
PWMU.CO – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Kiai Saad Ibrahim, mengulas peristiwa Nuzulul Quran dalam Pengkajian Ramadan 1446 H yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta. Acara ini berlangsung di Auditorium Djuanda Gedung Dakwah Muhammadiyah DKI Jakarta, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Ahad (16/3/2025).
Dalam ceramahnya, Kiai Saad menjelaskan bahwa turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Saw merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam. Wahyu ini diturunkan melalui Malaikat Jibril di Gua Hira.
Turunnya Wahyu di Gua Hira
Kiai Saad mengisahkan bahwa ketika menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad Saw mengungkapkan bahwa dirinya tidak bisa membaca hingga tiga kali saat diperintahkan oleh Malaikat Jibril.
“Ketika menerima wahyu pertamanya (QS al-‘Alaq [96]: 1-5), Nabi berucap sebanyak tiga kali, ‘Aku tidak bisa membaca’. Hal itu diucapkan karena beliau diperintahkan oleh Malaikat Jibril untuk membaca,” jelasnya.
Lebih lanjut, Kiai Saad menerangkan bahwa Malaikat Jibril kemudian merangkul Nabi Muhammad SAW dengan begitu kuat hingga membuat beliau sulit bernapas. Setelah rangkulan dilepaskan, Nabi akhirnya merespons dan mengikuti perintah Jibril untuk membaca ayat-ayat yang diwahyukan kepadanya.
Wahyu sebagai Pedoman Hidup
Dalam ceramahnya, Kiai Saad juga mengisahkan tentang seorang laki-laki yang tidak dikenal mendatangi Nabi Muhammad dan bertanya tentang Islam, iman, ihsan, serta hari kiamat.
“Orang itu duduk di hadapan Nabi, menempelkan kedua lututnya ke lutut Nabi, lalu bertanya tentang Islam, iman, ihsan, dan hari kiamat. Setelah itu, orang tersebut pergi. Nabi kemudian menjelaskan kepada para sahabat bahwa yang datang tadi adalah Malaikat Jibril yang bermaksud mengajarkan agama kepada mereka,” ungkapnya.
Kiai Saad menambahkan bahwa wahyu yang diterima Nabi Muhammad tidak hanya mengajarkan tentang keimanan, tetapi juga menjadi pedoman hidup bagi umat manusia. Kedekatan Nabi dengan Malaikat Jibril dalam penyampaian wahyu menunjukkan betapa pentingnya wahyu tersebut bagi perjalanan dakwah Islam.
“Proses turunnya wahyu juga dijelaskan dalam QS an-Najm [53]: 1-10, yang menggambarkan bagaimana Jibril turun dari ufuk yang tinggi, mendekat kepada Nabi Muhammad SAW hingga jaraknya hanya dua busur panah atau lebih dekat lagi. Di momen itulah, Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad,” imbuhnya.
Melalui kajian ini, Kiai Saad mengajak umat Islam untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam wahyu al-Quran agar dapat menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. (*)
Penulis Ahmad Fikri Editor Wildan Nanda Rahmatullah