
PWMU.CO – Kegiatan Baitul Arqam Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pandaan 1446 H/2025 M diselenggarakan di SMK Muhammadiyah 1 Pandaan hari Sabtu (15/03/2025) mulai pukul 13.00 – 18.00 WIB. Acara tersebut dibuka oleh Ketua PDM Kab. Pasuruan Ahmad Samsoni.
Adapun kegiatan tersebut diikuti oleh Majelis PCM Pandaan, karyawan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) pendidikan, AUM kesehatan, perwakilan ranting, takmir Masjid dan Musholla, Ortom Cabang dan AMM kecamatan Pandaan. Baitul Arqam pada tahun ini mengambil tema “Menyiapkan Hayatan Thayyibah untuk Mewujudkan Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur” selaras dengan tema pengajian Ramadhan 1446 H PWM Jatim.
Dalam kegiatan ini PCM Pandaan menghadirkan narasumber dua orang Rektor PTM sekaligus, yang pertama adalah Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Hidayatullah dan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya Mundakir.
Mundakir menyampaikan materi “Menyiapkan Hayatan Thayyibah untuk Mewujudkan Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur” ditinjau dari segi kesehatan.
Mundakir sapaan akrabnya memulai dengan menjelaskan bahwa hayatan thayyibah atau kehidupan yang baik itu harus diwujudkan dengan pribadi-pribadi yang sehat. Beliau mengutip konsep kesehatan dari pakar kesehatan Dadang Hawari yang menyebutkan bahwa kesehatan itu bersifat holistik yang meliputi kesehatan fisik, kesehatan mental, kesehatan sosial dan kesehatan spiritual.
“Ciri-ciri hayatan thayyibah adalah hidup dengan nilai-nilai Islam: iman, amal sha;ih, dan akhlaq mulia, berorientasi pada kebermanfaatan bagi sesama, menerima takdir dengan sabar dan syukur, memiliki keseimbangan spiritual, sosial dan professional” jelasnya.
Hayatan Thayyibah
Mundakir yang sekaligus Ketua MPKU PWM Jatim menyampaikan strategi untuk mewujudkan hayatan thayyibah. Di antaranya adalah tarbiyah ruhiyah dengan menjaga ibadah, dzikir dan keikhlasan, tarbiyah fikriyah dengan memperkuat ilm dan wawasan keIslaman, tarbiyah khuluqiyyah dengan menumbuhkan akhlaq dalam relasi sosial, dan tarbiyah jasadiyah melaui menjaga kesehatan dan produktifitas.
Peran kader Muhammadiyah untuk menciptakan hayatan thayyibah untuk mewujudkan baldatun tyayyibah adalah dengan menjadi agen perubahan di tengah masyarakat, menerapkan nilai-nilai Islam progresif dalam profesi dan pengabdian, membangun keluarga Islami dan lingkungan yang mendidik.

Hidayatullah sebagai pembicara yang kedua menghadirkan judul hayatan Thayyibah Menuju Baldah Thayyibah Wa rabbun Ghafur. Beliau memulai dengan mengisahkan perjalanan kaum Saba’ sesuai dalam al Quran surah saba’ ayat 15-17.
{لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (15) فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ (16) ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلا الْكَفُورَ (17) }
“Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon asl, dan sedikit dari pohon sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.”
Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan bagaimana Allah memberikan negeri yang makmur pada kaum Saba’, tetapi mereka meninggalkan ketaatan kepada Allah dan Allah mengirimkan azab keras yang memporak porandakan kaum Saba’.
Kehidupan yang Berkualitas
Dayat sapaan akrabnya yang juga sebagai Wakil Ketua PWM Jatim bidang Majelis Pendidikan, Pustaka, Informatika dan Digitalisasi, mengartikan bahwa hayatan thayyibah adalah kehidupan yang serba baik atau kehidupan yang berkualitas, dengan karakteristis:
1) Kehidupan yang dilandasi aqidah tauhid yang lurus dan beribadah hanya kepada Allah
2) Kehidupan yang dilengkapi dengan ilmu
3) Kehidupan yang selalu memberi manfaat
4) Kehidupan yang dipenuhi dengan rizqi yang halal
5) Kehidupan yang dilandasi oleh rasa syukur dan sikap qana’ah serta Ridha
6) Kehidupan yang selalu diliputi kebahagiaan dan ketenangan karena terhindar dari dosa
7) Kehidupan yang saling tolong menolong
8) Kehidupan dalam barisan yang rapi.
Kedua pemateri mengambil landasan al Quran Surah An-Nahl ayat 97 untuk mengartikan hayatan thayyibah, yang berbunyi:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Keduanya sepakat bahwa Baldatun Tayyibah Wa rabbun Ghafur akan terwujud apabila masing-masing individu yang ada di suatu negara memiliki kehidupan yang baik dari semua aspek. (*)
Penulis Luqman Wahyudi Editor Amanat Solikah