
PWMU.CO – Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Ngampelsari, Candi Sidoarjo, berduka atas meninggalnya Ketua Nilma Hayati pada Ahad, (26/01/2025), pukul 22.30 WIB di Rumah Duka Padang Sumatera Barat. Kabar duka ini menyebar cepat melalui grup WhatsApp warga Perumahan Taman Candiloka, Ngampelsari, tempat almarhumah tinggal bersama suami, Zulkarnaen, dan putra semata wayangnya, Rasyid, yang masih duduk di kelas 1 SD Muhammadiyah 1 Candi.
Menurut Zulkarnaen, suami almarhumah, Nilma Hayati telah berjuang melawan penyakit menahun selama 19 tahun. Kambuhnya kondisi kesehatan pada November 2023 membuatnya menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Universitas Andalas (RS UNAND), Padang.
“Istri saya sempat dibawa ke Bogor untuk berobat alternatif dan beberapa kali bertemu keluarga besar di Jakarta. Namun, karena kondisinya terus menurun, kami sepakat membawanya pulang ke Padang awal Januari 2025,” ujar Zulkarnaen, yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga medis di RSUD dr. Soetomo Surabaya.
Kepergian Nilma Hayati meninggalkan luka mendalam bagi warga dan rekan organisasi. Suyitno, Ketua Takmir Masjid Al Amin Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) sekaligus Ketua RT 3 Taman Candiloka, menulis di grup WhatsApp.
“Yaa Allah ‘Azza Wajalla, ampunilah segala dosa Ibu Nilma Hayati, angkatlah derajatnya bersama para mahdiyin, lapangkanlah kuburnya,” ungkapan belasungkawa juga mengalir dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah Candi dan jamaah setempat
Kiprah di Muhammadiyah dan Aisyiyah

Nilma Hayati terpilih sebagai Ketua Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Ngampelsari pada Ahad (10/9/2023) melalui Musyawarah Ranting, bersama suaminya, Zulkarnaen juga sebagai Ketua PRM Ngampelsari. Pasangan ini dikenal aktif membangun sinergi antara Muhammadiyah dan Aisyiyah di tingkat ranting.
Setelah dimakamkan di Padang, Zulkarnaen kembali ke Sidoarjo pada Kamis malam, 6 Februari 2025. Jamaah dan tetangga kemudian menggelar takziah pada Jumat (7/2) di kediamannya.
“Kami kehilangan sosok ibu yang selalu membawa semangat dalam setiap kegiatan Aisyiyah. Doa kami menyertai keluarga yang ditinggalkan,” ujar Asmudji, salah satu jamaah Masjid Al Amin
Selain meninggalkan suami dan anak, Nilma Hayati mewariskan jejak kepemimpinan yang inspiratif. Sebagai penyintas penyakit kronis, ia tetap aktif menggerakkan program di PRA hingga akhir hayat.
“Ibu Nilma mengajarkan kami untuk tidak menyerah, baik dalam berorganisasi maupun menghadapi ujian hidup,” tutur Eni koleganya.
Keluarga besar Muhammadiyah dan Aisyiyah berharap semangat almarhumah terus menjadi teladan bagi generasi penerus, terutama dalam membangun komunitas yang berdaya dan berakhlak mulia. (*)
Penulis Naimul Hajar Editor Amanat Solikah