
PWMU.CO – Sebagian dari kita mungkin tidak sadar, bahwa saat ini kita telah memasuki bulan Dzulqa’dah—salah satu dari empat bulan yang disucikan oleh Allah dalam syariat Islam. Karena itu, bulan Dzulqa’idah bukan bulan yang sembarangan, bukan sekadar sebagai tanda bahwa musim haji segera tiba. Bulan ini disebut pula sebagai salah satu bulan “asyhurul hurum” (bulan-bulan haram) yang dimuliakan sejak masa Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam hingga masa Nabi Muhammad Shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhānahu wa Ta’ālā telah menetapkan kedudukan mulia bulan-bulan ini sejak penciptaan langit dan bumi. Dia berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At-Taubah: 36)
Dzulqa’dah termasuk dari empat bulan suci itu, bersama Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Penamaan “bulan haram” (al-asyhur al-hurum) bukan karena bulan ini berbahaya, tetapi karena Allah mengharamkan berbagai bentuk kezaliman dan maksiat secara lebih tegas di dalamnya. Bahkan, para ulama menyebut bahwa keburukan di bulan ini menjadi lebih buruk daripada bulan lainnya, dan kebaikan yang dilakukan akan dilipatgandakan pahalanya.
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan dalam Taisīr al-Karīm ar-Rahmān, bahwa bulan haram adalah waktu-waktu yang ditinggikan kehormatannya dalam agama. Maksiat di bulan ini lebih keras larangannya. Sementara itu, Al-Qadhi Abu Ya’la menambahkan bahwa:
1. Di bulan-bulan ini diharamkan pembunuhan, sebagaimana dipatuhi bahkan oleh bangsa Jahiliyah.
2. Larangan maksiat ditegaskan lebih keras, sementara pahala ketaatan dilipatgandakan.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah radhiyallāhu ‘anhu, Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ، وَذُو الْحِجَّةِ، وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Sesungguhnya zaman telah berputar sebagaimana keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram: tiga bulan berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, serta Rajab Mudhar yang terletak antara Jumada dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679)
Ibnu ‘Abbas radhiyallāhu ‘anhu berkata:
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى مِنَ الشُّهُورِ أَرْبَعَةً، وَجَعَلَهُنَّ حُرُمًا، وَعَظَّمَ حُرْمَاتِهِنَّ، وَجَعَلَ الذَّنْبَ فِيهِنَّ أَعْظَمَ، وَالْعَمَلَ الصَّالِحَ وَالثَّوَابَ أَكْثَرَ
“Sesungguhnya Allah memilih empat bulan dari dua belas bulan dan menjadikannya sebagai bulan haram. Allah agungkan kehormatan bulan-bulan itu, menjadikan dosa di dalamnya lebih berat, dan amal saleh serta pahala di dalamnya lebih besar.” (Lathāif al-Ma‘ārif, hlm. 207)
Hikmah bulan Dzulqa’dah
Apa hikmahnya bulan Dzulqa’dah bagi kita? Sesungguhnya pada bulan Ini ada waktu yang sangat tepat untuk istighfar lebih dalam, menahan lisan dan tangan dari menyakiti orang lain, serta memperbanyak amal-amal ibadah — baik yang sifatnya wajib maupun yang sifatnya sunnah. Jika di bulan-bulan lainnya kita merasa sering lengah, maka bulan Dzulqa’dah hadir sebagai momen penyadaran untuk lebih taat, lebih takut kepada Allah, dan lebih peduli terhadap kualitas amal kita.
Jangan anggap remeh waktu-waktu ini. Mungkin selama ini kita merasa aman-aman saja ketika tergelincir dalam dosa, menunda taubat, atau meremehkan ibadah. Tapi, bulan-bulan haram adalah sinyal langsung dari langit untuk berhenti, menundukkan ego, dan menjemput rahmat Allah dengan amal dan taubat.
Idealnya, pada bulan Dzulqa’dah ini kita berusaha keras untuk menghindari ghibah, fitnah, dan caci maki. Mari kita menjaga pandangan agar tidak terperosok dalam dosa syahwat yang membakar. Mari kita jaga tangan agar tidak menyakiti atau mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. Juga mari kita jaga hati dari rasa dengki, sombong, dan riya yang dapat menodai amal.
Bukan hanya tentang menjauhi dosa, pada bulan ini juga mengajak untuk selalu menghidupkan amal. Perbanyak dzikir, shalat sunnah, sedekah, membaca Al-Qur’an, memperbaiki hubungan dengan orang tua dan tetangga, serta memperbanyak doa-doa yang selama ini hanya kita simpan di relung hati.
Karena bisa jadi bulan Dzulqa’dah tahun ini sebagai bulan terakhir dalam hidup kita. Semoga Allah Subhānahu wa Ta’ālā membimbing kita untuk memuliakan apa yang telah Dia muliakan. Semoga kita mendapatkan kekuatan untuk bisa menjauh dari perbuatan maksiat dan mendekatkan hati kepada-Nya dalam ketaatan. Dan semoga, ketika hari-hari ini berlalu, kita termasuk hamba-hamba yang telah diampuni dan diridhai-Nya.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ يُعَظِّمُ شُعَائِرَكَ وَيُحْيِي أَيَّامَكَ وَيَسْتَغِلُّ فُرَصَ الرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mengagungkan syi’ar-syi’ar-Mu, menghidupkan hari-hari istimewa-Mu, dan memanfaatkan kesempatan rahmat serta ampunan-Mu.”
Editor Notonegoro