
PWMU.CO – Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gubeng Kota Surabaya kembali menggelar Pengajian Ahad Pagi Matahari Terbit, Ahad (4/5/2025). Bertempat di Masjid Jenderal Sudirman, Jalan Dharmawangsa No 2 Surabaya, kajian ini mengusung tema Berfastabiqul Khairat di Segala Aspek, dengan menghadirkan Ustadz H Soedjono MPd, Pengurus LDK PWM Jawa Timur, sebagai pemateri.
Dalam tausiyahnya, Ustadz Soedjono mengajak jamaah untuk melakukan evaluasi pasca-Ramadhan. “Setelah Ramadhan, kita perlu melihat apakah ada perubahan ke arah yang lebih baik. Jika tidak ada perubahan, maka kita termasuk orang yang merugi. Bahkan, jika menjadi lebih buruk, maka itu celaka,” tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa hidup ini seperti es batu yang terus mencair, baik digunakan maupun tidak. “Waktu hidup terus berkurang. Maka, akselerasi dalam kebaikan atau fastabiqul khairat harus dilakukan di segala aspek kehidupan,” katanya.
Ustadz Soedjono menekankan empat aspek utama yang harus dikuatkan: akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Akidah, menurutnya, adalah fondasi utama yang perlu diperkuat. “Kalimat Laa ilaha illallah harus tertanam kuat di hati. Ini adalah pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang kita sembah,” ujarnya.
Dalam aspek ibadah, ia mengajak untuk mempertahankan kebiasaan baik yang telah dilakukan selama Ramadhan, seperti shalat malam, tadarrus Al-Qur’an, dan shalat berjamaah di masjid. “Laki-laki sholeh jangan sampai salat di rumah, tapi ke masjid. Kita ini sudah berubah atau belum? Datang ke pengajian sebelum jam enam sudah bagus, itu tanda semangat,” tambahnya.
Sementara dalam hal akhlak dan muamalah, Ustadz Soedjono menyoroti pentingnya sikap dermawan dan etika yang baik dalam kehidupan sehari-hari. “Infakkanlah harta di kala lapang maupun sempit. Jadilah umat yang bermanfaat bagi sesama, seperti pesan KH Ahmad Dahlan: hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah,” ungkapnya.
Ia juga menyelipkan pesan humoris namun penuh makna, seperti filosofi pohon pisang: “Selama belum berbuah tidak akan mati, tetapi begitu berbuah langsung mati. Maka jangan mati sebelum berarti, jangan wafat sebelum bermanfaat.”
Pengajian ditutup dengan ajakan agar seluruh jamaah menjadikan setiap aktivitas sebagai ibadah, bahkan tidur dan hubungan keluarga sekalipun. “Mulailah hari dengan menyebut nama Allah. Jangan yang pertama kali diingat itu HP,” tuturnya sambil disambut tawa jamaah.
Kegiatan ini dihadiri ratusan jamaah yang antusias dan menjadi bagian dari upaya PCM Gubeng untuk membangun masyarakat yang religius, aktif, dan berdaya guna dalam kehidupan sosial. (*)
Penulis Syahroni Nur Wachid Editor Wildan Nanda Rahmatullah