
PWMU.CO – Janji Pelajar Muhammadiyah untuk mematuhi orang tua dibacakan Ba’diyatus Sa’diyah dalam upacara bulanan MTs Muhammadiyah (MTsM) 7 dan MA Muhammadiyah (MAM) 8 Takerharjo, Solokuro, Lamongan, Kamis (6/2/2025).
Petugas upacara bendera adalah murid kelas XII MAM 8 Takerharjo. Perwiranya Romi. Pemimpin upacaranya Roobith. Protokolnya Azafah. Ajudannya Fara. Pembukaan UUD 1945 dibacakan Alya. Pembacaan doa oleh Bihar. Pengibar benderanya Aiga, David, dan Farel. Pemimpin peletonnya Niko, Tegar, Rama, Fira, Mitha, dan Diva.
Adapun pembina upacaran, Sri Ismanifah SE Kepala MAM 8 Takerharjo. Ia didampingi para guru, di antaranya H M Tsabit, Abdul Hakim, Kunawi, Mushlihin, M Khozin, Budi Setiawan, Annik Zuliyanah, Qoniatun Niswah, Fatayil Qoyyim, dan Infazatul Izni.
Kepala madrasah memberikan amanat. Isinya menyanjung petugas upacara yang telah melaksanakan tugas akhir dengan baik. Ia juga salut kepada peserta upacara yang tetap khidmat dan semangat, bahkan tetap bugar meski diguyur hujan.
Hormat dan Patuh Kepada Orang Tua
Selain itu, kepala madrasah mendukung Janji Pelajar Muhammadiyah, khususnya tentang hormat dan patuh kepada orang tua serta guru. Ia mengutip hadist riwayat Tirmidzi, “Orang tua adalah pintu terdekat masuk surga.”
“Berbuat baiklah kepada orang tua. Patuhilah mereka dalam hal-hal yang bukan kemaksiatan. Pergaulilah mereka dengan baik, walaupun mereka nonmuslim. Ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia secara santun,” ajak kepala madrasah.
Kepala madrasah juga menukil hadis riwayat Bukhari, “Sesungguhnya salah satu dosa besar adalah melawan dan berbuat jahat kepada orang tua.” Bahkan, dalam al-Quran surat al-Isra’ ayat 23, membentak saja dilarang.
Kepala madrasah menegaskan, “Jangan durhaka kepada orang tua, lantaran Nabi bersabda siksaan durhaka kepada orang tua disegerakan kepada pelakunya ketika ia masih hidup.”
Selanjutnya, upacara berakhir pukul 07.40 WIB. Murid-murid masuk kelas. Para guru mendidik mereka sampai pukul 13.00 WIB. Sebelum pulang, mereka shalat Dzuhur, kultum, serta salam takzim kepada para guru sebagai wujud menghormati orang tua.
Penulis Mushlihin Editor Zahra Putri Pratiwig