
Oleh Bening Satria Prawita Diharja – Guru PJOK SMP Muhammadiyah 1 Gresik
PWMU.CO – Dunia sepak bola kembali berduka. Legenda sepak bola nasional, Bejo Sugiantoro yang pada akhir hayatnya menjabat sebagai pelatih klub Deltras Sidoarjo meninggal dunia setelah mengalami kolaps saat bermain sepak bola bersama komunitas fun football di lapangan SIER Surabaya, Selasa (25/2/2025).
Meski sempat beristirahat setelah bermain satu babak, Abah Bejo (sapaan akrab almarhum) ambruk saat babak kedua baru berjalan sekitar lima menitan. Sontak kolega dan teman-temannya bermain sepontan memberikan pertolongan pertama. Selanjutnya langsung bawa ke Rumah Sakit Royal Surabaya. Tapi takdir berkata beda, meski sudah mendapatkan penanganan medis dari tim dokter, Abah Bejo di nyatakan meninggal dunia pukul 17.00 WIB dengan dugaan faktor penyebabnya serangan jantung.
Kolaps
Dari kejadian itu, muncul berbagai macam spekulasi penyebab kematian legenda timnas PSSI dan menjadi idola Arek Suroboyo Persebaya itu. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi? Apa faktor penyebab terjadinya kolapsnya?
Penelitian Pakar Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Dr Andrianto, dr, SpJP (K) FIHA, FAsCC menyebutkan bahwa secara keseluruhan persentase kolaps hingga kematian mendadak selama atau segera setelah berolahraga kira-kira 5% lebih tinggi pada orang dengan usia 35 tahun atau lebih.
Atlet yang tiba-tiba tidak sadarkan diri sebabnya oleh berbagai jenis sistem tubuh — seperti sistem jantung dan pembuluh darah, susunan saraf pusat, atau pernapasan. Namun penyebab yang paling banyak terjadi adalah aritmia jantung atau kelainan struktural jantung. Hal serupa di alami oleh gelandang Timnas Denmark Christian Eriksen. Eriksen kolaps sehingga tidak sadarkan diri saat melawan Finlandia pada fase penyisihan grup Piala Euro tahun 2020.
Sepak bola merupakan jenis olahraga yang mempunyai ritme aktivitas yang tinggi, sehingga segala aktivitas latihan yang berkaitan dengan fisik yang berat dan berlangsung lama dapat berdampak negatif terhadap jantung.
Aktifitas fisik yang dilakukan atlet inilah yang berpotensi mengakibatkan terjadinya perubahan fisiologi, istilahnya itu athlete heart. Yaitu bentuk organ jantung atlet yang membesar keempat ruangnya akibat adaptasi terhadap latihan olahraga. Perubahan besar pada otot jantung bisa juga diikuti perubahan struktur jaringan kontraktil menjadi jaringan ikat. Akibatnya dapat mengurangi kontraktilitas dan elastisitas otot jantung sebagai pompa dan potensial menyebabkan gangguan irama jantung.
Tindakan preventif
Lalu bagaimana bentuk preventif agar tetap nyaman berolahraga (termasuk sepak bola) namun tetap waspada terhadap kemungkinan hal yang terjadi termasuk kejadian yang dialami oleh Abah Bejo?
Penulis yang notabene Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) dalam melakukan pembelajaran bersama peserta didik, tentu tidak hanya memberikan praktek olahraga saja. Lebih dari itu yaitu memberikan pengetahuan dan pemahaman berupa teori tentang deteksi dini gagal jantung melalui cara sederhana dengan menghitung denyut nadi.
Karena memahami cara perhitungan denyut nadi, minimal setiap individu sadar diri terhadap kemampuan fisiologi tubuh agar resiko terjadinya kolaps saat melakukan aktivitas fisik dapat teratasi.
Berikut cara menghitung denyut nadi:
1. Untuk mengetahui denyut nadi basal, yang merupakan denyut nadi saat bangun tidur sebelum melakukan aktivitas, ikuti langkah-langkah berikut: letakkan 2-3 jari di atas arteri pergelangan tangan dan tekan perlahan untuk merasakan denyut nadi. Hitung denyut nadi selama 30 detik, lalu kalikan dengan dua untuk mendapatkan jumlah denyut per menit. Untuk hasil yang lebih akurat, lakukan pengukuran selama tiga hari berturut-turut dan ambil rata-ratanya. Denyut nadi normal untuk orang dewasa di atas 18 tahun adalah antara 60-100 kali per menit.
2. Untuk mengetahui denyut nadi istirahat, yang merupakan denyut nadi saat tubuh dalam keadaan santai, tanpa melakukan aktivitas fisik, dan dalam kondisi rileks tanpa emosi, caranya sama dengan pengukuran denyut nadi basal.
3. Untuk mengetahui denyut nadi latihan, yang merupakan denyut nadi saat sedang melakukan aktivitas fisik atau latihan, caranya adalah dengan mengurangi angka 220 dari usia Anda, kemudian kalikan hasil pengurangan tersebut dengan 60-80%. Sebagai contoh, jika Anda berusia 25 tahun, maka 220 dan kurangi 25 sehingga hasilnya 195. Nilai 195 ini adalah detak jantung maksimal yang dapat Anda capai saat berolahraga. Jika denyut nadi melebihi angka tersebut, sebaiknya kurangi intensitas latihan dan beristirahat sejenak.
Selain melakukan perhitungan denyut nadi, guru PJOK juga perlu memberikan pemahaman teori kepada peserta didik mengenai pemeriksaan dan pemantauan penyakit jantung struktural serta aritmia tanpa gejala. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko terjadinya henti jantung mendadak.
Pentingnya pemeriksaan
Dalam hal ini, penulis menekankan pentingnya pemeriksaan medis, seperti medical check-up, elektrokardiografi saat istirahat, uji latih beban jantung (treadmill), serta pemeriksaan pencitraan jantung, termasuk ekokardiografi dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Selain itu, peserta didik juga perlu dibekali dengan pelatihan dalam menangani kasus kolaps secara cepat dan tepat saat beraktivitas fisik. Hal ini sangat penting, karena kematian dapat terjadi dalam waktu 4 hingga 6 menit jika tidak segera tertangani.
Fenomena kolaps saat beraktivitas fisik pada dasarnya merupakan tanda dan gejala yang muncul secara tidak langsung, yang dapat menyebabkan atlet pingsan, kehilangan kesadaran, atau bahkan mengalami kejang. Sayangnya, tanda dan gejala ini sering kali tidak diwaspadai atau bahkan diabaikan.
Melalui pemeriksaan mandiri, seperti perhitungan denyut nadi, minimal kita dapat memahami kondisi tubuh saat melakukan aktivitas fisik berat. Dengan demikian, kita dapat menghentikan aktivitas atau menyadari gejala sejak dini jika tubuh mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan atau masalah kesehatan.
Pada dasarnya, olahraga bertujuan untuk menyehatkan tubuh, asalkan melakukannya dengan cara yang benar. Selain itu, penting juga untuk menjaga pola makan, pola tidur, dan pola istirahat yang baik. Semua aspek tersebut merupakan kunci utama dalam menjaga kesehatan dan kebugaran peserta didik.
Editor Notonegoro