
PWMU.CO – Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Universitas Negeri Malang (UM) menggelar untuk pertama kalinya kegiatan bertajuk “Matahari Bersinar”, sebuah program kajian keislaman dan keilmuan yang mengintegrasikan nilai-nilai al-Quran dengan ilmu pengetahuan modern.
Pada edisi perdana ini, tema yang diangkat adalah “Besi dalam Islam”, Jumat (9/5/2025), bertempat di kediaman Ketua PRM UM, Prof Dr Sc Anugrah Ricky Wijaya SSi MSc.
Kegiatan ini dihadiri oleh kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) UM dan beberapa anggota dari PRM UM. Bertindak sebagai narasumber adalah Prof Ricky sendiri, yang merupakan dosen senior sekaligus Ketua Departemen Kimia UM.
Dalam kajiannya, Prof Ricky membedah ayat ke-25 dari QS al-Hadid, yang menyebutkan bahwa Allah “menurunkan” besi untuk memberi manfaat besar bagi umat manusia. Menurutnya, penggunaaan kata “wa anzalna” (dan Kami menurunkan) menunjukkan bahwa besi bukan berasal dari dalam bumi, melainkan merupakan elemen yang diturunkan dari luar angkasa, sebuah penegasan yang diperkuat oleh sains modern melalui teori ledakan supernova.
“Turunnya besi ke bumi merupakan bagian dari mekanisme kosmik besar. Bintang-bintang raksasa meledak dan menghasilkan unsur berat, termasuk besi, yang kemudian terbawa meteorit dan jatuh ke bumi,” ujar Prof Ricky.
Ia menjelaskan bahwa unsur besi yang murni (Fe⁰) bisa ditemukan sebagai mineral primordial.
Lebih lanjut, ia mengaitkan kandungan ilmiah ini dengan proses-proses biogeokimia.
“Unsur besi bisa menjadi nutrisi bagi tanaman, lalu masuk ke tubuh manusia melalui konsumsi buah atau kacang-kacangan. Namun, dalam bentuk lain, besi juga bisa menjadi racun jika bereaksi dengan senyawa asam, seperti yang terjadi pada pencemaran logam berat,” jelasnya.
Dengan latar belakang keilmuannya di bidang geokimia, Prof Ricky mengulas bagaimana isotop digunakan dalam mendeteksi umur tanah, rekonstruksi polutan, hingga jejak pencemaran logam berat (bahan bakar bertimbal) pada awal 1990-an.

Besi sebagai Simbol Peradaban dalam Islam
Dalam sesi berikutnya, ia membahas makna simbolik dan historis besi dalam Islam. Mengutip QS al-Kahfi, ia menjelaskan teknologi pelapisan besi dengan tembaga sebagai teknik untuk mencegah korosi. Teknologi ini diterapkan dalam pembangunan dinding kokoh oleh Zulkarnain untuk menghadang kaum perusak, yakni Ya’juj dan Ma’juj.
“Kisah Zulkarnain adalah cerminan peran ilmu pengetahuan dan kekuatan dalam menjaga keadilan serta melindungi masyarakat,” tambahnya.
Beliau juga mengenalkan tokoh-tokoh Islam yang berkontribusi dalam teknologi besi, seperti Asma bin Kharijah (pengrajin pedang Arab), Al-Kindi yang menulis kitab tentang metalurgi, hingga para pengrajin baja Damaskus dan Andalusia yang terkenal hingga ke Eropa. Tak ketinggalan, ia mengisahkan pedang legendaris Dzulfikar yang digunakan Rasulullah SAW dalam Perang Uhud dan diwariskan kepada Ali bin Abi Thalib.
Besi adalah anugerah dan amanah dari Allah. Ia menjadi sarana kekuatan, keadilan, dan teknologi. Tetapi jika disalahgunakan, ia juga bisa menjadi sumber kehancuran. Di sinilah perlunya integrasi antara ilmu pengetahuan dan iman.
“Bumi meninggalkan jejak dari aktivitas setiap manusia. Demikian pula jiwa kita, yang kelak akan ditunjukkan kembali oleh Allah. Maka gunakanlah ilmu dan kekuatan untuk kebaikan,” pungkasnya.
Penulis Adzika Fairiza ‘Aalimah Qurrata A’yun