
(Ketua Dewan Guru Besar UMM)
PWMU.CO – Hari Kamis 14 Februari Muhadjir dikukuhkan sebagai guru besar bidang Pendidikan luar Sekolah Fakultas Ilmu pendidikan Universitas Negeri Malang atau 10 tahun setelah jabatan profesor diraihnya di tahun 2014. Tulisan ini mengangkat legacy dan gaya kepemimpinan Muhadjir Effendy saat memimpin Universitas Muhammadiyah malang (UMM).
Membincangkan Prof. Dr Drs H Muhadjir Effendy MAP dan dunia pendidikan adalah sebuah fenomenal terutama apabila dilihat dari tiga perspektif: kenegaraan, keumatan dan kelembagaan. Perspektif kenegaraan karena Muhadjir pernah menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) era kepemimpinan Presiden Jokowi periode pertama dan kedua, dan sebagai Penasehat Presiden bidang haji di era pemerintahan Presiden Prabowo. Perspektif keumatan Muhadjir adalah Ketua PP Muhammadiyah sejak Muktamar ke 47 di Makasar yang menangani bidang pendidikan dan muktamar ke 48 terpilih lagi ketua bidang pemberdayaan ekonmo umat. Perspektif kelembagaan Muhadjir 40 tahun berperan sebagai pimpinan UMM mulai sebagai Pembantu Rektor 3 bidang kemahasiswaan, Pembantu Rektor 1 bidang akademik, Rektor 16 tahun dan sekarang sebagai ketua Badan Pengelola Harian (BPH) mewakili PP Muhammadiyah.
Tulisan ini hanya fokus pada peran Muhadjir di UMM khususnya gaya kepemimpinannya selama memimpin UMM. UMM didirikan sejak tahun 1964 dan mengalami perkembangan yang sangat signifikan semenjak kepemimpinan A. Malik Fadjar 1983-2000. Tahun 1985-1996 atau 13 tahun Muhadjir menjabat sebagai Pembantu Rektor WR 3 (bidang kemahasiswaan), 1996-2000 atau 4 tahun sebagai Pembantu Rektor 1 (bidang akademik) dan tahun 2000-2016 atau 16 tahun sebagai Rektor. Tahun 2014-sekarang atau 16 tahun sebagai Wakil ketua dan kemudian menjadi ketua Badan Pengelola Harian (BPH) yang merupakan perwakilan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di UMM.
Selama Muhadjir memimpin UMM semenjak sebagai Pembantu Rektor dan kemudian menjadi Rektor UMM terus berkembang maju sampai sekarang. Diantar capaian UMM adalah akreditasi instutusi A (Unggul) sejak tahun 1912, PTS terunggul LLDIKTI jawa Timur selama 15 tahun berturut-turut, Perguruan Tinggi Islam terbaik No 1 tingkat Dunia versi Unirank tahun 2021 (era Rektor Prof. Fauzan), dan 20 PT terbaik nasional PTN PTS tahun 2025 (era Rektor Prof. Nazaruddin Malik).
Apa kekuatan atau origin of power kepemimpinan Muhadjir sehingga mampu menciptakan legacy selama memimpin UMM? Pertama, position power. Muhadjir mampu mendayagunakan posisition power dalam memimpin UMM melalui empat strategi yaitu:
- Memanfaatkan formal authority yang melahirkan kekuasaan kepemimpinan yang efektif dalam mengarahkan, mengkoordinasikan, memengaruhi, menggerakkan semua lini komponan organisasi;
- Melakukan control over resource untuk mengendalikan individu dan kelompok agar dalam satu kendali kepemimpinan;
- Memberikan reward kepada yang berprestasi dan “punishment” kepada yang counter prestasi. Banyak sekali reward yang diberikan kepada staf yang berprestasi seperti pergi haji, pergi ke luar negeri, jabatan, dan berbagai insentif. Sedangkan punishmen diberikan kepada yang kontra prestasi atau tidak sejalan dengan arah kepemimpinannya dengan punishmen yang keras tetapi tidak mematikan;
- Melakukan control over information dengan cara aktif menyampaikan berbagai informasi kepada segenap civitas akademika, dan juga memberikan klarifikasi apabila ada desas-desus atau issue yang tidak sedap berkembang.
Kedua, Muhadjir memiliki personal power yang mumpuni dari berbagai lini baik dari latar belakang pendidikan maupun pengalaman. Latar belakang pendidikannya sangat mendukung mulai Pendidikan Guru Agama (PGA) 6 tahun dan Sarjana Muda Tarbiyah IAIN Malang, Sarjana IKIP bidang Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Administrasi Publik UGM dan Sosiologi UNAIR dengan disertasi tentang kepemimpinan di Militer.
Dari pengalaman berorganisasi yaitu menjadi aktivis semenjak kuliah di Himpunan mahasiswa Islam (HMI) dan menjadi Pembantu Rektor di usia yang masih muda yaitu 27 tahun dan seterusnya sampai menjadi rektor. Personal power nya dibangun melalui:
(1) mengembangkan kepemimpinan ekspertis, yaitu kepemimpinan bersumber dari keahlian sang pemimpin dalam bidang pendidikan tinggi yang diraih melalui belajar. Muhadjir dapat dikatakan sebagai multi talenta yang expert dalam berbagai bidang ilmu (keagamaan, kependidikan, sosial politik, manajemen kepemimpinan), pandai pidato, menyanyi berbagai genri musik, dan dalang;
(2) memelihara persahabatan dari para loyalis dan berupaya person-person dan kelompok-kelompok dalam organisasi;
(3) membangun charisma melalui gaya kepemimpinan yang penuh percaya diri, mendengarkan aspirasi bawahan, dan keberanian mengambil resiko.
Ketiga, political power. Muhadjir menyadari bahwa memimpin perguruan tinggi dengan jumlah dosen dan karyawan mencapai 1500 an orang dan jumlah mahasiswa sekitar 40 ribu orang bukan perkara mudah. Untuk itu langkah dan strategi yang dikembangkan meliputi:
(1) control over decision processes, mengontrol setiap proses pengambilan keputusan agar setiap keputusan tidak merugikan kepentingan lembaga dan tidak melemahkan posisi dan kepemimpinannya. Muhadjir sering mengatakan seorang pemimpin tidak boleh “telmi” (telat pikir), sesat pikir atau salah pikir;
(2) melakukan koalisi, yaitu menjalin kerjasama dengan banyak fihak internal dan eksternal untuk mencapai tujuan organisasi. Di masa kepemimpinan Muhadjir UMM melampaui batas-batas ideologi, politik dan keagamaan. Banyak anak-anak tokoh Nahdlatul Ulama (NU), non muslim dan mahasiswa asing yang studi di UMM;
(3) melakukan koptasi, yaitu strategi menarik, menerima, atau menggabungkan individu atau kelompok yang awalnya tidak setuju, out layer atau tidak terlibat dalam suatu tujuan, termasuk dengan cara menawarkan keuntungan atau posisi yang menguntungkan. Dengan kooptasi ini semua sumberdaya manusia dapat dioptimalkan demi kemajuan organisasi.
Keempat, manajer dan administer. Muhadjir bukan hanya seorang leader dan manajer, yaitu memiliki kemampuan sebagai seorang administer (memiliki kemampuan administratif). Ada adagium yang mengatakan “pemimpin yang baik belum tentu bisa menjadi manajer yang efektif, tetapi manajer yang efektif bisa menjadi pemimpin yang baik”. Kemampuan sebagai manajer dan administer ini diwujudkan melalui:
(1) kemampuan membangun relasi melalui kecakapannya membangun tim, mengelola konflik, membangun networking dan dukungan dari stake holder internal maupun eksternal;
(2) diantara kecakapan administrative adalah kehandalam dalam mencari dan memberikan informasi, klarifikasi dan monitoring dinamika organisasi;
(3) kecakapan dalam fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, konsultasi, penelegasian tugas dan pemecahan masalah.
Meskipun di awal kepemimpinannya sempat ada yang meragukan kemampuannya, melalui keempat strategi manajemen kepemimpinan itulah Muhadjir mampu melanjutkan dan meningkatkan kepemimpinan A. Malik Fadjar dalam melejitkan UMM.
Editor Azrohal Hasan