
PWMU.CO – Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Prof Dr Khozin, hadir sebagai pemateri di acara Darul Arqom Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Pasuruan pada Sabtu (22/03/2025).
Dalam paparan materinya, Prof Khozin menyampaikan bahwa sekolah yang maju adalah sekolah yang memiliki tata kelola dan pelayanan yang bagus.
Ia mencontohkan bahwa di antara ciri sekolah maju adalah kepala sekolah tidak boleh pegang dan mengelola uang sekolah. “Kepala sekolah harus mengangkat bendahara sekolah dan rekening sekolah harus atas nama lembaga bukan pribadi,” ucapnya.
Termasuk dalam tata kelola sekolah, lanjutnya, adalah menata Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Kepala sekolah harus memikirkan bagaimana supaya gurunya pintar dan memiliki kemampuan tertentu.
Selain itu, Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang (FAI UMM) tersebut memaparkan kultur di sekolah Muhammadiyah.
Ia menyampaikan bahwa ada 14 kultur yang harus dibangun di sekolah Muhammadiyah. Pertama, disiplin. “Guru tidak boleh datang terlambat,” ucapnya.
Kedisiplinan, tutur Khozin, adalah bagian dari pelayanan. “Sekolah swasta mindset-nya harus swasta. Kalau tidak kerja, tidak dapat murid,” tegasnya.
Kedua, kesantunan. Hubungan antar SDM di sekolah Muhammadiyah harus terjalin dengan baik dan santun. Ketiga, keteladanan. Guru harus bisa menjadi teladan dalam berbagai hal. Di antaranya dalam berdisiplin dan bekerja bareng.
Keempat, kejujuran. Kelima, kesederhanaan. Keenam, kebersihan. Soal kebersihan, Khozin punya cerita menarik dari salah satu sekolah Muhammadiyah di salah satu pulau di kabupaten Sumenep.
Kepala sekolah di tempat tersebut harus datang jam enam pagi, saat guru, tenaga pendidik, dan murid belum datang. Dan yang dilakukan pertama kali ketika tiba di sekolah adalah membersihkan sekolah.
Dari menyapu sampai ngepel lantai sekolah. Tidak cukup sampai di situ, kepala sekolah juga melibatkan pihak TNI untuk menertibkan siswa yang membuang sampah sembarangan.
Ketujuh, suka beramal saleh. Kedelapan, pelayanannya bagus. Kesembilan, hemat. Tentang kultur hemat ini, Khozin punya kenangan tersendiri saat dirinya masih menjadi dosen muda di UMM.
Wakil rektor saat itu sempat marah pada stafnya. Pasalnya amplop yang digunakan untuk gaji dosen, karyawan, dan surat menggunakan kertas putih baru. Menurutnya itu pemborosan. Sebaiknya pakai kertas bekas untuk amplop.
“Sehingga dulu jadi dosen baru di UMM harus latihan bikin amplop dari kertas berkas,” ujarnya disambut tawa hadirin.
Kesepuluh, percaya diri. “Jadi guru ojok minderan (jangan rendah diri),” ucapnya.
Kesebelas, sabar dan bersyukur. Kedua belas, bijak dan bertanggung jawab. Ketiga belas, dinamis. Dan keempat belas, berpikiran maju. Prof Khozin mengajak para guru dan tenaga kependidikan di Pasuruan untuk bekerja keras dan tekun belajar.
“Orang sukses adalah orang yang kerjanya keras, di atas rata-rata orang lain. Dan orang pintar itu karena belajar bukan karena sekolah,” pungkasnya.(*)
Penulis Dadang Prabowo Editor Zahrah Khairani Karim