
PWMU.CO – Di sudut Gelanggang Olahraga (GOR) Delta Sidoarjo, sekelompok pemain berkumpul dalam lingkaran kecil. Nafas mereka memburu, keringat menetes di dahi, tapi mata mereka tak menunjukkan kelelahan—hanya ada tekad dan harapan.
Ini bukan sekadar pertandingan. Ini adalah perjalanan. Perjalanan yang penuh kerja keras, jatuh bangun, dan impian besar yang mereka genggam erat.
Mereka bukan hanya bermain untuk menang, mereka bermain untuk membuktikan bahwa ketekunan dan kebersamaan bisa mengalahkan segala rintangan.
SMA Muhammadiyah 3 Tulangan (Smamuga) datang ke Troist Cup 2025 bukan dengan status unggulan, tapi dengan semangat yang tak terbendung.
Dari Ragu Menjadi Percaya Diri
Langkah pertama Smamuga di turnamen ini langsung diuji. Mereka berhadapan dengan SMA Negeri 1 Mojosari, tim yang postur pemainnya menjulang tinggi, seolah menjadi tembok besar di depan mereka.
“Kami belum pernah bertemu mereka sebelumnya. Awalnya ada rasa ragu, tapi kami tahu bahwa pertandingan ditentukan bukan oleh ukuran tubuh, melainkan oleh hati dan strategi,” ujar M Yudha, salah satu motor serangan tim.
Di tengah ketegangan, Smamuga tetap tenang. Mereka mengontrol bola dengan sabar, mencari celah di pertahanan lawan.
Ketika kesempatan datang, Muhammad Rangga Desta menghunjamkan bola ke gawang, membuka skor yang akhirnya ditutup oleh Yudha dengan gol keduanya.
Smamuga menang 2-0, dan lebih dari itu—mereka membuktikan bahwa mereka layak berada di sini.
Bertarung Melawan Ketakutan
Tantangan berikutnya lebih besar. SMA Antartika Sidoarjo, salah satu tim terkuat di turnamen ini, menunggu di babak 16 besar.
“Kami tahu mereka punya reputasi besar. Ada rasa gentar di awal, tapi pelatih terus mengingatkan, Kalian sudah sampai di sini, jangan biarkan rasa takut mengambil alih,” kenang Yudha.
Pertandingan berjalan sengit. Smamuga harus bertahan dari tekanan besar, tetapi mereka tak kehilangan fokus. Ahmad Farellino memecah kebuntuan dengan sebuah gol indah, sebelum Yudha menggandakan keunggulan.
Dengan pertahanan yang disiplin dan semangat juang yang luar biasa, mereka menutup pertandingan dengan kemenangan 2-0.
Dari sana, semangat mereka membara. Di perempat final, meski awalnya gugup melawan SMA Negeri 1 Pandaan, Smamuga bangkit setelah time-out. Mereka mulai bermain dengan tempo sendiri, mendikte permainan lawan.
Hasilnya? Kemenangan luar biasa 5-0, dengan hattrick dari Yudha, serta gol dari Rangga Desta dan sang kiper, Cahya Sidqi.
Kelelahan, Keringat, dan Mimpi yang Masih Menyala
Empat pertandingan dalam sehari. Otot-otot mereka terasa berat, kaki mulai gemetar, tapi mereka tahu ini belum selesai.
Masih ada semifinal melawan SMA Negeri 1 Waru, dan mungkin final menunggu di depan sana.”Kami sudah memberikan segalanya. Sekarang hanya tinggal satu hal, percaya,” kata Yudha.
Pelatih, Ikwan Syafiudin melihat wajah anak-anak asuhnya, lelah tapi tetap penuh semangat. “Kami belum pernah meraih juara satu, tapi saya yakin ini saatnya. Mereka punya semua yang dibutuhkan—skill, mental, dan hati yang besar,” ujarnya.
Dukungan dari sekolah pun terus mengalir. Wakil Kepala Sekolah, Delta Surya Ni Wahyu MPd, memastikan bahwa Smamuga tidak berjalan sendirian.
“Mereka adalah kebanggaan kami. Apa pun hasilnya, mereka sudah menunjukkan apa artinya perjuangan,” katanya.
Di antara sorotan lampu lapangan dan suara-suara suporter yang memenuhi GOR, satu hal pasti yaitu, perjalanan ini lebih dari sekadar permainan.
Ini tentang bagaimana kerja keras bisa mengubah mimpi menjadi kenyataan.
Akankah Smamuga membawa pulang trofi juara? Jawabannya ada di kaki mereka, di strategi yang mereka jalankan, dan di hati yang tak pernah lelah untuk berjuang.(*)
Penulis Zulkifli Editor Zahrah Khairani Karim