
PWMU.CO – Eco Bhinneka Banyuwangi merilis hasil brand audit sampah plastik yang dilakukan di Sungai Kalisetail, Genteng, Kabupaten Banyuwangi. Audit ini dilaksanakan dalam rangkaian Festival Besuk Sungai bersama Alaika Rahmatullah dari Ecoton Foundation dan melibatkan 35 peserta lintas komunitas.
Adapun komunitas tersebut antara lain PD Nasyiatul Aisyiyah Banyuwangi, ORSPALA SMK Muhammadiyah 8 Siliragung, IPM SMK Muhammadiyah 2 Genteng, Pemuda Katolik, Pemuda Kristen, Among (Anak Muda Eco Bhinneka Blambangan), Pemuda Hindu, Pemuda Muhammadiyah, dan Pemuda Trijati.
Brand audit merupakan tindakan mengidentifikasi sampah berdasarkan merek yang dihasilkan oleh produsen guna meminta pertanggungjawaban terhadap sampah yang mereka hasilkan. Hal ini sebagai bentuk implementasi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah di Pasal 15 (Mahriva dan Wuryanta, 2020).
Tujuan dilakukannya brand audit di antaranya reveal(mengungkap), reduce (mengurangi), dan redesign (mendesain ulang. Pemerintah atau pun masyarakat sekitar dapat mengambil tindakan mengurangi penggunaan plastik. Terakhir, melakukan desain ulang untuk mengirimkan produk ke pelanggan tanpa plastik sekali pakai.
Brand audit ini berhasil mengidentifikasi 446 potong sampah plastik yang berasal dari Kali Setail. Temuan mencengangkan menunjukkan bahwa sebagian besar berasal dari plastik tak bermerek (unbrand) sebanyak 276 potong, berupa kantong kresek bening, styrofoam, dan sedotan. Plastik jenis ini sulit untuk ditelusuri tanggung jawab produsennya dan kerap luput dari regulasi tanggung jawabnya atas kemasan plastik yang dihasilkan.
Daftar Produsen Penyumbang Sampah Terbesar

Berikut adalah daftar 10 produsen terbesar penyumbang sampah plastik di Sungai Kalisetail, Genteng Banyuwangi berdasarkan jumlah temuan:
Unbrand (tidak bermerek): 276 pcs
Wings Group: 28 pcs
Santos Jaya Abadi (Torabika, Kapal Api, dsb.): 23 pcs
Procter & Gamble (P&G): 17 pcs
Indofood: 15 pcs
PT Siantar Top Tbk: 8 pcs
PT Forisa Nusapersada: 7 pcs
PT. JAVAPRIMA ABADI: 6 pcs
PT Unilever Indonesia: 5 pcs
PT Yupi Indo Jelly Gum: 4 pcs
PT. BUMI SARIMAS INDONESIA : 4 pcs
Berdasarkan klasifikasi penggunaan, sampah plastik terbanyak berasal dari:
FP (Food Packaging): 115 pcs
HP (Household Products): 28 pcs
PC (Personal Care): 18 pcs
SM (Smoking Materials): 5 pcs
FG (Fishing Gear): 0
PM (Plastic Materials): 276 pcs
Dari sisi jenis plastik, data menunjukkan:
LDPE (Low-Density Polyethylene): 282 pcs— dominan berasal dari kresek bening
O (Other plastics): 129 pcs— didominasi sachet
PP (Polypropylene): 14 pcs— sachet dan plastik keras
PS (Polystyrene): 11 pcs— styrofoam
PET (Polyethylene Terephthalate): 6 pcs— botol minuman
HDPE dan PVC: 0 pcs
Temuan ini menguatkan bahwa plastik sekali pakai, khususnya dari sektor makanan, produk rumah tangga, dan perawatan diri, masih menjadi kontributor utama pencemaran sungai.
Padahal, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Lampiran VI menyebutkan bahwa baku mutu sampah di badan air sungai harus nihil. Artinya, keberadaan ratusan potongan sampah plastik ini menunjukkan masih adanya kebocoran yang signifikan ke dalam ekosistem sungai.
Alaika Rahmatullah dari Ecoton menyampaikan, data ini seharusnya menjadi peringatan bagi produsen dan pemerintah untuk serius menerapkan prinsip Extended Producer Responsibility (EPR) dan memperkuat sistem pengelolaan sampah di hulu dan hilir.
“Dari hasil brand audit ini, kami mendapatkan gambaran nyata tentang jenis sampah plastik dan asal-usul produsennya di Sungai Kalisetail. Temuan ini tidak hanya menjadi catatan, tetapi juga akan kami gunakan sebagai dasar untuk menyusun rekomendasi kepada industri dalam merancang ulang kemasan produk agar lebih ramah lingkungan, mudah didaur ulang, dan tidak membebani ekosistem,” jelas Windarti selaku Regional Manager Eco Bhinneka Banyuwangi.
Ia menambahkan, Eco Bhinneka akan terus mendorong kolaborasi antara komunitas, pemerintah, dan sektor industri untuk menghadirkan solusi nyata terhadap polusi sampah plastic.
Kalisetail menunjukkan gejala kebocoran sampah plastik yang berbahaya bagi kesehatan sungai dan ekosistem. Diperlukan langkah konkret berupa pengurangan produksi dan distribusi plastik sekali pakai, edukasi publik secara berkelanjutan, restorasi sungai berbasis komunitas, pelibatan industri untuk menarik kembali kemasan produk melalui skema tanggung jawab produsen dan perluasan infrastruktur pengumpulan dan pemrosesan sampah hingga ke tingkat desa. (*)
Penulis Zahro Editor Amanat Solikah