
PWMU.CO – Dalam upaya memperkuat kualitas kaderisasi di lingkungan Muhammadiyah, Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur menggelar Pelatihan Instruktur untuk wilayah barat. Kegiatan yang dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO) ini berlangsung sejak (18-20/04/2025) menyoroti pentingnya peran evaluasi dan monitoring dalam keberhasilan program perkaderan. Hak tersebut disampaikan dalam materi ke-5 oleh Wakil Ketua MPKSDI PWM Jatim, Aini Sukriah.
Pelatihan ini merupakan bagian dari program strategis MPKSDI PWM Jatim dalam menyiapkan para instruktur perkaderan yang tidak hanya cakap dalam menyampaikan materi, tetapi juga terampil dalam merancang evaluasi, melakukan supervisi, serta menganalisis efektivitas pelatihan kader. Pada sesi kelima pelatihan, peserta mendalami topik penting seputar “Monitoring dan Evaluasi Perkaderan” dengan pendekatan sistematis berbasis model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product).
Materi tersebut menjadi sorotan karena menyentuh inti dari proses kaderisasi: memastikan bahwa setiap tahapan dalam pelatihan kader berjalan sesuai tujuan dan menghasilkan output serta outcome yang nyata. Monitoring dilakukan sebagai kegiatan supervisi yang bersifat klinis dan pengendalian terhadap proses pembelajaran kader. Sementara evaluasi diartikan sebagai proses sistematis untuk menafsirkan informasi guna pengambilan keputusan dalam peningkatan mutu kaderisasi.
Kegiatan ini menghadirkan puluhan peserta dari berbagai PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) di wilayah barat Jawa Timur, termasuk dari Ponorogo, Madiun, Pacitan, Magetan, Ngawi, hingga Kediri. Mereka adalah para calon instruktur yang akan menjadi ujung tombak pelatihan kader di tingkat daerah. Materi ke-5 disampaikan oleh seorang tokoh perempuan Muhammadiyah dari Kediri yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua MPKSDI PWM Jatim, Aini Sukriah. Beliau juga dikenal sebagai Direktur LPOA Dinar Nasyiah serta memiliki rekam jejak panjang dalam organisasi, seperti mantan Ketua Umum PWNA Jatim periode 2016-2022 dan Ketua LLHPB PDA Kab. Kediri.
Mutu Instruktur
Lokasi ini dipilih bukan tanpa alasan. Ponorogo memiliki sejarah panjang dalam gerakan dakwah Muhammadiyah dan menjadi salah satu titik sentral pengembangan SDI (Sumber Daya Insani) di kawasan barat Jawa Timur.
Kegiatan ini digelar dengan satu tujuan utama: meningkatkan mutu instruktur kaderisasi. Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, Muhammadiyah membutuhkan kader-kader yang tidak hanya militan secara ideologis, tetapi juga memiliki kemampuan manajerial, pedagogik, dan digital. Oleh karena itu, diperlukan instruktur yang mampu menyampaikan materi secara kontekstual serta mengukur capaian hasil pelatihan dengan tepat.
Dalam paparannya, Aini Sukriah menekankan pentingnya monitoring dan evaluasi dalam setiap tahap perkaderan. Tanpa evaluasi yang objektif dan menyeluruh, proses kaderisasi hanya akan menjadi rutinitas tanpa arah. Evaluasi diperlukan untuk:
- Mengetahui sejauh mana tujuan pelatihan tercapai.
- Mengidentifikasi kesulitan peserta dalam proses belajar.
- Memberikan umpan balik untuk perbaikan pelatihan berikutnya.
- Menilai keberhasilan program perkaderan dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
“Monitoring dan evaluasi bukan hanya kegiatan administratif, tapi bagian dari tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa kader Muhammadiyah tumbuh secara utuh dan siap menghadapi tantangan zaman,” tegas Aini.
Materi Monev
Metode pelatihan dilakukan secara kolaboratif dengan pendekatan partisipatif. Materi monitoring dan evaluasi (Monev) dibagi dalam beberapa sub-topik, seperti:
- Konsep dasar monitoring dan evaluasi.
- Model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product).
- Teknik pengumpulan data (observasi, dokumentasi, wawancara, kuesioner).
- Penilaian hasil belajar menggunakan taksonomi Bloom di ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
- Penyusunan instrumen evaluasi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan).
- Teknik pelaporan hasil evaluasi.
Peserta juga diberikan tugas mandiri untuk menyusun instrumen evaluasi berdasarkan jenis perkaderan yang disimulasikan, baik untuk Perkaderan Utama maupun Perkaderan Fungsional. Kegiatan ini tidak hanya menekankan teori, tetapi juga praktik lapangan yang memungkinkan peserta langsung menerapkan apa yang mereka pelajari. Di akhir sesi, peserta mengunggah hasil kerja kelompok melalui tautan yang telah disediakan, dan melakukan presentasi sebagai bentuk pertanggungjawaban akademik sekaligus penilaian autentik oleh fasilitator.
Pelatihan berlangsung dalam suasana hangat dan penuh semangat. Para peserta tampak antusias mengikuti setiap sesi, khususnya ketika diminta berdiskusi kelompok dan mempresentasikan hasil analisis mereka terkait pelaksanaan monitoring dan evaluasi di daerah masing-masing. Banyak dari mereka mengakui bahwa materi ini menjadi pencerahan baru yang belum banyak disentuh dalam pelatihan-pelatihan sebelumnya.
“Biasanya kita hanya fokus pada konten materi, tapi melalui sesi ini kita jadi paham pentingnya evaluasi dan bagaimana menyusunnya secara sistematis,” ujar peserta dari PDM Madiun.
Dengan suksesnya pelatihan ini, MPKSDI PWM Jatim berharap akan lahir lebih banyak instruktur perkaderan yang andal dan profesional. Mereka tidak hanya menjadi penggerak pelatihan di daerah, tetapi juga menjadi pembina kader yang mampu membangun kesadaran ideologis dan kompetensi kepemimpinan kader Muhammadiyah masa depan.
“Semoga dari Ponorogo ini, lahir gelombang instruktur baru yang tidak hanya paham materi, tapi juga paham bagaimana menyusun dan mengukur dampak perkaderan secara nyata,” pungkas Aini. (*)
Penulis Aini Sukriah Editor Amanat Solikah