
Para Peserta Silaturrahmi dan Halal Bihalal PCM Paciran saat menyimak tausiyah dari Dr Piet Hizbullah Khaidir MA, Sabtu (19/04/2025). (M. Mahmud/PWMU.CO).
PWMU.CO – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Paciran mengadakan Silaturrahmi dan Halal Bihalal yang berlangsung pada sabtu (19/04/2025).
Lebih lanjut, kegiatan berlangsung mulai pukul 13.00 WIB di Aula Panti Asuhan Muhammadiyah Karangasem PRM Dusun Jetak Paciran Lamongan.
Undangan kegiatan tersebut terdiri dari Ketua dan Anggota Majlis PCM 2 orang, Ketua dan Anggota PRM se Cabang Paciran 2 orang, PC ‘Aisyiyah Paciran, Ketua PRA se Cabang Paciran, dan Pimpinan Ortom tingkat cabang.
Susunan Acara
Adapun acara berawal dengan pembukaan, dan Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an. Selanjutnya, para hadirin menyanyikan Indonesia Raya dan Mars Muhammadiyah.
Tidak berhenti di situ, terdapat sambutan Ketua PCM Paciran serta Pengajian Umum “Merajut Ukhuwah untuk Membangun Da’wah Berkemajuan”. Kemudian kegiatan berlanjut dengan Sosialisasi BTM Mulia dan Lazismu Lamongan, dan terakhir yaitu Do’a Penutup.
“Merajut Ukhuwah untuk Membangun Da’wah Berkemajuan” adalah tema pengajian umum pada acara tersebut.
Adapun sebagai Narasumber adalah Sekretaris PD Muhammadiyah Lamongan Dr Piet Hizbullah Khaidir MA.
Beliau mengutip QS Al-Baqoroh ayat 168 berikut:
يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَ رْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.”
Piet menjelaskan bahwa pesan utama dalam ayat tersebut adalah:
- Makanlah makanan yang halal dan baik dari apa yang terdapat di bumi
- Jangan mengikuti langkah langkah setan, karena setan adalah musuh manusia.
Merajut Ukhuwah
Merajut ukhuwah untuk membangun da’wah yang berkemajuan adalah prinsip penting dalam islam. Ukhuwah Islamiyah bukan sekedar persaudaraan, tetapi juga fondasi bagi kekuatan da’wah yang efektif.
Dalam sejarah islam Rasulullah membangun masyarakat Madinah dengan tiga kekuatan utama: iman dan aqidah, ukhuwah dan ikatan hati, serta kepemimpinan yang kuat.
Ketika ukhuwah islamiyah terjalin dengan baik, islam dapat bersatu dalam visi da’wah yang lebih luas, menghindari perpecahan akibat perbedaan mazdhab atau pandangan fiqih.
Bahkan para sahabat seperti kaum Anshor dan Muhajirin menunjukkan contoh luar biasa dalam mengutamakan persaudaraan di atas kepentingan pribadi.
Dalam konteks da’wah berkemajuan, ukhuwah islamiyah menjadi kunci untuk membangun sinergi antara berbagai elemen umat. Dengan ukhuwah yang kuat, da’wah tidak hanya menjadi seruan, tetapi juga gerakan yang membawa manfaat nyata bagi masyarakat.
Di akhir tausiyahnya, beliau mengutip QS Al-Hujurot ayat 13:
يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَا رَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti”.
Penulis M. Mahmud, Editor Danar Trivasya Fikri