
PWMU.CO – Pada pagi yang cerah, Minggu (13/4/2025) Masjid Asyuhada SMK Muhammadiyah 4 Glenmore, Banyuwangi dipadati oleh puluhan jamaah yang hadir untuk mengikuti Pengajian Ahad Pagi (PAP) yang digelar oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Glenmore.
Kegiatan ini menghadirkan Ketua Majelis Pustaka Informasi dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi, Taufiqur Rohman MPdI sebagai narasumber.
Acara yang dimulai pukul 06.00 WIB ini mengusung tema “Fiqih Dakwah di Era Digital”.
Taufiqur Rohman menyampaikan bahwa dakwah pada dasarnya adalah ajakan atau seruan. Namun, dalam konteks zaman sekarang, dakwah juga bisa dimaknai sebagai bentuk publikasi atau branding, sebagaimana yang dilakukan para ustadz yang membangun citra dan pesan dakwahnya melalui dunia maya.
Menurutnya, era digital sendiri berkaitan dengan kemajuan elektronik, teknologi, komputerisasi, internet, dan berbagai media digital lainnya.
“Jika kita menolak era digital, maka kita akan menjadi manusia masa lalu,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa saat ini dunia telah terbagi menjadi dua yakni dunia nyata dan dunia maya. Saat ini, jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 212 juta jiwa yang aktif memanfaatkan teknologi digital. Anak-anak masa kini bahkan dapat menatap layar handphone selama lebih dari 9 jam setiap harinya.
“Maka dari itu, kita harus mengikuti perkembangan zaman, termasuk memanfaatkan media digital sebagai sarana dakwah. Dalam Surat Ali Imran ayat 104 disebutkan bahwa keuntungan berdakwah terdapat pada akhir ayat tersebut, yakni menjadi orang-orang yang beruntung,” tuturnya.
Selanjutnya, Taufiqur Rohman juga menyampaikan bahwa era digital memiliki sisi gelap, di antaranya maraknya judi online, konten pornografi, kecanduan game (gamer mania), dan plagiarisme. Berdasarkan survei terbaru dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, tercatat sebanyak 80 ribu anak di bawah usia 10 tahun telah terpapar judi online.
Ia juga menegaskan bahwa upaya membatasi atau memblokir akses terhadap situs judi online tidak akan pernah cukup, karena satu diblokir, seribu lainnya tumbuh. Menurutnya, solusi yang lebih strategis adalah dengan memberikan pemahaman yang mendalam melalui fiqih dakwah era digital.
“Saat ini, sudah ada lebih dari sepuluh ribu konten pornografi yang beredar. Meskipun setiap hari terus diblokir, tetap saja berjuta-juta konten baru bermunculan. Banyak remaja hingga orang dewasa kini mengalami kecanduan menonton konten semacam itu. Hal ini memang sangat sulit untuk dihilangkan. Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita harus meningkatkan pengawasan serta memberikan pemahaman keagamaan yang mendalam kepada anak-anak,” tegasnya.
Mengakhiri pemaparannya, Taufiqur Rohman menyoroti fenomena game online yang saat ini sangat digemari, tidak hanya oleh anak-anak, tetapi juga oleh orang dewasa. Banyak yang akhirnya kecanduan hingga melupakan kewajiban, seperti shalat atau bekerja.
Ia juga menyinggung maraknya praktik plagiasi di era digital, seperti menjiplak karya orang lain tanpa izin. Menurutnya, hal semacam ini tidak dibenarkan dan seharusnya dihindari.
Acara ditutup tepat pukul 07.00 WIB. Diharapkan setelah mengikuti PAP ini, para peserta dapat lebih bijak dan selektif dalam berinteraksi di dunia maya. Acara ditutup dengan bacaan hamdalah, dan selanjutnya, para jamaah dipersilakan untuk menikmati hidangan yang telah disediakan. (*)
Penulis Lina Yunitasari Editor Ni’matul Faizah