
PWMU.CO – Anggota Majelis Ekonomi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Nazaruddin Malik menyerukan pentingnya Quality Improvement Process di acara Halalbihalal Muhammadiyah Banyuwangi, Ahad (27/4/2025).
Hal tersebut ia sampaikan saat mengisi ceramah halalbihalal di Pusat Dakwah Muhammadiyah Masjid At-Taqwa Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pakis Duren. Acara yang dimulai pukul 08.00 ini diikuti oleh jajaran Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi, Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM), PD Aisyiyah, PCM, dan Ortom.
Dalam ceramahnya, Prof Nazaruddin Malik yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu mengajak semua peserta halalbihalal untuk mengevaluasi kembali niat mereka di persyarikatan.
Ia juga menyampaikan bahwa hendaknya kita selalu berupaya memberikan kontribusi dan dedikasi yang terbaik, tanpa pamrih, dan tidak boleh ingin terkenal.
“Yang berat itu yang terakhir,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menuturkan, maksudnya terkenal itu bukan seperti selebritis, atau yang lainnya. Akan tetapi, rasa ingin diakui juga bisa mengantarkan seseorang pada level emotional bonding yang membuat dia terdegradasi jauh dari apa yang ia harapkan.
“Jadi, the quality improvement process merupakan cita-cita besar Muhammadiyah agar setiap individu di dalamnya senantiasa berproses untuk meningkatkan kualitas diri,” ungkapnya.
Menurutnya, ucapan Taqabbalallahu minna wa minkum, minal aidin wal faizin yang berarti “semoga ibadah Ramadan kita diterima oleh Allah dan kita kembali kepada kesucian,” jika digambarkan dalam bentuk grafik, akan menunjukkan sebuah seri perjalanan waktu kehidupan. Oleh karena itu, harus ada perbaikan kualitas yang dilakukan secara terus-menerus.
Ia juga menjelaskan bahwa upaya yang paling penting adalah memadukan gerakan iman, ijtihad, dan dakwah dalam praktik amal shalih. Basisnya adalah komitmen untuk terus meningkatkan kualitas diri melalui proses yang berkelanjutan dan semakin baik dari waktu ke waktu.
“Jadi, kalau ber-Muhammadiyah itu diterjemahkan, berarti mencocokkan, mengkombinasikan diri agar iman tidak tertinggal. Bukan hubbudunya (cinta dunia berlebihan), tapi menerjemahkan maksud ayat wama arsalnaka rahmatan lil alamin untuk menebar kebaikan,” ulasnya.
Rektor UMM itu juga menegaskan bahwa untuk mewujudkan baldah thayyibah atau masyarakat madani, diperlukan tindakan nyata. Setiap individu harus menjadi teladan dalam beramal shalih yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat.
“Baldah thayyibah dibangun melalui praktik-praktik amal shalih. Muhammadiyah dalam Islam berkemajuan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas diri, masyarakat baik secara kelompok atau institusi agar terus menerus memperbaiki diri menghasilkan kesejahteraan,” tuturnya. (*)
Penulis Taufiqur Rohman Editor Ni’matul Faizah