
PWMU.CO – Pimpinan Ranting Muhammadiyah – Aisyiyah (PRM-PRA) Suci Manyar Gresik mengadakan Baitul Arqam selama dua hari di Vila Nabila Pacet pada Sabtu-Ahad (8-9/2/2025). Materi terakhir (keempat) diisi dengan kuliah subuh yang mengangkat tema “Peran Tauhid dan Akhlak dalam Membangun Kehidupan Islami, Berbangsa, dan Bernegara.”
Pemateri dalam kuliah tersebut adalah Drs H Mustain Razaq MPdI. Dalam pemaparannya, Ustadz Razaq menekankan bahwa tauhid dan akhlak merupakan dua kunci utama dalam membangun pondasi kehidupan.
“Anak yang terbiasa melaksanakan sholat tahajud akan lebih tangguh dalam menghadapi tantangan hidupnya,” ujarnya mengawali materi pada pagi itu.
Mubaligh asal Mojokerto tersebut menjelaskan bahwa penanaman tauhid harus dimulai sejak dini. Penguatan tauhid dapat dilakukan dengan banyak berdzikir. Menurut analisanya, seseorang yang memiliki akidah dan tauhid yang kuat akan lebih mudah merasakan kebahagiaan karena memiliki tingkat kesabaran dan keikhlasan dalam menerima takdir kehidupan.
“Ciri orang yang memiliki tauhid yang kuat adalah selalu ridha dengan segala keadaan dan takdir hidupnya,” tuturnya.
Razaq juga mengilustrasikan kehidupan orang yang memiliki tauhid yang kuat dengan perumpamaan ikan di laut. “Ikan laut, meskipun hidup bertahun-tahun di air asin, tetap tawar saat digoreng. Begitu pula dengan orang yang memiliki akidah dan tauhid yang kokoh. Jika ia menjadi seorang pejabat, meskipun berada di lingkungan koruptor, ia tetap tidak akan terpengaruh dan akan konsisten memegang ajaran Allah,” jelasnya.
Mengutip ulama Hasan Al-Basri, Razaq menjelaskan tiga kriteria kualitas manusia:
- Orang seperti makanan, selalu dibutuhkan. Tidak ada manusia yang tidak membutuhkan makan dan minum. Orang dalam kategori ini memiliki banyak keterampilan dan kompetensi sehingga dalam situasi apa pun selalu dapat diandalkan. “Orang seperti ini memiliki gelar MSI (Meh Sembarang Iso),” ujarnya, disambut tawa peserta.
- Orang seperti obat, kadang dibutuhkan, kadang tidak. Mereka memiliki keterampilan tertentu yang hanya berguna dalam kondisi tertentu.
- Orang seperti penyakit, tidak diinginkan oleh siapa pun. Ciri orang dalam kategori ini adalah selalu membawa pengaruh negatif dalam kehidupan. Saat berorganisasi, mereka minim kontribusi, tidak menyumbangkan ide, tenaga, maupun harta. “Orang seperti ini hanya suka mencela dan menjadi perusuh, na’udzubillah,” jelasnya.
Dengan nada bercanda, ia menyebut bahwa orang dalam kategori ketiga ini juga memiliki gelar MSI (Manusia Setengah Iblis), yang kembali mengundang tawa para jamaah.
Di akhir materinya, Ustadz Razaq menegaskan karakteristik gerakan Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah, sehingga dalam menyampaikan ajaran Islam harus selalu disertai akhlak dan dilakukan dengan cara yang lembut. Dakwah harus menyesuaikan dengan karakter audiens agar lebih diterima oleh masyarakat luas.
“Di Muhammadiyah, harus ada dai yang bisa berdakwah seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq yang lembut dan sabar, seperti Umar bin Khattab yang konsisten, tegas, dan berani, seperti Ali bin Abi Thalib yang cerdas dan luwes, serta seperti Utsman bin Affan yang penuh kedermawanan,” pungkasnya. (*)
Penulis Anis Shofatun Editor Wildan Nanda Rahmatullah