
PWMU.CO – Berorganisasi bagi Ramanda M. Zainal Arifin bukan sekadar aktivitas, melainkan perjalanan yang membentuk jati diri. Sejak awal menapaki jalan di Hizbul Wathan (HW) pada tahun 2002, Ramanda Zainal telah menemukan dunia yang penuh petualangan, pembelajaran, dan pengabdian.
Kenangan pertama yang masih melekat adalah saat mengikuti Kemah Ramadhan di Kediri pada tahun 2003. Saat itu, Ramanda Zainal masih anak bawang di HW, namun semangatnya untuk belajar dan berkontribusi terus membakar jiwa.
Malam-malam di bawah tenda, kajian keislaman, serta kebersamaan dengan sahabat-sahabat seperjuangan menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Setahun kemudian, Ramanda Zainal mendapat kesempatan lebih besar, mengikuti Jambore HW di Tengger Bromo Probolinggo. Momen ini semakin membuka mata Ramanda Zainal bahwa HW bukan sekadar latihan baris-berbaris atau menghafal sandi morse, tetapi juga melatih mental, disiplin, dan kebersamaan.
Pada tahun 2005, Ramanda Zainal mengambil peran baru sebagai pelatih HW, membimbing adik-adik agar dapat merasakan pengalaman luar biasa seperti yang pernah ia alami. Berbagai kegiatan telah Ramanda Zainal jalani, mulai dari Jampanal di Pusdiklat HW Pasuruan (2008), Jambore di Kaliurang Sleman (2010), hingga Kemah Santri di Karanganyar, Jawa Tengah (2016). Setiap kemah adalah ruang belajar, bukan hanya bagi peserta tetapi juga bagi Ramanda Zainal sebagai pelatih.
Namun, pengabdian Ramanda Zainal tidak hanya terbatas pada HW. Perguruan Seni Bela Diri Indonesia, Tapak Suci Putra Muhammadiyah, juga menjadi bagian penting dalam perjalanan hidupnya. Sejak 2004, ia mengabdikan diri sebagai pelatih, membina generasi yang tangguh, baik secara fisik maupun mental.
Ramanda Zainal mendalami berbagai pelatihan dan sertifikasi, seperti Penataran Wasit Juri di SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo (2021), Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) Kader Utama di Banyuwangi (2022), Pengukuhan Kader di Probolinggo (2022), serta mengikuti beberapa penataran pelatih di berbagai daerah, termasuk Sampang (2022) dan Surabaya (2025).
Selain itu, ia juga terlibat dalam Sosialisasi Kurikulum Tapak Suci di Universitas Brawijaya Malang pada 2023, membantu menyusun pola pembelajaran yang lebih sistematis.
Di usia muda, Ramanda Zainal juga diberi amanah besar sebagai Ketua Pimpinan Daerah Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) Sumenep pada tahun 2004. IRM mengajarkan kepemimpinan yang lebih luas, bukan hanya di tingkat lokal, tetapi juga nasional.
Ramanda Zainal juga mengikuti berbagai agenda penting, seperti Tes Taruna Melati 3 di Pamekasan (2004), Taruna Melati 3 di UMSIDA Sidoarjo (2004), serta Rapat Pleno Muktamar IRM Lampung di PDM Malang (2005). Salah satu pengalaman berharga adalah ketika mewakili IRM Sumenep dalam acara Kerukunan antarumat di Surabaya (2005), sebuah forum yang mempertemukan berbagai elemen masyarakat dalam semangat persatuan.
Pengabdian Ramanda Zainal berlanjut di Pemuda Muhammadiyah. Ia aktif dalam Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) sejak 2006. Di sini, Ramanda Zainal belajar tentang kedisiplinan, tanggung jawab, dan kesiapsiagaan menghadapi berbagai situasi.
Selain itu, ia juga mengikuti Pelatihan Taruna di SMP Muhammadiyah Gresik dan turut serta dalam Musyawarah Wilayah (Musywil) di Banyuwangi (2005), yang menjadi ajang bertukar gagasan dengan kader-kader muda dari berbagai daerah.
Kini, Ramanda Zainal masih berkhidmat di Muhammadiyah di Pulau Kangean. Meskipun berada di daerah kepulauan, semangat untuk terus belajar, berbagi, dan mengabdi tidak pernah surut. Ramanda Zainal selalu terinspirasi oleh kisah perjuangan para kader senior, yang perjalanan organisasinya membawa mereka melintasi berbagai provinsi.
Bagi Ramanda Zainal, organisasi adalah perjalanan yang tak mengenal titik akhir. Selama masih ada kesempatan, Ia akan terus berjalan, belajar, dan berkhidmat. Sebab, hidup yang bermakna adalah hidup yang memberi manfaat bagi sesama. (*)
Penulis Moh Ernam Editor Ni’matul Faizah