
Dja’far Rohim: Guru, Pedagang Antar Pulau dan Ketua Majelis P dan K PDM Lamongan. Kolom oleh Fathurrahim Syuhadi, penulis produktif PWMU.CO, Wakil Ketua PDM Lamongan.
PWMU.CO – Dja’far Rohim sehari harinya sebagai seorang Guru dan pedagang antar pulau. Pada kepemimpinan KH Abdurrahman Syamsuri periode 1985-1990 Dja’far Rohim menjabat sebagai Ketua Majelis Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan
Dja’far Rohim lahir di Sedayulawas Brondong Lamongan pada tanggal 3 April 1939. Ia putra ke delapan dari sembilan bersaudara putra pasangan Abdul Rohim dan Sumirah.
Adapun saudara Dja’far Rohim adalah Rafi’ah, Nur Faqih Rohim, Rifa’i Rohim, Tohir Rohim, Irfan Rohim, Hasan Rohim, Fauzan Rohim, dan Ilham Rohim. Semua saudara Dja’far Rohim nyantri di pondok pesantren, kecuali saudara pertamanya yang hanya lulusan Sekolah Rakyat (SR)
Dari pernikannya dengan Roihah gadis sedesa kelahiran 15 Juli 1946 putri tunggal dari Abdul Mu’in dan Munti’ah, ia dikarunia anak sebanyak delapan orang. Mereka adalah Hanum Farihah, Sriwahyuni Hidayati, Misbahul Munir, Sulthon Fanani, Lilik Waziroh, Henny Ridhowati, Syafruddin dan Fairus Romadhon. Putra putri Dja’far Rohim kini sudah sudah sukses dan menjadi aktifis di tempat tinggalnya.
Pendidikan Dja’far Rohim dilalui di Sekolah Rakyat (SR), kemudian melanjutkan ke Pondok Pesantren di Jombang. Pendidikan formalnya ditempuh di PGA (Pendidikan Guru Agama) Negeri Bojonegoro. Dja’far Rohim juga sempat mengenyam pendidikan di FIAD (Fakultas Ilmu Agama dan Da’wah Universitas Muhammadiyah Surabaya
Selepas dari PGAN Bojonegoro Dja’far Rohim mengajar di Lembaga yang ada di Perguruan Muhammadiyah Sedayulawas Brondong. Di samping itu, Dja’far Rohim menjadi pedagang antar pulau tepatnya ke Kalimantan. Ia berbisnis bahan pokok dan sejenisnya. Berangkat membawa kebutuhan bahan pokok berupa sembako dan pulangnya membawa kelapa.
Dja’far Rohim dikenal teguh dalam memegang prinsip. Ia tegak lurus dalam jihad fi sabilillah. Pribadinya suka menolong dan bersahaja. Banyak sahabatnya yang suka silaturrahim ke rumahnya. seperti KH Abdurrahman Syamsuri, KH Afnan Ansori, KH Amin Sakin, KH Anam Syarif, KH Darojat, KH Moh Nadjih Bakar, dan tokoh atau kiyai lainnya.
Di Persyarikatan Dja’far Rohim aktif menjadi penggerak Muhammadiyah Ranting Sedayulawas dengan jabatan sebagai ketua, di tingkat Cabang Muhammadiyah Brondong ia juga terbilang aktif dan menjadi mubaligh. Sedangkan di Majelis Pendidikan dan Pengajaran (P dan K) Muhammadiyah Lamongan Dja’far Rohim menduduki anggota dan akhirnya menjadi ketuanya pada periode 1985-1990 dengan Sekretaris Mulyono AR dan Karyono Basuki.
Diceritakan Misbahul Munir putra ketiga Dja’far Rohim bahwa ayahnya adalah aktifis tulen dan tegas dalam beramar makruf nahi munkar. Beliau adalah sosok orang tua yang peduli dengan anak-anaknya sesibuk apa pun dalam berdakwah, mengajar dan berbisnis. Beliau keras dalam menerapkan pendidikan agama kepada anak anaknya khususnya dalam hal aqidah.
Di Persayrikatan beliau adalah pejuang Muhammadiyah yang tegak lurus dengan panji Muhammadiyah. Amar ma’ruf nahi mungkar luar biasa kerasnya. Perjuangannya tanpa pamrih, berani karena benar dan melindungi yang lemah atau yang terdholimi. Beliau betul-betul menghidupi Muhammadiyah.
Masyarakat desa Sedayulawas khususnya, baru bisa merasakan setelah ayahanda wafat. Betapa seorang Dja’far Rohim yang luar biasa perjuangannya dalam persyarikatan Muhammadiyah. Ikhlas lillahi ta’ala dalam membantu dan menolong kaum yang lemah.
Beliau bersikap keras dalam menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Ia menghidupi Muhammadiyah dan tidak mencari hidup di dalam Muhammadiyah.
Kata beberapa tokoh masyarakat, termasuk mantan kades Sedayulawas Drs Moh Su’udin MM belum ada tokoh Sedayulawas yang meninggal dunia
dengan para takziah yang membludak. Luar biasa tercatat dalam sejarah desa Sedayulawas seperti ayahanda Dja’far Rohim
Sementara itu, Nasikin murid salah satu Dja’far Rohim dan Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Sedayulawas periode 2010-2015 dan 2015-2022 menjelaskan sebagai Ketua PRM, beliau juga bertindak sebagai guru dan Badan Pengurus untuk semua AUM Sedayulawas saat itu. Misalnya Ketua Takmir Masjid Taqwa Muhammadiyah dan sekaligus sebagai Ketua Panitia Pembangunan
Jabatan lainnya adalah sebagai Ketua Pengurus Perguruan Muhammadiyah Sedayulawas yang meliputi MIM1-2, MTsM 3, MAM 4, SMPM 15, SMAM 9 dan TK ABA 1.
Beliau adalah guru yang sangat ahli dalam memotivasi siswa, mengajar dengan santai tapi menyenangkan. Ahli membuat kata singkatan dari sebuah kalimat panjang agar mudah dihafal siswa. Beliau mengajar pelajaran Bahasa Indonesia, teori Olahraga dan Kesehatan dan IPS.
Sementara itu di masyarakat Dja’far Rohim dikenal sebagai sosok pimpinan yang sangat tegas, konsekuen, teguh memegang prinsip yang dianggap benar. Misalnya hasil rapat yang sudah ditetapkan, maka pantang dilanggar apapun yang terjadi.
Dja’far Rohim dikenal sangat fanatik luar biasa dengan ideologi Muhammadiyah. Soal ini jangan ada yang nyenggol, akan dilawan walau risiko apapun.
Nasihin yang juga menjabat Pimpinan Cabang Muhammadiyah Brondong menceritakan bahwa Dja’far Rohim sebenarnya sangat ahli berdiplomasi. Sehingga pejabat tingkat kecamatan dan kabupaten harus berhati-hati dan segan dengan beliau.
Dja’far Rohim dikenal sangat kritis dan terkesan anti terhadap pemerintah Orde Baru yang identik dengan Golkar. Semua aktivitasnya tidak mau kalau tidak bernama Muhammadiyah.
Pada tanggal 7 Oktober 2001 Dja’far Rohim dipanggil Allah Swt dalam usia 62 tahun. Ia dimakamkan di Pemakaman Islam desa Sedayulawas, Brondong. Sedangkan istrinya wafat pada tanggal 16 Mei 2020 dan dimakamkan di kuburan yang sama. (*)
Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan