggambarkan orang yang memutus tali silaturahmi. Menyambungkan kasih sayang atau menyambungkan tali persaudaraan bisa dengan berkunjung, bertatap muka, berbincang-bincang agar suasana masyarakat menjadi damai dan tenteram.
Dengan bersilaturrahim banyak pekerjaan-perkerjaan yang sulit bisa diselesaikan. Pesan Nabi SAW, bahwa silaturrahim itu memperpanjang umur dan menambah rezeki.
Ia kemudian menyarankan, misalnya para jamaah haji ini besanan, yang punya anak perempuan besanan dengan jamaah yang mempunyai anak laki-laki, kita jodohkan anak-anak kita.
Bapak haji Ibu haji, insyaaAllah termasuk orang-orang baik, anak-anak kita juga anak-anak yang baik, maka diharapkan akan lahir cucu-cucu yang baik pula. Menjodohkan anak-anak kita ini juga merupakan bagian dari menjaga tali silaturahim dan bisa menjalin kasih sayang diantara sesama jamaah.

Orang yang bisa menjaga kasih sayang adalah orang-orang yang memiliki lapang dada, mudah memaafkan, tidak menjadi pembenci, dan jika bersalah mudah meminta maaf. Memudahkan urusan orang lain, suka menolong, dan bekerja sama. Perilaku-perilaku seperti ini tentu akan bisa menjaga kemabruran haji kita.
Yang ketiga, wa’ath’imuth tho’aam, berilah makan. Sungguh banyak orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan makanan. Ada fakir miskin, anak-anak terlantar atau siapapun yang membutuhkannya.
Kalaupun mengundang untuk walimahan atau syukuran, maka disunnahkan juga untuk mengundang orang-orang papa. Jangan sampai ada sebuah keluarga kelaparan, sementara tetangganya tertidur nyenyak lantaran kekenyangan.
Keempat, wash sholul laili wannasu ni’amun. Shalatlah malam ketika kebanyakan manusia sedang nyenyak-nyenyaknya tidur. Ada saat-saat khusus, dimana doa kita lebih dikabulkan oleh Allah SWT, yaitu bermunajat dan berdoa di malam hari, saat-saat orang lain sedang nyenyak tidur.
Kita kenal dengan istilah qiyaamul lail, mendirikan ibadah malam, dengan shalat tahajud, berdoa, dan berdzikir kepada Allah SWT. “Oleh karena itu, Bapak-Ibu jamaah haji yang dirahmati Allah, mari kita biasakan untuk shalat malam,” demikian pintanya.
Yang sanggup bangun lebih awal, kerjakan 11 rakaat, yang bangunnya sudah dekat dengan waktu subuh, tetap usahakan, meski hanya 3 rakaat (2 rakaat tahajud dan 1 rakaat witir).
“Jangan sampai kita bangunnya jam 5, bahkan setengah enam, subuhnya saja sudah tidak tepat waktu dan tidak bisa berjamaah, apalagi shalat malam, ya tentu sudah tidak bisa,” demikian kelakarnya.
Mengakhiri tausyiahnya, Yai Shodiqin menyimpulkan. Bahwa dari keempat amalan tersebut, tiga amalan erat kaitan dengan manusia lain (hablum minnan nas).
Aspek inilah yang bisa dirasakan oleh orang lain, bisa dilihat oleh orang lain, bahkan dijadikan standar sebagai orang baik dan bermanfaat. Sementara satu amalan adalah aspek yang bersifat individual, hubungan langsung sang hamba dengan sang Kholiq, Tuhan penciptanya. Dalam bahasa agama dikenal sebagai hablum minnallah.
Kemudian beliau menutup tausyiahnya dengan membaca doa, semoga semua jamaah haji tahun 2024 dan keluarganya menjadi orang-orang baik, taat beribada, dan istiqomah dengan kebaikannya.(*)
Penulis Mustain Masdar Editor Zahrah Khairani Karim