
PWMU.CO – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Krembangan, Surabaya menggelar Pengajian Keluarga Sakinah dengan menghadirkan narasumber seorang Mubaligh Muhammadiyah Sampang, Ustadz Dr Achmad Junaedi LC MA pada Ahad (4/5/2025).
Kegiatan yang mengusung Tema “Merawat Iman di Akhir Zaman” ini digelar di SMP Muhammadiyah 11 Surabaya dan dimulai pukul 06.15 WIB.
Achmad membuka tausiah dengan membacakan hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud. Dalam hadits tersebut, Rasulullah menyampaikan tentang fitnah al-Ahlas, yaitu kondisi ketika manusia saling bermusuhan. Untuk menghadapinya, dibutuhkan kesabaran yang besar.
Ia juga menyampaikan bahwa bahkan para sahabat yang imannya kuat pun pernah mengalami masa ketika mereka belum bisa benar-benar khusyuk. Lalu, ia menyitir Surat al-Hadid ayat ke-16, yang artinya:
“Apakah belum tiba waktunya bagi orang-orang yang beriman agar hati mereka khusyuk mengingat Allah dan apa yang turun dari kebenaran (al-Quran). Janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Banyak di antara mereka adalah orang-orang fasik.”
Menurutnya, saat ini iman yang paling nyata dan kuat terlihat di Palestina. Iman kaum muslimin di sana bukan sekadar teori, melainkan telah menjadi nyata dalam tindakan. Sejak Israel berulah, situasi menjadi semakin buruk.
“Salah satu godaan terhadap iman kita saat ini adalah hal-hal yang berbau dunia digital. Setiap zaman memiliki tantangannya masing-masing. Meskipun iman kita bisa naik turun, mari terus merawat dan menjaga keimanan kita,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa dalam Surat al-Jumuah ayat ke-11 dikisahkan sejumlah sahabat yang langsung bergegas menuju kafilah dagang yang datang, meskipun saat itu Rasulullah sedang berkhutbah. Peristiwa ini menunjukkan bahwa iman seseorang bisa mengalami pasang surut.
Selanjutnya, Achmad menjelaskan tentang tiga jenis jiwa yang ada dalam diri manusia. Pertama, jiwa yang selalu mendorong kepada keburukan. Kedua, jiwa yang senantiasa mengajak kepada kebaikan. Ketiga, jiwa yang berada di antara keduanya, yakni kadang cenderung pada kebaikan, kadang pula pada keburukan.
“Hal tersebut menyebabkan iman seseorang bisa naik dan turun. Namun, Rasulullah bersabda bahwa jika seorang hamba senantiasa berada dalam ketakwaan, maka malaikat akan menyapanya dengan salam,” ungkapnya.
Achmad juga menyampaikan bahwa ciri pertama orang yang bertakwa adalah beriman kepada yang gaib, sebagaimana disebutkan dalam Surat al-Baqarah ayat 3.
“Melanggar perintah Allah terkadang merupakan bagian dari sifat manusia. Namun, yang keliru adalah ketika seseorang tidak mau kembali kepada kebenaran,” imbuhnya.
Baginya, hakikat iman dalam kehidupan terdiri atas tiga hal. Pertama, mengetahui dan meyakini dalam hati. Kedua, mengakui serta menyatakannya melalui lisan. Ketiga, mengimplementasikan iman tersebut dalam bentuk amal perbuatan. Tingkatan seorang hamba pun terbagi menjadi tiga, yaitu Islam, iman, dan ihsan.
“Hamba yang ihsan ini adalah hamba yang profesional. Kapan pun dan di mana pun senantiasa berbuat baik,” ucapnya.
Mengakhiri tausiyahnya, Achmad mengajak hadirin untuk bersatu dan tidak terprovokasi oleh adu domba.
“Jangan biarkan rasa iri dan dengki tumbuh dalam hati, karena itu akan menjadi penghambat bagi kita. Mudah-mudahan Allah memudahkan kita untuk terus merawat iman,” pungkasnya. (*)
Penulis Fikri Fachrudin Editor Ni’matul Faizah