
PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Dr dr Sukadino MM dorong santri Sekolah Pesantren Entrepreneur Al-Maun Muhammadiyah (SPEAM) Pasuruan kuliah di luar negeri.
Hal tersebut ia sampaikan ketika dirinya diminta memberi tausiyah pada acara Haflah Akhirussnah yang diadakan di gedung Gradika Bhakti Praja pada Ahad (4/5/2025).
”Kita ingin para santri lulusan Pesanhtren SPEAM berkeliling dunia, global exposure,” ucapnya.
Banyak perguruan tinggi di luar negeri ungkap mantan Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya yang prodinya berkaitan dengan peradaban Islam. Tidak hanya perguruan tinggi agama seperti Al-Azhar, tapi juga perguruan tinggi di Barat.
Suko sapaan akrabnya memberikan contoh sejumlah tokoh nasional lulusan Universitas di Barat dalam bidang peradaban Islam, seperti Prof Dr Din Syamsudin, Ketum PP Muhammadiyah 2005-2015, Prof Dr Amien Rais, Ketum PP Muhammadiyah 1995–1998, Prof Dr Nurcholis Madjid, Rektor Universitas Paramadina, dan Prof Dr Syafi’i Ma’arif, Ketum PP Muhammadiyah 1998-2005.
”Mereka belajar tentang peradaban dan politik Islam justru di Chicago University,” ujarnya.
Deputi II bidang Kesehatan Menko PMK tersebut berharap para santri harus punya mimpi ke sana ke depan. Program beasiswa sangat banyak di luar negeri, dan bisa dicari di internet lewat googling, maupun aplikasi.
Di antaranya adalah peluang beasiswa belajar di luar negeri melalui Ustadz Adi Hidayat, seperti Saudi, Al-Azhar, dan Libya.
Para santri lanjut harus memiliki cita-cita yang tinggi, tidak sekadar bersemoboyan: makan gak makan asal kumpul. ”Kalau saudara ingin menguasai dunia, maka harus keliling dunia mencari ilmu,” harapnya.
Suko juga menyitir sebuah ungkapan Arab bahwa menuntut ilmu adalah sebuah keharusan meskipun sampai ke Negeri Cina. Baginya ungkapan tersebut memiliki makna tersirat, yaitu kita disuruh mencari ilmu kemana saja.
Bukan hanya di Cina, tapi juga di negara lainnya. Dalam hal medis misalnnya, menurut Suko saat ini perkembangan dunia medis di Cina melampaui dunia medis di negara-negara Barat.
Tidak Perlu Khawatir tentang Rezeki karena Belajar Agama
Menurut Suko belajar di pesantren seperti SPEAM ini memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh mereka yang sekadar belajar di sekolah. Di pesantren para santri diajarkan dan didik bagaimana mengintegrasikan antara iman dan ilmu.
”Dengan begitu (memadukan iman dan ilmu), Allah akan mengangkat derajat kita,” katanya.
Ia juga berharap para santri tidak berkecil hati dan mengkhawatirkan rezekinya di masa depan karena saat ini fokus belajar dan mendalami ilmu agama. Memang ada sebagain orang yang sukses dan memiliki aset yang besar tanpa mengeyam pendidikan yang tinggi.
Ia mencontohkan salah duanya, Dahlan Iskan dan Chairul Tanjung. Dahlan Iskan yang mantan menteri BUMN hanya tamatan SMA, dan Chairul Tanjung yang merupakan satu dari sepuluh orang terkaya di Indonesia saat ini tidak tamat dari Universitas Indonesia jurusan Kedokteran.
Meskipun begitu, orang seperti Dahlan Iskan dan Chairul Tanjung presentase jumlahnya hanya satu persen dari sekian banyak orang sukses, dan hanya nol sekian persen dari penduduk Indonesia.
”Dengan menuntut ilmu apalagi dengan melakukan global exposur, kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak terbuka lebar. Asalkan serius,” ungkapya menyemangati para santri SPEAM.
Suko menepis anggapan sementara orang yang mempertanyakan kalau sekolah dan kuliah di jurusan agama rezekinya berasal dari mana. Padahal menurutnya rezeki itu matematikanya Allah bukan manusia. Bekerja itu bukan satu-satunya yang mendatangkan rezeki, tapi salah satu yang mendatangkan rezeki.
Ia menyitir firman Allah dalam surat at-Talaq ayat 2, bahwa siapa saja yang bertakwa kepada Allah maka akan diberikan padanya jalan keluar dan diberi rezeki dari arah yang tak ia duga.
”Yang masih meragukan rezeki mahasiswa atau orang yang sekolah dan kuliah di jurusan agama berarti tidak yakin dengan matematikanya Allah,” tuturnya.
Jangan Berpuas Diri
Di akhir tausiyahnya, Suko berpesan kepada pengelola SPEAM untuk tidak berpuas diri dengan prestasi dan capaian yang ditorehkan selama ini. Menurutnya tantangan dunia pendidikan dewasa ini semakin berat dan kompeks. Salah satunya adalah digitalisasi pesantren.
”Pesantren saat sedang diarahkan untuk digitalisasi pesantren. Digitalisasi harus dijadikan program di sini,” ujarnya.
Secara kualitas, ia menambahkan bahwa kualitas ustadz dan ustadzah SPEAM harus ditingkatkan. Salah satunya dengan melanjutkan kuliah setelah strata satu.
Saat ini, terangnya, Universtas Muhammadiyah yang ada di Jawa Timur memberikan peluang beasiswa bagi guru di Amal Usaha Muhammadiyah.
Selain peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Suko berharap pengelolaan SPEAM juga perlu ditingkatkan.(*)
Penulis Dadang Prabowo Editor Zahrah Khairani Karim