
PWMU.CO – Puluhan warga Desa Sukorejo, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik pada Rabu (5/2/2025) berkumpul di balai desa. Tampaknya mereka sedang menunggu kehadiran mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Kelompok 46 Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG). Mereka sengaja menunggu kehadiran para peserta KKN yang hendak memberikan penyuluhan terkait pengolahan sampah. Kegiatan penyuluhan ini menjadi sarana edukasi bagi warga, utamanya untuk mewujudkan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Pada kegiatan penyuluhan tersebut, hadir pula Alif Sulthon Basyari, SE, MSM selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN. Sedang sebagai narasumber, kelompok KKN ini mengundang Andhi Sulandra, Kepala Desa Randuboto, Kecamatan Sidayu. Perlu diketahui, Desa Randuboto merupakan desa percontohan dalam hal pengelolaan sampah yang efektif dan ramah lingkungan.
Kepala Desa Sukorejo, Fathur Rohman, saat menyampaikan sambutan berharap agar penyuluhan ini dapat meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya pengolahan sampah.
“Semoga kita semua bisa sadar dan peka terhadap masalah sampah. Desa Sukorejo harus bisa mencontoh keberhasilan Desa Randuboto dalam mengelola sampah,” ujar Pak Kades dengan sangat antusias.
Fathur Rohman juga menyampaikan rencananya untuk melakukan studi banding ke Desa Randuboto. Tujuannya untuk melihat langsung tentang tata cara warga Desa Randuboto dalam hal mengelolah sampah. Jadi tidak hanya teori atau informasi saja, tapi bisa langsung praktik di tempatnya.
“Kita akan melihat langsung bagaimana Desa Randuboto mengolah sampah. Tidak hanya teori, tetapi juga praktik langsung,” tambahnya.
Andhika Putra Kurniawan, selaku Ketua KKN Tematik Kelompok 46 UMG juga turut menyampaikan pesan positifnya. Dia juga merasa Bahagia bisa berkontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan di Desa Sukorejo.
“Kegiatan ini semoga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Desa Sukorejo. Pengolahan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kita semua,” ujarnya.
Biopori organik untuk mengurangi sampah
Sedangkan nara sumber yang juga Kepala Desa Randuboto, Andhi Sulandra memaparkan pengalaman sukses desanya dalam mengatasi masalah sampah.
“Kami di Randuboto berhasil mengurangi sampah yang over-capacity dengan membuat biopori organik. Ini adalah solusi murah dan efektif untuk mengolah sampah organik,” jelas Andhi.
Biopori organik, menurut Andhi, tidak hanya membantu mengurangi volume sampah, tetapi juga menyuburkan tanah dan mengurangi risiko banjir.
Andhi sangat menekankan pentingnya partisipasi aktif warga dalam pengolahan sampah.
“Tanpa dukungan warga, program ini tidak akan ada hasilnya. Maka kuncinya adalah kesadaran dan komitmen bersama,” tegasnya.
Harapannya, kegiatan penyuluhan ini menjadi langkah awal bagi Desa Sukorejo menuju lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Dengan adanya rencana studi banding ke Desa Randuboto, harapannya warga Sukorejo dapat praktik langsung dalam pengolahan sampah.
“Kami berharap, ke depannya Desa Sukorejo bisa menjadi desa percontohan seperti Desa Randuboto. Meski ini merupakan langkah kecil, tetapi dampaknya bisa sangat besar bagi lingkungan dan kesehatan warga,” pungkas Andhika.

Makin malam suasana penyuluhan semakin gayeng. Apalagi kegiatan penyuluhan ini dikemas dengan model diskusi interaktif antara narasumber dan warga. Antusias warga terlihat jelas dari setiap pertanyaan yang terlontar. Ini menandakan bahwa kesadaran akan pentingnya pengolahan sampah mulai tumbuh.
Semoga dengan semangat kolaboratif antara mahasiswa, pemerintah desa, dan warga, Desa Sukorejo dapat menorehkan kesuksesan baru dalam pengelolaan sampah untuk menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. (*)
Penulis Ahmad Azharuddin, Editor Notonegoro