
PWMU.CO – Murid SD Alam Muhammadiyah Kedanyang (SD Almadany) Kebomas, Gresik, memanen kacang tanah di kebun belakang sekolah pada Rabu (5/2/2025).
Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan anak-anak pada proses bercocok tanam dan pentingnya keberagaman sumber pangan. Para murid terlihat antusias dan senang dapat terlibat langsung dalam aktivitas pertanian tersebut.
Keriangan tampak di wajah salah satu siswa, Azarine Ayu Zahira Wicaksono Soegito. Ia bersama teman-temannya dari kelas V dan VI diajak oleh guru-gurunya untuk berkegiatan di ladang.
Mereka terlebih dahulu dikumpulkan di halaman sekolah sebelum memasuki area perkebunan.
“Pertama, lepas alas kakinya dan perhatikan arahan serta praktik cara mencabut tanaman kacang tanah dari pak taninya,” ujar Guru kelas VI, Izza Novitasari SPd.
Lalu, salah satu siswa, Willie Raditya Randy, bertanya, “Mengapa alas kaki harus dilepas, Ustadzah?.”
Izza kemudian menjelaskan alasan mengapa mereka tidak diperkenankan memakai alas kaki saat di ladang. Pertama, alas kaki akan kotor dan basah, dan yang kedua, agar keseimbangan kita tetap terjaga saat berada di lumpur ladang.
“Jika ingin memakai alas kaki, bisa memakai sepatu boots,” ungkapnya.
Kesembilan puluh murid kelas V dan VI kemudian bergerak menuju ladang yang terletak di belakang bangunan sekolah. Karena tidak ada akses langsung ke tempat tersebut dari gedung sekolah, mereka harus berjalan memutar sejauh kurang lebih 200 meter.
Sang penggarap ladang, Sutrisno, kemudian menyampaikan beberapa aturan agar kegiatan hari ini dapat berjalan lancar.
“Saat mencabut tanaman kacang tanah, genggam batang bawah mendekati akar, agar kacang-kacang yang berada di akarnya bisa tercabut dari tanah dan tidak tertinggal,” katanya.
Sutrisno lalu melanjutkan, “Begitu tercabut, jangan lupa menggoyangkan tanaman agar tanah yang menempel di akarnya dapat jatuh.”
Ia pun langsung mencontohkan caranya. Dengan menunduk, tangannya mencengkram beberapa batang tanaman kacang tanah dan tercabutlah akar tanaman itu. Lalu, ia menggoyang-goyangkannya, dan tampaklah kulit-kulit kacang tanah yang menempel.
“Bisa dimakan, Pak?,” tanya Excel Mahendra Kusuma.
Sutrisno tersenyum mendengar pertanyaan polos siswa kelas V itu. “Sebenarnya bisa, tapi akan lebih enak jika direbus dahulu,” jawabnya.
Ada empat petak ladang, masing-masing berukuran 3 x 10 meter. Mereka lalu dibagi menjadi empat kelompok sesuai kelasnya. Murid kelas V, Magnolia Alba memanen kacang tanah di petak 1, murid kelas V, Michelia Champaca di petak 2, murid kelas VI, Cocos Nucifera di petak 3, dan petak keempat dipanen oleh murid kelas VI, Tectona Grandis.
Tanpa aba-aba, mereka segera terjun ke ladang dan mulai mencabut tanaman kacang tanah. Dalam waktu sekitar satu jam, terkumpullah tanaman kacang tanah beserta bonggol kacang-kacang yang masih menempel di akarnya.
Setelah itu, beberapa murid mempreteli kacang-kacang tanah dari akar tanamannya dan membersihkan kacang tanah tersebut. Terdapat empat bak plastik besar yang terisi hasil panen kacang hari ini.
“Kegiatan ini merupakan bentuk pembelajaran experiential learning yang dikombinasikan dengan enjoyable learning,” ujar Kepala SD Almadany, Nur Aini SPd MPd.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan murid-murid SD Almadany dapat merasakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan berbeda, serta merasa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. (*)
Penulis Mahfudz Efendi Editor Ni’matul Faizah