
PWMU.CO – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se-wilayah Balapan menggelar silaturahmi yang bertempat di Gedung Gradhika Bhakti Praja Kota Pasuruan, Jalan Sudirman Nomor 28, Pasuruan, pada Ahad (11/5/2025).
Acara yang dihadiri oleh delapan kota/kabupaten se-wilayah Balapan tersebut berlangsung sangat meriah.
Sebelum acara dimulai, para hadirin disambut dengan penampilan Alka Band dari SD Al Kautsar Pasuruan yang membawakan beberapa lagu. Tak kalah menarik, ada juga penampilan medley Harmoni Bahagia 2025 yang menampilkan tari tradisional, menyanyi, Tapak Suci, dan semaphore. Seluruh pertunjukan dikemas dengan sangat menarik dan menghibur.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Muhadjir Effendy MAP. Dalam tausiyahnya, Muhadjir Effendy mengupas sejarah perjuangan Muhammadiyah di bidang pendidikan serta tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi Muhammadiyah di masa depan.
Ia juga menceritakan bagaimana pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, menerapkan pendekatan kooperatif dengan pemerintah Belanda pada masa penjajahan.
“Saat itu, Ahmad Dahlan mendekati kepala sekolah Belanda dan bahkan mendaftar menjadi guru di sana. Langkah ini sempat dianggap sebagai bentuk pengkhianatan oleh masyarakat sekitar yang mengira ia bergabung dengan pihak penjajah,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan bahwa dulu Ahmad Dahlan sempat dicaci maki karena berangkulan dengan Belanda. Namun kini terbukti, ijtihad beliau yang justru membawa manfaat dan terus dirasakan hingga saat ini.
“Jangan ragu mengambil keputusan meskipun kita tidak populer. Yang penting kita yakin, karena pemimpin yang baik adalah dia yang tahu arah, meskipun banyak yang tidak setuju. Jadi, jangan pernah ragu,” tambahnya.
Muhadjir Effendy menjelaskan bahwa pada awalnya pilar Muhammadiyah hanya terdiri dari dua, yaitu pendidikan dan Penolong Kesengsaraan Umum (PKU). Seiring berjalannya waktu, pilar-pilar tersebut terus berkembang hingga muncul pula pilar kesehatan dan ekonomi. Namun, ia menambahkan bahwa pilar ekonomi saat ini kondisinya belum sekuat pilar-pilar lainnya.
“Fokus kita saat ini, pertama, mengupayakan agar seluruh Rumah Sakit Muhammadiyah menggunakan infus Suryavena, produk buatan Muhammadiyah sendiri. Jika seluruh rumah sakit dapat menggunakannya, hal ini tidak hanya bermanfaat secara medis, tetapi juga sangat menguntungkan dari segi ekonomi. Kedua, yaitu pembangunan ritel Mentari Mart di setiap daerah, AUM, dan cabang yang ada,” tegasnya.
Menurutnya, hal ini dapat mengukuhkan pilar ekonomi Muhammadiyah karena dapat membuka peluang yang luas bagi banyak orang untuk berpartisipasi dalam sektor ekonomi, tidak hanya secara individu tetapi juga secara kolektif.
“Ini merupakan salah satu langkah penting untuk memastikan bahwa bisnis Muhammadiyah dapat tumbuh secara inklusif dan berkelanjutan,” ucapnya.
Ia juga menegaskan bahwa peluang di dunia ritel semakin besar, yang diharapkan menjadi saluran distribusi utama bagi produk-produk berkualitas dengan harga terjangkau. Dengan adanya outlet ritel, produk UMKM warga Muhammadiyah dapat lebih mudah diakses, memberikan peluang pasar yang lebih luas bagi produk lokal.
“Dengan demikian, kita dapat memantau langsung sirkulasi barang di Mentari Mart tanpa campur tangan pihak lain, karena sepenuhnya dikelola oleh manajemen Muhammadiyah,” pungkasnya. (*)
Penulis Yolanda Dwinta Risma Andrini Editor Ni’matul Faizah