
Oleh dr Tjatur Prijambodo MKes
PWMU.CO – DNA manusia menyimpan jutaan informasi yang menentukan bentuk fisik, kecenderungan perilaku, bahkan risiko penyakit. Tapi pertanyaannya, apakah informasi genetik ini juga menyimpan rahasia takdir?
Pertanyaan ini menggelitik, khususnya ketika kita membandingkan penemuan sains dengan ajaran Islam tentang penciptaan manusia.
DNA atau Deoxyribonucleic Acid adalah cetak biru kehidupan. Sejak ditemukan strukturnya oleh James Watson dan Francis Crick pada 1953, ilmu genetika terus berkembang, mengungkap banyak hal yang dulu tersembunyi. Tapi bagaimana posisi DNA dalam pandangan Islam?
Proses Penciptaan Manusia dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an secara eksplisit menjelaskan proses penciptaan manusia. Dalam surah Al-Mu’minun ayat 12–14, disebutkan bagaimana manusia diciptakan dari tanah, air mani, segumpal darah, daging, tulang, hingga menjadi makhluk sempurna:
“Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Qs Al-Mu’minun: 14)
Proses ini secara ilmiah sejajar dengan fase perkembangan embrio dalam ilmu kedokteran, menunjukkan bahwa Islam dan sains tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi.
Namun, apakah informasi genetik yang tersimpan dalam DNA sudah “memetakan” perjalanan hidup seseorang? Apakah takdir sudah terkunci di dalamnya?
Antara Genetika dan Kehendak Allah
Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah. Tetapi dalam waktu yang sama, Islam juga menekankan pentingnya ikhtiar—usaha manusia dalam menentukan nasibnya.
DNA memang memengaruhi banyak hal: warna kulit, tinggi badan, bahkan kecenderungan terhadap penyakit. Tetapi bukan berarti DNA adalah penentu tunggal. Firman Allah:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (Qs Ar-Ra’d: 11)
Ayat ini menegaskan bahwa manusia diberi kebebasan untuk memilih dan berusaha. Dalam bahasa genetika, sekalipun seseorang memiliki gen pembawa risiko penyakit tertentu, bukan berarti penyakit itu pasti muncul. Gaya hidup, pola makan, dan lingkungan punya pengaruh besar.
DNA dan Dimensi Pilihan Manusia
Ilmu modern mengungkap bahwa DNA juga memengaruhi kecenderungan perilaku. Misalnya, seseorang bisa lebih mudah stres atau lebih cepat memahami informasi karena faktor genetik. Tapi faktor pendidikan dan pengalaman hidup ikut membentuk karakter.
Dalam hal penyakit pun demikian. Diabetes, kanker, dan gangguan mental punya dasar genetik. Namun, pola hidup sehat dapat mencegah atau memperlambat munculnya penyakit tersebut.
Islam memandang ini sebagai bagian dari sunatullah—hukum alam yang bisa dipelajari, sekaligus medan ujian bagi manusia untuk terus berikhtiar dan bertawakal.
Takdir: Antara Cetakan Awal dan Pilihan Hidup
Dari sudut pandang Islam dan genetika, DNA memang merupakan cetakan awal kehidupan. Tapi takdir manusia tidak semata-mata dikunci oleh genetik. Masih ada ruang luas bagi usaha, doa, dan kehendak Allah yang Mahakuasa.
Dalam DNA tersimpan potensi. Namun bagaimana potensi itu berkembang sangat tergantung pada pilihan, lingkungan, serta bimbingan Ilahi. Maka sebagai Muslim, kita tak boleh menyerah pada “nasib genetik”, tetapi terus berikhtiar, memperbaiki diri, dan bertawakal kepada Allah.
Karena dalam setiap sel tubuh kita, bukan hanya ada DNA, tetapi juga ada kehendak Tuhan yang selalu memberi peluang untuk berubah dan tumbuh lebih baik.
Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan