
PWMU.CO – Majelis Pendidikan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur menggelar Pelatihan Instruktur di Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO), Jumat (18/04/2025). Kegiatan ini diikuti peserta dari 13 daerah di wilayah Jawa Timur bagian barat.
Ketua MPKSDI PWM Jawa Timur, Rokib, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pelatihan ini penting untuk memahami berbagai model perkaderan di Muhammadiyah, terutama di era meta modern.
“Ada proses perkaderan yang unik. Kami ingin mempelajari berbagai pola itu, maka kami gelar pelatihan instruktur ini,” ujarnya.
Rokib mencontohkan beberapa istilah dalam dunia perkaderan Muhammadiyah, seperti “kader kintilan” yang dipopulerkan KH AR Fachrudin, serta konsep “ngenger” yang ditulis oleh Anang. “Ngenger itu mengajak orang aktif di Muhammadiyah hingga akhirnya mereka bisa menjadi pimpinan Muhammadiyah.
Ia juga menyoroti fenomena “kader balikan”, yakni mereka yang pernah menjauh dari Muhammadiyah namun kembali menemukan jalannya.
“Banyak dosen negeri yang secara kultural atau biologis punya hubungan dengan Muhammadiyah, tapi sempat kehilangan arah, lalu kembali lagi,” tambahnya.
Pentingnya Memahami Perbedaan

Rokib menekankan pentingnya memahami perbedaan karakter perkaderan di tiga babak zaman: modern, post-modern, dan meta-modern. Menurutnya, era modern menekankan struktur, post-modern mengkritik struktur, sedangkan meta-modern merangkul keduanya.
“Di era meta-modern, Muhammadiyah menjadi lebih terbuka. Semua orang bisa masuk dengan lebih mudah,” ujarnya.
Ia berharap para instruktur dapat menemukan pola-pola baru dalam mengelola perkaderan di daerah masing-masing.
Rokib juga meminta dukungan aktif dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM).
“Kalau MPKSDI daerah adem ayem saja, syukur-syukur diingatkan, bahkan dijewer,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelatihan, Mukhlasin, menegaskan bahwa pelatihan ini bertujuan membentuk instruktur yang mampu mengelola perkaderan secara efektif.
“Semua peserta harus melaksanakan Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk dinyatakan lulus,” tegas Mukhlasin.
Ia berharap para peserta mampu membawa hasil pelatihan ini untuk memperkuat kaderisasi di daerah masing-masing.
“Semua harus punya kemampuan konkret agar perkaderan Muhammadiyah tetap berlangsung,” tegas Mukhlasin. (*)
Penulis Moh. Ernam Editor Amanat Solikah