
PWMU.CO – Pandu Hizbul Wathan (HW) Tunas Athfal TK ABA 13 Warulor, Paciran, Lamongan, mengadakan kegiatan ekstrakurikuler di luar sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan lingkungan sekolah di Kampus 1 dan Kampus 2 PGM Warulor serta memperkenalkan permainan tradisional kepada anak-anak, Rabu (5/2/2025).
Kegiatan ekstrakurikuler ini dilaksanakan dua bulan sekali pada semester genap sebagai bagian dari pengenalan Hizbul Wathan kepada para siswa TK ABA 13 Warulor, khususnya kelompok B yang berjumlah 18 siswa.
Selain itu, kegiatan ini juga memberikan pengalaman edukatif di luar sekolah melalui permainan tradisional yang dibina oleh Bunda Mukholifah SPd dan Bunda Nanda Ayu Dita SPd.
Acara diawali dengan upacara pembukaan, dilanjutkan dengan jelajah lingkungan sekolah di Kampus 1 dan Kampus 2 PGM Warulor. Setelah itu, siswa mengikuti berbagai permainan tradisional seperti Uli-Ulik Elang, Hai Buta, dan Sapu Tangan. Saat istirahat, mereka menikmati makan bersama dengan bekal yang dibawa dari rumah. Kegiatan kemudian diakhiri dengan upacara penutupan.
Berikut tiga permainan tradisional yang dimainkan:
1. Uli-Ulik Elang
Permainan ini dilakukan dengan membagi peran kepada anak-anak. Satu anak berperan sebagai ayam yang berada di dalam kandang, sementara beberapa anak lainnya membentuk lingkaran sebagai kandang. Ada juga satu anak yang berperan sebagai elang yang bertugas menangkap ayam. Anak-anak yang menjadi kandang harus melindungi ayam agar tidak tertangkap oleh elang.
2. Hai Buta
Permainan tebak teman yang dilakukan dengan menutup mata salah satu anak menggunakan kacu leher. Anak yang matanya ditutup harus menebak siapa teman yang disentuhnya. Jika tebakannya benar, maka teman tersebut akan berganti peran menjadi si buta.
3. Sapu Tangan
Permainan ini dilakukan dengan menyenandungkan lagu sambil mengibaskan sapu tangan ke arah pemain lain. Pemain yang terkena sapu tangan terakhir harus mengejar pembawa sapu tangan hingga tertangkap.
Bunda Nanda Ayu menyampaikan bahwa seluruh siswa merasa sangat senang dan menikmati permainan tradisional tersebut. Mereka begitu antusias hingga tidak ingin permainan segera berakhir dan ingin terus bermain.
“Anak-anak sangat senang dengan permainan tradisional ini. Waktu terasa berlalu begitu cepat, bahkan mereka ingin terus bermain dan enggan berhenti,” ujarnya.
Sementara itu, Bunda Mukholifah merasa bangga dan bahagia melihat anak-anak yang dibinanya. Mereka tampak gembira dan mematuhi semua instruksi dari pembina, sehingga kegiatan berlangsung dengan seru dan menyenangkan. (*)
Penulis Alish Editor Ni’matul Faizah