
PWMU.CO-Djupri Rais lahir di desa Payaman kecamatan Solokuro Lamongan pada 3 Mei 1956. Ia anak pasangan Rais dan Minah. Ia terlahir dari keluarga yang sangat sederhanan. Bapak Ibunya adalah seorang petani.
Djupri sejak muda sudah mandiri, ia memiliki ketrampilan menjahit.
Djupri Rais merampungkan Pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah di desanya lulus tahun 1970. Kemudian melanjutkan ke MTs Muhammadiyah Paciran lulus tahun 1980. Madrasah Aliyah ditempuh di MAM Paciran lulus tahun 1983. Sedangkan Perguruan Tinggi ditempuh di Fakultas Syariah UMM Kampus Pondok Karangasem Paciran lulus tahun 1991
Ia aktifis tulen. Djupri aktif di IPM kemudian menjadi aktifis Pemuda Ranting Payaman. Ia menjadi ketua Pemuda Muhammadiyah Ranting setelah kepemimpinan Syuhadi. Selanjutnya ia menjadi Wakil Bendahara Cabang Pemuda Muhammadiyah Paciran
Sejak lulus dari Madrasah Aliyah Muhammadiyah Paciran Djupri mengajar di MIM 1 Payaman. Kemudian pada tahun 1982 ia diberi amanat menjadi kepala Madrasah selam 10 tahun.
Selain mengajar di almameternya MIM, Djupri juga mengajar di MTs Muhammadiyah 5 Payaman mata pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila).
Dari perkawinannya dengan Umaroh anak dari Cukup dan Sriatun. Ia dikaruniai putra putri sebanyak dua anak, yaitu Fudholiyatul Barir dan Rounaqul Fahmi
Selain mengajar dan menjadi Kepala Madrasah Djupri juga memiliki ketrampilan menjahit. Waktu itu konveksi belum seramai sekarang, sehingga tukang jahit ramai orderan. Begitu juga dengan Djupri, banyak orderan yang diterima khususnya seragam sekolah.
Djupri dikenal juga memiliki kegemaran olah raga dan kemampuan manajerial mengorganisasikan kegiatan. Salah satu ide besarnya adalah membentuk club sepak bola di kalangan anak anak
Ia mengumpulkan anak anak usia Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar dari keluarga Muhammadiyah. Belasan anak anak dibina skil bermain bola. Selain itu mereka diberikan kostum yang cukup bagus ukuran saat itu.
Raja Mungil merupakan nama club bola anak anak yang diberikan. Pada tahun 80 an itu masih jarang orang tertarik membina club sepak bola di kalangan anak anak. Tetapi Djupri Rais sudah mempunyai ide besar.
Permainan bola Raja Mungil sangat digemari masyarakat dan menjadi ditonton yang sangat ditunggu. Setiap pekan pasti ada persahabatan atau pertandingan yang dilakukan pemain Raja Mungil.
Pemberian nama Raja Mungil menganalokkan bahwa anak anak pemain bola ditempatkan sebagai raja yang perlu dihormati dan disanjung. Mungil berarti lucu, artinya permainan bola anak anak kalau ditonton lucu.
Dari apa yang dilakukan Djupri Rais dan Raja Mungil ini pada akhirnya menginspirasi banyak orang di era tahun 2000 an mendirikan SSB (Sekolah Sepak Bola) yang kini menjamur di mana mana
Fudholiyatul Barir putri kedua Djupri Rais mengatakan bahwa ayahnya seorang bapak yang tegas, bapak seorang guru yang disiplin dan bapak seorang yang dermawan atau luman
“Bapak itu betul betul menjadi contoh yang ideal bagi kami putra putrinya,” ujar ibu tiga anak itu.
Sementara itu putra keduanya yang menjadi karyawan Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan mengungkapkan kalau ayahnya wafat tidak meninggalkan harta benda untuk anak anaknya.
“Ayah meninggalkan nama kebanggaan bagi keluarga, murid dan sahabatnya,” tutur Rounaqul Fahmi
Djupri Rais sang Guru, Penjahit dan inspirator berdirinya club bola Raja Mungil ini wafat karena sakit pada tahun 1994
Ratusan orang ikut menshalatkan di masjid Al Jihad Desa Payaman dan mengantarkan ke pemakaman di Desa Payaman kecamatan Solokuro Lamongan
Penulis Fathurrahim Syuhadi Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan